clxxi
pemaparan maksim-maksim tersebut yang disesuaikan dengan fakta berbahasa di SMA Negeri 1 Surakarta.
1 Maksim Kearifan
Tact Maxim
Maksim kearifan tersebut menekankan pada ‘pengurangan beban untuk orang lain dan memaksimalkan ekpresi kepercayaan yang
memberikan keuntungan untuk orang lain dalam kegiatan bertutur. Penutur yang berpegang teguh pada maksim kearifan atau kebijaksanaan ini, akan
dapat menghindarkan diri dari sikap dengki dan iri hati kepada mitra tuturnya. Di bawah ini beberapa contoh tuturan yang memperlihatkan
kepatuhan si penutur terhadap maksim kearifan.
100 “
Duduk di sini lho Dik, masih ada tempat kok
” sambil menggeser duduknya. S, 0324.
Konteks Tuturan: Tuturan dituturkan oleh siswa kepada siswa lain adik
kelasnya untuk memberikan tempat duduk pada waktu makan di kantin sekolah. Tuturan tersebut dituturkan dengan
nada santun.
101
“Silakan dipakai saja dulu Bu Saya belum mau makai kok.”
G, 0383. Konteks Tuturan:
Tuturan antarguru yang dituturkan di ruang guru pada saat
seorang guru meminjam sesuatu.
102
“Kalau kamu masih lapar, nambah aja Tenang, nanti aku yang bayari.”
S, 250. Konteks Tuturan:
Tuturan dituturkan oleh siswa kepada temannya di kantin ketika melihat temannya itu masih kelihatan lapar walaupun
sudah menghabiskan satu mangkuk soto.
clxxii
103
“Ya sudahlah kalau belum selesai pekerjaan kalian, selesaikan di rumah saja. Minggu depan di kumpulkan.”
G, 0372. Konteks Tuturan:
Tuturan dituturkan oleh bu guru kepada siswanya di kelas pada saat mengerjakan tugas latihan. Pada waktu itu siswanya
kelihatan belum ada yang selesai padahal jam pelajaran sudah berakhir.
Keempat contoh tuturan di atas, yaitu tuturan 100—103
menunjukkan bahwa si penutur selalu memberikan keuntungan pada mitra tuturnya ketika bertutur. Pada tuturan 100 penutur memberikan tempat
duduk kepada mitra tutur yang membutuhkannya. Pada tuturan 101 penutur meminjami sesuatu yang dibutuhkan temannya. Pada tuturan 102
penutur menyuruh makan lagi temannya yang kelihatannya masih lapar dan akan dibayarinya. Pada tuturan 103 penutur memberikan tenggang waktu
pengumpulan tugas mitra tuturnya karena belum selesai. Dengan berprinsip pada maksim kearifan atau kebijaksanaan tersebut, penutur telah
menghindarkan diri dari sikap dengki dan iri hati kepada mitra tuturnya. Selain itu, penutur juga mengerti keadaan mitra tuturnya dengan
memberikan bantuan atau respon baik .
2 Maksim Kemurahan Hati atau Kedermawanan
the generosity maxim
Maksim kedermawanan ini menyatakan bahwa kita harus mengurangi ekpresi yang menguntungkan diri sendiri dan harus
memaksimalkan ekspresi yang dapat menguntungkan orang lain. Apabila
clxxiii
setiap orang melaksanakan maksim ini pada saat bertutur, hal-hal yang tidak diinginkan akan terhindar, seperti kedengkian, iri hati, dan sakit hati
antarsesama. Perbedaan mencolok dengan maksimk kearifan atau bijaksanaan adalah bahwa maksim kedermawanan menawarkan suatu
perbuatan atau tingkah laku, tetapi penerima mitra tutur dimungkinkan untuk menolak apa yang menjadi tawarannya. Perhatikan beberapa contoh
tuturan yang memperlihatkan maksim kedermawanan berikut ini.
104
“Apa mau bareng aku Dik, nanti kuantar sampai rumah?”
S, 332.