Karakteristik Siswa Sekolah Dasar
18 memegang, karena didorong oleh keinginan untuk mengetahui reaksi dari
perbuatannya. Pada usia ini mereka belum mengerti akan motivasi dan senjata terbesarnya adalah menangis. Memberi pengetahuan pada anak dalam usia ini
tidak dapat hanya sekedar dengan menggunakan gambar sebagai media, melainkan harus dengan sesuatu yang bergerak.
b. Praoperasional 2-7 tahun Pada tahap praopersional kemampuan skema kognitif anak masih terbatas.
Mereka masih suka menirukan perilaku orang lain, terutama orang tua dan guru yang pernah dilihat ketika orang itu merespon perilaku orang, keadaan dan
kejadian pada masa lampau. Anak mulai mampu menggunakan kata-kata yang benar dan mampu pula mengekspresikan kalimat pendek secara efektif.
c. Operasional konkrit 7-11 tahun Pada tahap operasional konkrit anak sudah mulai memahami aspek-aspek
komulatif materi, misalnya volume dan jumlah. Mempunyai kemampuan memahami cara mengkombinasikan beberapa golongan benda yang tingkatannya
bervariasi. Anak sudah mampu berpikir sistematis mengenai benda-benda dan peristiwa-peristiwa yang konkrit.
d. Operasional formal 12-15 tahun Anak telah memiliki kemampuan mengkoordinasikan dua ragam
kemampuan kognitif secara serentak maupun berurutan. Misalnya kapasitas merumuskan hipotesis dan menggunakan prinsip-prinsip abstrak. Dengan
kapasitas merumuskan hipotesis anak mampu berpikir memecahkan masalah dengan menggunakan anggapan dasar yang relevan dengan lingkungan.
19 Siswa usia SD memasuki masa operasional konkrit. Siswa kelas III
Sekolah Dasar berkisar antara usia 9 tahun atau 10 tahun, hal ini didasarkan umumnya anak Indonesia mulai masuk Sekolah Dasar pada usia 6-7 tahun dan
waktu belajar di Sekolah Dasar selama 6 tahun. Berdasarkan tahapan perkembangan kognitif menurut Piaget diatas, siswa kelas IV Sekolah Dasar
berada pada tahap operasional konkret dalam berpikir. Anak pada tahapan operasional konkret sudah mampu berpikir untuk memecahkan masalah-masalah
aktual dan konkret dalam kehidupan sehari-hari. Anak pada tahap opersional konkret sudah mampu berfikir, belajar,
mengingat, dan berkomunikasi, karena proses kognitifnya tidak lagi egosentrisme, namun sudah lebih logis. Selain itu dalam tahap operasional konkret anak sudah
mampu mengklarifikasikan dan mengurutkan suatu benda berdasarkan ciri-ciri suatu objek. Menurut Nandang Budiman 2006: 52 perilaku kognitif siswa yang
tampak antara lain; mengklasifikasi angka-angka atau bilangan, mulai mengkonversi pengetahuan tertentu dan kemampuan dalam proses berpikir untuk
mengoperasikan kaidah-kaidah logika meskipun masih terikat dengan objek-objek yang bersifat konkrit. Dengan demikian pembelajaran hendaknya berorientasi
pada model eksplanatori, mencari dan menemukan. Berdasarkan uraian di atas, siswa sekolah dasar berada pada tahap
operasional konkrit. Pada tahap ini anak mengembangkan pemikiran logis, masih sangat terikat pada fakta-fakta, artinya anak mampu berpikir logis tetapi masih
terbatas pada obyek-obyek konkrit dalam pembelajaran. Model pembelajaran harus disusun agar siswa mampu aktif untuk memperoleh pengetahuan.
20