Pengertian Model Pembelajaran Discovery Learning
28 adalah suatu model pengajaran yang menekankan pentingnya pemahaman tentang
struktur materi ide kunci dari suatu ilmu yang dipelajari, perlunya belajar aktif sebagai dasar dari pemahaman sebenarnya, dan nilai dari berfikir secara induktif
dalam belajar pembelajaran yang sebenarnya melalui penemuan pribadi. Balım
2009: 2 mengungkapkan: The basis of science teaching is understanding that natural phenomena
and the nature of science requires inquiring and discovering. Inquiry in science consists of experiments and inquiring natural phenomena by
discovery learning. Bruner points out that any individual has the will to learn and this will should be used in such activities that it should raise
curiosity and direct students to studying and discovering knowledge. Bruner 1961 states that learning happens by discovery, which prioritizes
reflection, thinking, experimenting, and exploring. People who use self discovery in learning turn out to be more self confident. Discovery is a
way from the unknown to the known by the learners themselves. The active participation of the learner in the learning process is called discovery
learning. In discovery learning, students construct knowledge based on new information and data collected by them in an explorative learning
environment.
Discovery penemuan sering dipertukarkan dalam pemakaianya dengan inquiripenyelidikan dan problem solvingpemecahan masalah. Discovery lebih
menekankan pada ditemukanya konsep atau prinsip. Inkuiri juga menuntut usaha menemukan seperti itu. Perbedaanya dengan discovery ialah bahwa pada
discovery learning masalah yang dihadapkan kepada siswa semacam masalah yang direkayasa oleh guru Gulo, 2004: 84. Lebih lanjut Woolfolk Trianto,
2010: 79 mengemukakan aplikasi penemuan dalam pembelajaran adalah sebagai berikut: 1 memberikan contoh dan bukan contoh dari konsep yang dipelajari, 2
membantu mencari hubungan antara konsep, 3 mengajukan pertanyaan dan membiarkan siswa menemukan jawaban itu sendiri dan 4 mendorong siswa untuk
membuat dugaan yang bersifat institutif.
29 Dalam belajar, Brunner selalu memulai dengan memusatkan manipulasi
material. Siswa harus menemukan keteraturan dengan cara pertama-tama memanipulasi material yang sudah dimiliki. Siswa haruslah terlibat aktif proses
mentalnya yang dapat diperhatikan dari keaktifan fisiknya. Bruner dalam Pitadjeng, 2006: 29 siswa berkembang melalui tiga tahapan mental yaitu:
1. Tahap enaktif
Pada tahap ini siswa belajar menggunakan atau memanipulasi obyek-obyek secara langsung.
2. Tahap ikonik
Pada tahap ini kegiatan siswa dimulai menyangkut mental yang merupakan gambaran dari objek-objek konkrit. Siswa tidak memanipulasi langsung objek-
objek konkrit seperti tahap enaktif, melainkan sudah dapat memanipulasi dengan memakai gambaran dari objek-objek yang dimaksud.
3. Tahap simbolik
Tahap ini merupakan tahap memanipulasi simbol-simbol secara langsung dan tidak ada kaitanya dengan objek-objek.
Sund Roestiyah, 2001: 20 mengungkapkan bahwa discovery adalah proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip.
Yang dimaksud proses mental tersebut antara lain ialah mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, membuat, dugaan, menjelaskan, mengukur,
membuat kesimpulan dan sebagainya. Hal ini berarti antara konsep dan prinsip saling berhubungan. Misalnya saja dalam suatu konsep terdapat logam dan kalor.
Dengan demikian akan terjadi prinsip suatu logam apabila dipanaskan dengan
30 kalor maka akan memuai atau memanjang. Kegiatan ini mengarahkan siswa untuk
menemukan sendiri, peran seorang guru hanya membimbing dan mengarahkan. Berdasarkan beberapa pendapat ahli diatas maka dapat dinyatakan bahwa
model pembelajaran discovery learning suatu model pembelajaran yang mendorong siswa untuk aktif untuk menemukan perolehan dengan guru sebagai
fasilitator dan pembimbing siswa. Siswa sebagai pusat pembelajaran. Pembelajaran discovery merubah pembelajaran yang pasif menjadi aktif dan
kreatif. Langkah-langkah aplikasi dalam discovery learning adalah sebagai berikut: 1 Stimulation pemberian stimulus, 2 problem satatement identifikasi
masalah, 3 data callecting mengumpul-kan data, 4 data processing mengolah data, 5 verification menguji hasil, dan 6 generalization menyimpulkan.