Kekurangan Model Pembelajaran Discovery Learning
33 3.
bagi guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pengajaran tradisional mungkin sangat kecewa bila diganti dengan penemuan,
4. dengan teknik ini ada yang berpendapat bahwa proses mental ini terlalu
mementingkan proses pengertian saja, kurang memperhatikan perkembangan pembentukan sikap dan keterampilan siswa,
5. discovery learning mungkin tidak memberikan kesempatan untuk berpikir
secara kreatif. Dari beberapa pendapat diatas selain memiliki beberapa kelebihan, model
discovery learning juga memiliki kelemahan atau keterbatasan. Model pembelajaran discovery learning membutuhkan kesiapan mental dari siswa dan
juga peralatan yang menunjang. Disamping itu model pembelajaran ini kurang
efektif untuk diterapkan pada kelas dengan jumlah siswa yang besar. E.
Pembelajaran IPA dengan Model Discovery Learning
Pembelajaran IPA pada dasarnya adalah suatu materi pelajaran yang memiliki cakupan luas yang berhubungan dengan fenomena-fenomena di alam
semesta. Proses pembelajaran IPA perlu didesain semenarik dan efektif mungkin. Hal agar siswa dapat memahami materi dengan baik, salah satunya dengan
menggunakan model pembelajaran yang tepat. Usman Samatowa 2010: 5 mengungkapkan bahwa model pembelajaran
yang cocok untuk siswa Indonesia adalah belajar melalui pengalaman langsung learning by doing. Model pembelajaran ini memperkuat daya ingat siswa dan
biayanya sangat murah sebab menggunakan alat-alat dan media belajar yang ada di lingkungan siswa sendiri. Salah satu model pembelajaran yang menekankan
34 pada pengalaman langsung ialah model belajar penemuan discovery. Suwarjo
2011: 73 mengatakan bahwa salah satu pembelajaran yang memberikan kesempatan secara luas pada siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses dan
dalam menemukan pengalaman dan konsep pembelajaran adalah pembelajaran discovery.
Model discovery mendorong siswa untuk menemukan sendiri suatu pengetahuan tentungan dengan bantuan guru sebagai fasilitator dan pembimbing
belajar. Penemuan bisa terjadi terutama bila siswa terlibat dalam pemakaian proses mental mereka untuk menghubungkan beberapa konsep atau prinsip.
Proses mental tersebut misalnya: mengamati, menjelaskan, membuat kesimpulan dan sebagainya. Contoh konsep misalnya: lingkungan, gerak, panas, energi dan
sebagainya. Contoh prinsip misalnya: logam apabila dipanaskan dapat mengembang, lingkungan berpengaruh terhadap kehidupan organisme dan
sebagainya Suwarjo, 2011: 74. Pembelajaran discovery tak lepas dari peran guru sebagai fasilitator dan
pembimbing. Sebagai fasilitator belajar, peran guru adalah memberikan tugas- tugas belajar kepada siswa, menunjukan cara belajar siswa, menunjukan dan
menyediakan bahan dan sumber pembelajaran, menjelaskan hasil belajar yang harus diperoleh siswa, menunjukan kekurangan-kekurangan siswa dalam proses
pembelajaran serta cara memperbaikinya. Adapun peran guru sebagai pembimbing dalam roses pembelajaran adalah menjadi tempat bertanya bagi
siswa yang mengalami kesulitan, memberikan bantuan kepada siswa, menunjukan jalan pemecahan masalah yang dihadapi siswa, memperbaiki kesalahan yang
35 dilakukan oleh siswa, memberikan dorongan dan motivasi melalui penghargaan
dan atau teguran, memeriksa hasil pekerjaan siswa, dan memberikan tugas-tugas sebagai kegiatan tindak lanjut dari proses pembelajaran. Nana Sudjana dan Wari
Suwariyah, 2010: 27. Peranan guru sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran guna mencapai
tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Implikasinya terjadi pada tugas tanggung jawab, guru mengemban tugas untuk membuat siswa aktif sehingga siswa ingin
menemukan sendiri masalah-masalah IPA, memberikan penyuluhan serta memancing siswa untuk mengeluarkan kemampuan berupa keterampilan-
keterampilan dalam proses pembelajaran. Keterampilan disini tentu saja adalah keterampilan proses siswa dalam pembelajaran IPA.
Pembelajaran discovery tidak menyajikan bahan ajar dalam bentuk jadi, tetapi dalam bentuk setengah jadi atau bahkan seperempat jadi, bahan ajar
disajikan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab atau masalah- masalah yang harus dipecahkan. Pengetahuan dan keterampilan IPA diharapkan
bukan hanya hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi juga hasil dari menemukan sendiri Syaiful Sagala, 2010: 89. Pada pembelajaran discovery
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak hanya satu, atau ada kemungkinan jawaban yang diberikan masih berupa hipotesis yang perlu
pembuktian. Pembelajaran discovery lebih menekankan pencarian pengetahuan dari pada perolehan pengetahuan. Keterampilan guru dalam bertanya berperan
penting dalam membimbing siswa untuk melakukan semua kegiatan yang dipandang perlu.
36 Suwarjo 2011: 76 mengemukakan bahwa hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam pembelajaran discovery antara lain: 1 Siswa memerlukan tambahan bimbingan penemuan sama sekali baru bagi mereka. Kondisi ini ditekankan pada
upaya bagaimana agar peserta siswa tergantung pada guru, 2 gunakan pertanyaan dan pengarahan yang baik bila menemukan perkiraan yang salah, 3 verbalisasi
diserahkan pada siswa, 4 sering penemuan terbimbing dihubungkan dengan lembar kerja, 5 merencanakan pembelajaran dengan penemuan harus memiliki
tujuan yang jelas dan perlu dipikirkan sejauh mana bimbingan dapat diberikan kepada siswa, dan 6 merencanakan materi pelatihan sesudah penemuan. Hal
demikian juga disampaikan Dahar dan Liliasari Srini M Iskandar, 1997: 69 penemuan dapat dilaksanakan dengan berbagai cara. Setiap cara mempunyai lima
karakteristik yaitu: 1.
Situasi yang menyediakan stimulus untuk penemuan, 2.
masalah yang akan dicari pemecahanya, 3.
perumusan masalah, 4.
pencarian pemecahan masalah, 5.
kesimpulan yang diperoleh dari hasil penemuan. Trianto 2009: 114-115 menyebutkan bahwa langkah langkah
pembelajaran penemuan adalah; 1 Merumuskan masalah, 2 mengamati atau melakukan observasi, 3 menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulusan,
gambar, laporan, bagan, tabel dan hasil karya lainya; dan 4 mengomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru, atau audiensi
yang lain. Sedangkan menurut Syah 2004: 244 langkah-langkah aplikasi dalam
37 pembelajaran discovery learning adalah sebagai berikut: 1 Stimulation
pemberian stimulus, 2 problem satatement identifikasi masalah, 3 data callecting mengumpulkan data, 4 data processing mengolah data, 5
verification menguji hasil dan 6 generalization menyimpulkan. Pemberian stimulation stimulus merupakan cara untuk menggali
pengetahuan awal siswa. Siswa diminta untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada saat stimulation. Siswa mengamati stimulus yang diberikan
guru yang berupa pertanyaan tentang kegiatan IPA dalam kegiatan sehari-hari. Pertanyaan yang diajukan mendorong siswa untuk bereksplorasi. Guru
memberikan pujian verbal misalnya benar, bagus, baik dan pintar. Guru memberikan tanggapan positif dengan ekspresi senyum atau penguatan dari siswa
yang belum tepat. Guru mengarahkan jawaban siswa yang belum tepat agar dapat menemukan jawaban dengan penuh percaya diri.
Setelah dilakukan stimulasi maka guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi masalah problem statement. Guru menyediakan masalah
agar relevan dengan pembelajaran dan siswa merumuskan ke dalam jawaban sementara atau hipotesis sebagai jawaban sementara atas pertanyaan yang
disajikan guru. Hipotesis yang dirumuskan siswa nantinya akan ditemukan kebenaranya. Selanjutnya adalah data collecting mengumpulkan data. Ketika
eksplorasipercobaan berlangsung siswa diberikan kesempatan untuk mengamati dan mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk
membuktikan benar tidaknya hipotesis yang telah mereka buat. Siswa diberi kesempatan untuk mencoba menemukan materi terkait hipoteis yang telah dibuat.
38 Siswa mengumpulkan collection berbagai informasi yang relevan, study
perpustakaan, berdiskusi dengan teman daan sebagainya. Data Processing pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data
dan informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Semua informai hasil bacaan, wawancara,
observasi, dan sebagainya, semuanya diolah sehingga siswa akan mendapatkan pengetahuan baru tentang alternatif jawaban. Kegiatan ini merangsang siswa
untuk menemukan konsep pembelajaran. Tahap selanjutnya adalah verification menguji hasil. Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk
membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing. Siswa melakukan
percobaan untuk membuktikan hipotesis yang telah dibuat dan didukung dengan data yang diperoleh. Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran, atau informasi
yang ada, hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek apakah terbukti atau tidak. Tahap generalization menarik kesimpulan adalah proses
menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi.