14 2
Faktor ekstern a
Faktor keluarga yang meliputi cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga pengertiaan orang tua,
latar belakang kebudayaan, b
faktor sekolah meliputi metode mengajar, kurikulum relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran,waktu
sekolah, standar pelajaran atas ukuran, keadaan gedung, metode mengajar, tugas rumah,
c faktor masyarakat meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, media masa,
teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat. Lebih lanjut Aunurrahman 2010: 178 menyebutkan faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor intern yang meliputi ciri khas karakteristik siswa, sikap terhadap belajar, motivasi belajar, konsentrasi belajar,
mengolah bahan belajar dan menggali hasil belajar. Faktor intern berasal dari dalam diri siswa. Sedang faktor ekstern meliputi, faktor guru, lingkungan sosial,
kurikulum sekolah dan sarana prasarana. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat ditarik suatu kesimpulan
bahwa faktor –faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat digolongkan
menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi kesehatan jasmani, intelegensi, minat, bakat, motivasi, kematangan dan kesiapan.
Faktor eksternal meliputi cara mengajar guru, pola asuh keluarga, fasilitas belajar dan lingkungan masyarakat.
15
B. IPA di Sekolah Dasar
1. Pengertian IPA
Kata “sains” biasa diterjemah dengan Ilmu Pengetahuan Alam IPA yang berasal dari kata natural science. Natural artinya alamiah dan berhubungan
dengan alam, sedangkan science artinya ilmu pengetahuan. Jadi sains secara harfiah dapat disebut sebagai ilmu pengetahuan tentang alam atau yang
mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam Patta Bundu, 2006: 9. IPA atau Ilmu Pengetahuan Alam berarti “ilmu” tentang “Pengetahuan
Alam”. Ilmu artinya suatu pengetahuan yang benar. Pengetahuan yang benar itu adalah pengetahuan yang dibenarkan menurut tolak ukur kebenaran ilmu yaitu
rasional dan objektif. Rasional berarti sesuatu yang logis atau masuk akal dan diterima oleh akal sehat, sedangkan objektif adalah sesuai dengan kenyataan atau
sesuai dengan pengamatan melalui panca indera. Pengetahuan Alam itu sendiri berarti pengetahuan tentang alam semesta dengan segala isinya. Jadi secara
singkat IPA adalah pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya Hendro Darmodjo, 1992: 3.
Srini M. Iskandar 1997: 1 menjelaskan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam IPA adalah penyelidikan yang terorganisir untuk mencari pola atau keteraturan
dalam alam. IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan
oleh manusia. Lebih lanjut Abruscato dan DeRosa 2010: 11 menegaskan bahwa IPA merupakan pengetahuan yang menjelaskan tentang alam melalui proses yang
sistematik. Muslichach Asy’ari 2006: 7 menyatakan sains atau IPA adalah
16 pengetahuan manusia tentang alam yang diperoleh dengan cara yang terkontrol,
selain sebagai produk yaitu pengetahuan manusia sains atau IPA juga sebagai proses yaitu bagaimana cara mendapatkan pengetahuan tersebut.
IPA pada hakikatnya dapat dipandang dari segi produk, proses dan pengembangan sikap. Artinya, belajar IPA memiliki dimensi proses, dimensi hasil
produk dan dimensi pengembangan sikap ilmiah. Ketiga dimensi tersebut saling terkait. Patta Bundu 2006: 11-13 menegaskan bahwa secara garis besar Ilmu
Pengetahuan Alam IPA memiliki tiga komponen, yaitu: IPA sebagai produk, IPA sebagai proses, dan IPA sebagai sikap ilmiah.
a. IPA sebagai produk
IPA sebagai produk karena berisi kumpulan hasil kegiatan yang dilakukan ilmuan dalam bentuk fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, hukum-hukum
dan teori-teori. b.
IPA sebagai proses Proses IPA merupakan sejumlah keterampilan untuk mengkaji fenomena-
fenomena alam dengan cara-cara tertentu untuk memperoleh ilmu dan pengembangan ilmu tersebut selanjutnya. Keterampilan yang dimaksud adalah
keterampilan keterampilan proses yang meliputi kegiatan pengamatan, merumuskan hipotesis, melakukan eksperimen dan lain-lain.
c. IPA sebagai sikap ilmiah
Sikap ilmiah dalam IPA adalah sikap yang dimiliki para ilmuan dalam mencari dan mengembangkan pengetahuan baru, misalnya obyektif terhadap