43
WIDARTO
kerja formal seluas-luasnya dengan mempertimbangkan kondisi angkatan kerja Indonesia. Pemerintah akan terus mengupayakan
pengurangan infl eksibilitas pasar kerja dengan melakukan upaya penyempurnaan kebijakan dan aturan main dengan mengacu pada
undang-undang ketenagakerjaan. Penyempurnaan ini antara lain dilakukan dengan membuat peraturan pemerintah yang mengatur
skema kompensasi pesangon bagi pekerja yang mengalami pemutusan hubungan kerja PHK dan dengan menyempurnakan
sistem jaminan sosial bagi pekerja. Selain itu, aturan main yang berkaitan dengan pengupahan akan terus disempurnakan. Kriteria
kenaikan upah minimum hendaknya mencerminkan berbagai tujuan yang lebih luas seperti penciptaan lapangan kerja, peningkatan
produktivitas, kondisi makro ekonomi, dan perlindungan pendapatan bagi kelompok pekerja berupah rendah.
2. Peningkatan Fungsi Lembaga Bipartit dalam Pelaksanaan Negosiasi Hubungan Industrial
Dalam rangka mewujudkan proses penyelesaian perselisihan hubungan industrial yang efektif, cepat, tepat, adil, dan murah, maka
hubungan industrial terutama yang berkaitan dengan berjalannya perundingan antara pekerja dan pemberi kerja akan terus diperkuat.
Penyelesaian perselisihan hubungan industrial melalui jalur penyelesaian bipartit—yaitu negosiasi langsung antara pekerja
dan pengusaha—akan terus didorong. Oleh karena itu, fungsi dan kapasitas lembaga bipartit dalam pelaksanaan negosiasi juga harus
diperkuat. Negosiasi bipartit ini terutama dilakukan untuk mencapai kesepakatan antara pekerja dan pemberi kerja mengenai kondisi
kerja, syarat-syarat kerja serta besaran dan struktur upah. Di masa depan hubungan industrial yang baik akan menjadi kunci untuk
meningkatkan kesejahteraan baik pekerja maupun pemberi kerja tanpa menimbulkan gejolak pasar kerja.
3. Melanjutkan Berbagai Upaya untuk Meningkatkan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja
44
Bimbingan Karier dan Tips Berkarier
Pendidikan dan pelatihan yang baik dan berbasis kompetensi akan menghasilkan tenaga kerja yang berkualitas dan berkompetensi
tinggi. Kualitas pendidikan dan pelatihan kerja akan senantiasa ditingkatkan dengan penyempurnaan penyelenggaraan pelatihan
tenaga kerja agar kualifi kasi dan kompetensi tenaga kerja yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan pemberi kerja. Peran dan fungsi
lembaga pendidikan dan pelatihan kerja terutama Balai Latihan Kerja BLK yang sejauh ini masih terbatas akan terus ditingkatkan
agar lembaga-lembaga ini mampu melaksanakan pelatihan berbasis kompetensi. Sejalan dengan meningkatnya peran dan fungsi BLK
ini diharapkan pada akhirnya kinerja BLK akan menjadi lebih baik dan mampu menghasilkan lulusan berkualitas dan berkompetensi
tinggi yang sesuai dengan kebutuhan pengguna tenaga kerja baik di dalam maupun luar negeri atau yang memiliki kemampuan untuk
mengembangkan diri dan berusaha secara ekonomi. Pengembangan BLK ini harus mengacu pada keberhasilan tiga
BLK yang pada saat ini telah menyelenggarakan pendidikan berbasis kompetensi di bidang otomotif dan mesin logam serta menghasilkan
lulusan berkompetensi tinggi yang seluruhnya dapat diserap oleh pasar kerja. Untuk mendukung BLK menjadi lembaga pelatihan
berbasis kompetensi, kerjasama dan kemitraan dengan pengguna tenaga kerja, asosiasi profesi, asosiasi industripengusaha, dan
asosiasi lembaga pendidikanpelatihan akan terus dipacu. Sejalan dengan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan kerja
yang berbasis kompetensi, penyusunan dan pengembangan standar kompetensi kerja nasional menjadi sangat penting untuk terus
dilaksanakan. Standar kompetensi sangat dibutuhkan oleh lembaga pendidikan dan pelatihan kerja berbasis kompetensi sebagai
dasar penyusunan dan penerapan kurikulum berbasis kompetensi. Kegiatan seperti penyusunan pedoman dan prosedur standardisasi,
pemantapan standar kompetensi kerja, pembakuan standar kompetensi kerja termasuk standar asesor serta kajian standar
kompetensi kerja nasional juga dikembangkan dan ditingkatkan. Prioritas pengembangan industri pada industri manufaktur padat