belajar mampu memberikan suatu pesan tentang proses pembelajaran yang telah dilakukan. Prestasi belajar seseorang sangat dipengaruhi
oleh beberapa faktor baik dari dalam diri maupun dari luar dirinya. Sugihartono. et al., 2007: 76-77 mengungkapkan faktor-faktor
yang mempengaruhi pencapaian belajar sebagai berikut: 1 Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu
yang sedang belajar. Faktor internal meliputi: faktor jasmaniah dan faktor psikologis. Faktor jasmaniah meliputi
faktor kesehatan dan cacat tubuh, sedangkan faktor psikologis meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat,
motif, kematangan, dan kelelahan.
2 Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor ekstern yang berpengaruh dalam belajar meliputi
faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat. Faktor keluarga dapat meliputi cara orangtua mendidik,
relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orangtua, dan latar belakang
kebudayaan. Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan
siswa, relasi antar siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode
belajar, dan tugas rumah. Faktor masyarakat dapat berupa kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul, bentuk
kehidupan dalam masyarakat, dan media massa.
Menurut Sumadi Suryabrata 2011: 233 ada beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, yaitu:
1 Faktor-faktor yang berasal dari luar diri pelajar, dan ini masih lagi dapat digolongkan menjadi dua golongan
dengan catatan bahwa overlapping tetap ada, yaitu: a aktor-faktor nonsosial, dan
b faktor-faktor sosial,
2 Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri si pelajar, dan inipun dapat lagi digolongkan menjadi dua golongan,
yaitu: a faktor-faktor fisiologis, dan
b faktor-faktor psikologis.
Sementara menurut Muhibbin Syah 2012: 145 secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi balajar siswa dapat
dibedakan sebagai berikut: 1 Faktor internal faktor dari dalam siswa, yakni keadaan
atau kondisi jasmani dan rohani siswa meliputi: a Aspek psikologis antara lain: tingkat kecerdasan,
sikap, bakat, minat, motivasi. b Aspek fisiologis antara lain: kondisi fisik, kesehatan
jasmani, dan kondisi panca indera. 2 Faktor eksternal faktor dari luar siswa, yakni
lingkungan di sekitar siswa meliputi: a Lingkungan sosial antara lain: guru, keluarga, staf
administrasi dan teman sekelas. b Lingkungan non sosial antara lain: kondisi gedung
sekolah, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan.
c Faktor pendekatan belajar approach to learning, yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi
dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat 2 faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa yaitu 1faktor
internal; merupakan faktor dari dalam diri siswa yang meliputi faktor jasmaniah dan faktor psikologis dan 2faktor eksternal; merupakan
faktor yang timbul dari luar individu siswa meliputi faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat. Faktor sekolah yang meliputi
strategi dan model pembelajaran yang digunakan merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa.
3. Model Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Kooperatif mengandung pengertian bekerja bersama dalam mencapai tujuan bersama. Dalam kegiatan kooperatif, siswa secara
individual mencari hasil yang menguntungkan bagi seluruh anggota kelompoknya. Jadi, belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok
kecil dalam pengajaran yang memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya
dalam kelompok tersebut Hamid Hasan dalam Etin Solihatin, 2007: 4. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan
cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam
orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. “Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang
melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi”, Nurulhayati dalam Rusman 2011: 203. Dalam sistem
belajar kooperatif, siswa belajar bekerja sama dengan anggota lainnya. Dalam model pembelajaran ini siswa memiliki dua
tanggung jawab, yaitu mereka belajar untuk dirinya sendiri dan membantu semua anggota kelompok untuk belajar.
Dalam pembelajaran kooperatif proses pembelajaran interaksi belajar yang terjadi tidak harus dari guru kepada siswa. Siswa dapat
saling membelajarkan atau sering disebut dengan pembelajaran oleh
rekan sebaya peer teaching. Pembelajaran rekan sebaya peer teaching
lebih efektif daripada pembelajaran oleh guru. Model pembelajaran kooperatif akan dapat menumbuhkan pembelajaran
efektif yaitu pembelajaran yang bercirikan: 1 “ memudahkan siswa belajar” sesuatu yang “bermanfaat” seperti fakta, keterampilan, nilai,
konsep dan bagaimana hidup serasi dengan sesama; 2 pengetahuan, nilai, dan keterampilan diakui oleh mereka yang berkompeten
menilai. Roger dan David Johnson dalam Anita Lie 2008: 31
mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima
unsur dalam model pembelajaran kooperatif harus siterapkan. Lima unsur tersebut adalah:
1 Positive interdependence saling ketergantungan positif 2 Personal responsibility tanggung jawab perseorangan
3 Face to face promotive interaction interaksi promotif 4 Interpersonal skill komunikasi antaranggota
5 Group processing pemrosesan kelompok Model pembelajaran kooperatif merupakan model
pembelajaran yang banyak digunakan dan menjadi perhatian serta dianjurkan oleh para ahli pendidikan. Hal ini dikarenakan
berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Slavin 1995 dinyatakan bahwa: 1 penggunaan pembelajaran kooperatif dapat
meningkatkan prestasi belajar sekaligus dapat meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan sikap toleransi dan menghargai
pendapat orang lain, 2 pembelajaran kooperatif dapat memenuhi kebutuhan siswa dalam berpikir kritis, memecahkan masalah dan
mengintregasikan pengetahuan dengan pengalaman. Dengan alasan tersebut, model pembelajaran kooperatif diharapkan mampu
meningkatkan kualitas pembelajaran Rusman, 2011: 205. Pembelajaran kooperatif akan efektif digunakan apabila: 1
guru menekankan pentingnya usaha bersama di samping usaha secara individual, 2 guru menghendaki pemerataan perolehan hasil
belajar, 3 guru ingin menanamkan tutor sebaya atau belajar melalui teman sendiri, 4 guru menghendaki adanya pemerataan partisipasi
siswa aktif, 5 guru menghendaki kemampuan siswa dalam memecahkan berbagai permasalahan. Sanjaya dalam Rusman, 2011:
206.
b. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif berbeda dengan model pembelajaran yang lain. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran
yang lebih menekankan kepada proses kerja sama dalam kelompok. Tujuan yang ingin dicapai tidak hanya kemampuan akademik dalam
pengertian penguasaan bahan pelajaran, tetapi juga adanya unsur kerja sama untuk penguasaan materi tersebut.