Objek PPN KESIMPULAN DAN SARAN

k. Jasa tenaga kerja. l. Jasa perhotelan. m. Jasa yang disediakan pemerintah untuk menjalankan jalannya pemerintahan. n. Jasa penyediaan tempay parkir. o. Jasa telepon umum yang menggunakan unag logam. p. Jasa pengiriman uang dengan wesel pos. q. Jasa boga atu katering. Penyerahan Barang Kena Pajak Adalah setiap kegiatan penyerahan Barang Kena Pajak. Penyerahan barang yang termasuk dalam pengertian penyerahan BKP adalah: 1. Penyerahan hak atas BKP karena suatu perjanjian. 2. Pengalihan BKP karena suatu perjanjian sewa beli danatau perjanjian sewa guna usaha leasing. 3. Penyerahan BKP kepada pedagang perantara atau melalui juru lelang. 4. Pemakaian sendiri danatau pemberian Cuma-Cuma atas BKP. 5. BKP berupa persediaan danaktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan. 6. Penyerahan BKP dari pusat ke cabang atau sebaliknya danatau penyerahan BKP antar cabang. 7. Penyerahan BKP secara konsinyasi. 8. Penyerahan BKP oleh PKP dalam rangka perjanjian pembiayaan yang dilakukan berdasarkan prinsip syariah, yang penyerahannya dianggap langsung dari PKP kepada pihak yang membutuhkan BKP. Sedangkan penyerahan barang yang tidak termasuk dalam pengertian penyerahan BKP adalah: 1. Penyerahan BKP kepada makelar sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang Undang Hukum Dagang. 2. Penyerahan BKP untuk jaminan utang piutang. 3. Penyerahan BKP dari pusat ke cabang atau sebaliknya danatau penyerahan BKP antar cabang dalam hal PKP melakukan pemusatan tempat pajak terutang. 4. Pengalihan BKP dalam rangka penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, dan pengambilalihan usaha dengan syarat pihak yang melakukan pengalihan dan yang menerima pengalihan adalah Pengusaha Kena Pajak. 5. BKP berupa aktiva ang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan, dan yang Pajak Masukan atas perolehannya tidak dapat dikreditkan. PPN dikenakan atas: 1. Penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha. Syarat-syaratnya adalah: a. Barang berwujud yang diserahkan merupakan BKP. b. Barang tidak berwujud yang diserahkan merupakan BKP Tidak Berwujud. c. Penyerahan dilakukan di daerah Pabean. d. Penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaannya. 2. Impor BKP. 3. Penyerahan JKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha. Syarat-syaratnya adalah: a. Jasa yang diserahkan merupakan BKP. b. Penyerahan dilakukan di daerah Pabean. c. Penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaannya. 4. Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean. 5. Pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean. 6. Ekspor BKP berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak. 7. Ekspor BKP Tidak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak. 8. Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya digunakan sendiri atau digunakan pihak lain. 9. Penyerahan BKP berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan oleh PKP, kecuali atas penyerahan aktiva yang Pajak Masukannya tidak dapat dikreditkan.

C. Subjek PPN: Pengusaha Kena Pajak PKP

Pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak danatau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak berdasarkan UU PPN 1984. Pengecualian PKP: a. Pengusaha Kecil b. Pengusaha yang semata-mata menyerahkan barang dan atau jasa yang tidak dikenakan PPN. Kewajiban PKP: a. Melaporkan usahanya untuk dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak. b. Memungut PPN dan PPn-BM yang terutang. c. Menyerahkan PPN yang masih harus dibayar dalam hal Pajak Keluaran lebih besar daripada Pajak Masukan yang dapat dikreditkan serta menyetorkan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang terutang. d. Melaporkan penghitungan pajak. Dasar Pengenaan Pajak: 1. Harga Jual. 2. Penggantian. 3. Nilai impor. 4. Nilai ekspor. 5. Nilai lain yang diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.

D. Tarif 1. Tarif PPN

Tarif PPN yang berlaku saat ini adalah 10 sepuluh persen. Sedangkan Tarif PPN sebesar 0 nol persen diterapkan atas: a. Ekspor BKP berwujud. b. Ekspor BKP Tidak berwujud. c. Ekspor JKP.

2. Tarif PPn-BM

Tarif PPn-BM dapat ditetapkan dalam beberapa kelompok tarif, dimana tarif terendah 10 sepuluh persen dan paling tinggi 200 dua ratus persen.

E. Mekanisme Pengenaan PPN 1. Pada saat membelimemperoleh BKPJKP, akan dipungut PPN oleh PKP

penjual. Bagi pembeli, PPN yang dipungut oleh PKP penjual tersebut merupakan pembayaran pajak di muka dan disebut dengan Pajak Masukan . Pembeli berhak menerima bukti pemungutan berupa faktur pajak. 2. Pada saat menjualmenyerahkan BKPJKP kepada pihak lain, wajib memungut PPN. Bagi penjual, PPN tersebut merupakan Pajak Keluaran. Sebagai bukti telah memungut PPN, PKP penjual wajib membuat faktur pajak.

3. Apabila dalam satu masa pajak, pajak keluaran lebih besar dari pajak masukan

, maka selisihnya harus disetorkan ke kas negara. 4. Apabila dalam satu masa pajak, pajak keluaran lebih kecil dari pajak masukan , maka selisihnya dapat diminta kembali atau dikompensasi ke masa pajak berikutnya . 5. Pelaporan penghitungan PPN dilakukan setiap masa pajak dengan menggunakan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai SPT Masa PPN. MATERI PEMBELAJARAN SIKLUS II A. Cara Menghitung Pajak Pertambahan Nilai PPN Dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah PPnBM PPNPPN-BM=TARIF PAJAK X DASAR PENGENAAN PAJAK Tarif PPN dan PPnBM 1. Tarif PPN adalah 10 sepuluh persen. 2. Tarif PPN sebesar 0 sepuluh persen diterapkan atas: o ekspor Barang Kena Pajak BKP Berwujud; o ekspor BKP Tidak Berwujud; dan o ekspor Jasa Kena Pajak. 3. Tarif PPnBM adalah paling rendah 10 sepuluh persen dan paling tinggi 200 dua ratus persen. 4. Tarif PPnBM atas ekspor BKP yang tergolong mewah adalah 0 nol persen. Dasar Pengenaan Pajak DPP Dasar Pengenaan Pajak adalah dasar yang dipakai untuk menghitung pajak yang terutang, berupa:

1. Harga Jual adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta

atau seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan Barang Kena Pajak BKP, tidak termasuk PPN yang dipungut menurut Undang- Undang PPN dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak. Contoh: PKP ”A” menjual tunai BKP dengan harga jual Rp.25.000.000 PPN yang terutang = 10 x Rp. 25.000.000 = Rp.2.500.000 PPN sebesar Rp.2.500.000 adalah pajak keluaran yang dipungut oleh PKP ”A”