Alat, Media, dan Sumber Belajar Penilaian

b. Siklus II Jenis Tes No. Soal per transaksi Nilai Pre Test 1 15 2 15 3 20 4 20 5 30 Skor Akhir 100 Post Test 1 20 2 10 3 10 4 10 5 10 6 10 7 10 8 20 Skor Akhir 100 Guru Pembimbing Binti Chomsiatin, S.E., M.Pd. NIP 19662402 200701 2 009 Sleman, 20 Mei 2014 Mahasiswa Agung Hidayat NIM. 10403244046 LAMPIRAN 3. MATERI PEMBELAJARAN MATERI PEMBELAJARAN SIKLUS I

A. Sekilas PPN Pajak Pertambahan Nilai dan PPn-BM

Pajak Pertambahan Nilai merupakan pengganti dari Pajak Penjualan. Alasan penggantian ini karena Pajak Penjualan sudah tidak lagi memadai untuk menampung kegiatan masyarakat dan belum mencapai sasaran kebutuhan pembangunan, antara lain untuk meningkatkan penerimaan negara, mendorong ekspor, dan pemerataan pembebanan pajak. Kelemahan Pajak Penjualan: a. Adanya pajak berganda. b. Terdiri dari bermacam-macam tarif. c. Tidak mendorong ekspor. d. Belum dapat mengatasi penyelundupan. Kelebihan Pajak Pertambahan Nilai: a. Menghilangkan pajak berganda. b. Menggunakan tarif tunggal. c. Netral dalam persaingan dalam negeri. d. Netral dalam perdagangan internasional. e. Netral dalam pola konsumsi. f. Dapat mendorong ekspor. Pajak Pertambahan Nilai merupakan: a. Pajak Tidak Langsung b. Pajak atas konsumsi dalam negeri Dasar Hukum PPN dan PPn-BM adalah UU Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah. Dan terakhir kali diubah pada UU Nomor 42 Tahun 2009 atau disebut dengan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984. PPn-BM merupakan pungutan tambahan di samping PPN. PPn-BM hanya dikenakan 1 satu kali pada waktu penyerahan BKP yang Tergolong Mewah oleh pengusaha yang menghasilkan atau pada waktu impor BKP yang Tergolong Mewah. Alasan adanya PPn-BM: 1. Perlu Keseimbangan pembebanan pajak antara konsumen yang berpenghsilan rendah dan konsumen yang berpenghasilan tinggi. 2. Perlu adanya pengendalian pola konsumsi atas BKP yang tergolong mewah. 3. Perlu adanya perlindungan terhadap produsen kecil atau tradisional. 4. Perlu untuk mengamankan penerimaan negara. Batasan suatu barang termasuk BKP yang Tergolong Mewah adalah: 1. Barang tersebut bukan merupakan barang kebutuhan pokok. 2. Barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat tertentu. 3. Umumnya barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat berpenghasilan tinggi. 4. Barang tersebut dikonsumsi untuk menunjukkan status.

B. Objek PPN

1. Barang Kena Pajak Barang adalah barang berwujud yang sifat atau hukumnya dapat berupa barang bergerak atau barang tidak bergerak, dan barang tidak berwujud. Barang Kena Pajak adalah barang yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang PPN 1984. Terdiri dari: a. Barang Kena Pajak Berwujud. b. Barang Kena Pajak Tidak Berwujud. Pengecualian BKP: a. Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari sumbernya. b. Barang-barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak. c. Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan, warung dan sejenisnya. d. Uang, emas, batangan, dan surat-surat berharga saham, obligasi, dan lainnya. 2. Jasa Kena Pajak Jasa adalah setiap kegiatan pelayanan yang berdasarkan suatu perikatan atau perbuatan hukum yang menyebabkan suatu barang, fasilitas, kemudahan, atau hak tersedia untuk dipakai, termasuk jasa yang dilakukan untuk menghasilkan barang karena pesanan atau permintaan dengan bahan atas petunjuk pemesan. Jasa Kena Pajak adalah jasa yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang PPN 1984 Pengecualian JKP: a. Jasa pelayanan kesehatan medis. b. Jasa di bidang pelayanan sosial. c. Jasa di bidang pengiriman surat dengan perangko. d. Jasa keuangan. e. Jasa asuransi. f. Jasa di bidang keagamaan. g. Jasa pendidikan. h. Jasa kesenian dan hiburan. i. Jasa penyiaran yang tidak bersifat iklan. j. Jasa angkutan umum.