Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Toilet training dengan Kebiasaan

3. Gambaran Kebiasaan Mengompol pada Anak Usia Prasekolah 3-6

Tahun Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di RW 02 Kelurahan Babakan Kota Tangerang diperoleh hasil sebanyak 42 anak usia prasekolah 51,2 masih mengompol dan hanya 40 anak 48,8 yang sudah tidak mengompol. Hal ini berarti bahwa anak usia prasekolah di wilayah tersebut masih banyak yang mengompol. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Kurniawati dkk 2007 bahwa anak usia prasekolah masih mengalami enuresis dengan frekuensi sering sekali sebesar 52. Hasil tersebut juga mungkin dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti usia anak dan jenis kelamin anak. Pada penelitian ini, diketahui rata-rata usia anak prasekolah yaitu 4 tahun 5 bulan dan sebagian besar berjenis kelamin laki-laki sebanyak 44 orang anak 53,7. Menurut Behrman dkk 1999 prevalensi anak yang mengompol lebih banyak adalah laki-laki 7. Selain itu, anak laki-laki umumnya lebih lambat mengontrol buang air kecil daripada anak perempuan dan seorang anak tidak dapat mengontrol buang air kecilnya secara total sampai dia berusia 4 atau 5 tahun. Potter Perry, 2005

D. Hasil Analisis Bivariat

1. Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Toilet training dengan Kebiasaan

Mengompol pada Anak Usia Prasekolah 3-6 Tahun Hasil penelitian pada tabel 5.13 menunjukkan nilai probabilitas sebesar 0,232 berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu tentang toilet training dengan kebiasaan mengompol pada anak usia prasekolah 3-6 tahun di RW 02 Kelurahan Babakan Kota Tangerang. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Nursila 2007 terhadap 40 responden yang menyatakan tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan orang tua terkait tumbuh kembang anak usia prasekolah dengan kebiasaan mengompol p value = 0,301, walaupun pengetahuan ibu tentang toilet training lebih banyak pada kategori baik tetapi masih banyak ibu yang memiliki pengetahuan baik, anaknya mengompol pula. Kebiasaan mengompol pada anak bukan hanya disebabkan oleh faktor pengetahuan ibu saja, namun banyak faktor yang mempengaruhi anak mengalami kebiasaan mengompol. Menurut Walker 1995 dalam Schroeder, 2002 bahwa anak mengompol disebabkan karena faktor organik misalnya kerusakan saraf kongenital, masalah struktural pada sistem genitourinari, infeksi saluran kemih atau kandung kemih dan beberapa penyakit kronik seperti diabetes, kejang atau penyakit sel sabit “sickle cell disease”. Beberapa ahli berpendapat bahwa faktor keturunangenetik mempengaruhi anak mengalami kebiasaan mengompol seperti menurut Baldew 1984 dalam Kurniawati dkk, 2007 yang menyatakan bahwa apabila kedua orang tua mempunyai riwayat enuresis maka 77 kemungkinan anak mereka mengalami hal yang sama. Sekitar 44 kemungkinan anak mengompol juga apabila hanya salah satu orang tua yang mengalami enuresis, namun, apabila tidak ada satupun orang tua yang pernah mengalami enuresis, maka kemungkinan anak terkena enuresis hanya 15. Menurut Pierce 1971 dalam Schroeder, 2002 bahwa enuresis merupakan hasil dari gangguan emosi, konflik psikologis atau ansietas. Pengetahuan ibu tentang toilet training ini diukur dengan menggunakan kuesioner dengan jumlah pertanyaan sebany ak 12 pernyataan. Hasil kuesioner yang terdiri dari 12 pernyataan menunjukkan bahwa ternyata ibu di wilayah tersebut memiliki pengetahuan tentang pengertian toilet training, dampak keberhasilan dan kegagalan toilet training, tetapi banyak ibu yang belum mengetahui tentang kesiapan dan teknik mengajarkan anaknya melakukan toilet training dengan baik. Berdasarkan hasil penelitian pengetahuan ibu tentang toilet training dapat disimpulkan bahwa tingkatan pengetahuan ibu di RW 02 Kelurahan Babakan Kota Tangerang berada pada tingkatan paling rendah yakni tahu know, dimana tahu know diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya dan keadaan pengetahuan yang termasuk ke dalam tingkat ini adalah mengingat kembali recall sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima Bloom, 1956 dalam Notoatmodjo, 2003.

2. Hubungan Perilaku Ibu dalam Menerapkan Toilet training dengan

Dokumen yang terkait

Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Toilet Training dengan Perilaku Ibu dalam Melatih Toilet Training pada Anak Usia Toddler di Desa Kadokan Sukoharjo

0 4 7

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG TOILET TRAINING TERHADAP PELAKSANAAN TOILET TRAINING PADA Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Toilet Training Terhadap Pelaksanaan Toilet Training Pada Anak Usia Toddler Di Kelurahan Sewu Surakarta.

0 3 14

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG TOILET TRAINING TERHADAP PELAKSANAAN TOILET Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Toilet Training Terhadap Pelaksanaan Toilet Training Pada Anak Usia Toddler Di Kelurahan Sewu Surakarta.

0 5 15

BAB I PENDAHULUAN Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Toilet Training Terhadap Pelaksanaan Toilet Training Pada Anak Usia Toddler Di Kelurahan Sewu Surakarta.

0 2 8

METODOLOGI PENELITIAN Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Toilet Training Terhadap Pelaksanaan Toilet Training Pada Anak Usia Toddler Di Kelurahan Sewu Surakarta.

0 8 12

DAFTAR PUSTAKA Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Toilet Training Terhadap Pelaksanaan Toilet Training Pada Anak Usia Toddler Di Kelurahan Sewu Surakarta.

0 3 4

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG TOILET Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Toilet Training Dengan Kecenderungan Perilaku Bab Dan Bak Anak Usia Toddler Di Desa Semen Wonogiri.

0 2 16

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG TOILET TRAINING DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Toilet Training Dengan Kecenderungan Perilaku Bab Dan Bak Anak Usia Toddler Di Desa Semen Wonogiri.

0 2 18

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG TOILET TRAINING DENGAN PERILAKU IBU DALAM MELATIH TOILET TRAINING PADA ANAK USIA TODDLER DI DESA KADOKAN SUKOHARJO.

0 0 9

HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN PERILAKU IBU DALAM MELAKUKAN TOILET TRAINING ANAK USIA TODDLER

0 0 8