4. Perkembangan Psikoseksual
Freud 1905 dalam Wong, 2008 menyatakan bahwa anak usia prasekolah termasuk ke dalam tahap falik dimana kepuasan anak berpusat
pada genitalia dan masturbasi sehingga genitalia menjadi area tubuh yang
menarik dan sensitif. Anak mulai mempelajari adanya perbedaan jenis kelamin perempuan dan laki-laki dengan mengetahui adanya perbedaan
alat kelamin. Anak sering meniru ibu atau bapaknya untuk memahami identitas gender, misalnya dengan menggunakan pakaian ayah dan ibunya
Supartini, 2004. Banyak anak yang melakukan masturbasi pada usia ini untuk
kesenangan fisiologis dan membentuk hubungan yang kuat dengan orang tua lain jenis, tetapi mengidentifikasi orang tua sejenis. Anak usia
prasekolah merupakan pengawas yang cermat tetapi kemampuan interpretasinya buruk sehingga anak dapat mengenali tetapi tidak dapat
memahami aktivitas seksual. Apabila anak menanyakan tentang seks maka orang tua harus menjawab pertanyaan mengenai seks dengan sederhana
dan jujur, hanya memberikan informasi yang anak tanyakan dan penjelasan lebih rincinya dapat diberikan nanti serta sebelum menjawab
pertanyaan anak, orang tua harus mengklarifikasi kembali apa yang sebenarnya ditanyakan dan dipikirkan anak tentang subjek spesifik
Muscari, 2005. Anak usia prasekolah ini mengalami fase yang ditandai dengan
kecemburuan dan persaingan terhadap orang tua sejenis dan cinta terhadap orang tua lain jenis, yang disebut sebagai konflik Odipus. Tahap ini
biasanya berakhir pada akhir periode usia prasekolah dengan identifikasi kuat pada orang tua sejenis Freud, 1905 dalam Muscari, 2005.
5. Perkembangan Psikososial
Berdasarkan teori Psikososial Erikson 1963 dalam Muscari, 2005 menyatakan bahwa krisis yang dihadapi anak usia antara 3 dan 6 tahun
disebut “inisiatif versus rasa bersalah”, yakni anak berupaya menguasai perasaan inisiatif dengan dukungan orang tua dalam imajinasi dan
aktivitas karena orang terdekat anak usia prasekolah adalah keluarga. Wong 2008 menyatakan bahwa tahap inisiatif ini berkaitan dengan tahap
falik Freud dan dicirikan dengan perilaku yang instrusif dan penuh semangat, berani berupaya, dan imajinasi yang kuat.
Anak-anak mengeksplorasi dunia fisik dengan semua indera dan kekuatan mereka.
Mereka membentuk suara hati dan tidak lagi hanya dibimbing oleh pihak luar, terdapat suara dari dalam yang memperingatkan dan mengancam.
Perkembangan inisiatif ini diperoleh dengan cara mengkaji lingkungan melalui kemampuan inderanya. Anak mengembangkan keinginan dengan
cara eksplorasi terhadap apa yang ada disekelilingnya. Hasil akhir yang diperoleh adalah kemampuan untuk menghasilkan sesuatu sebagai
prestasi, arahan dan tujuan Supartini, 2004 dan Wong, 2008. Perasaan bersalah akan timbul pada anak apabila anak tidak mampu
berprestasi sehingga merasa tidak puas atas perkembangan yang tidak tercapai Supartini, 2004.
Perasaan bersalah pun muncul ketika orang tua membuat anak merasa bahwa imajinasi dan aktivitasnya tidak dapat
diterima. Ansietas dan ketakutan terjadi ketika pemikiran dan aktivitas anak tidak sesuai dengan harapan orang tua Muscari, 2005.
Hubungan anak dengan orang lain semakin meluas pada masa ini. Anak tidak saja menjalin hubungan dengan orang tua, tetapi juga dengan
kakek-nenek, saudara kandung, dan guru-guru di sekolah. Anak perlu melakukan interaksi yang teratur dengan teman sebaya untuk membantu
mengembangkan keterampilan sosial Muscari, 2005.
6. Perkembangan Moral