5 Dudukkan anak di atas pispot atau orang tua duduk atau jongkok dihadapannya sambil mengajak bicara atau bercerita.
6 Berikan pujian jika anak berhasil, namun apabila gagal jangan disalahkan dan dimarahi.
7 Biasakan akan pergi ke toilet pada jam-jam tertentu. 8 Beri anak celana yang mudah dilepas dan dipasangkan kembali
Hidayat, 2008. Sesi latihan ini harus dibatasi 5 sampai 10 menit, orang tua harus
menunggu anaknya dalam melakukan toilet training dan kebiasaan sanitasi harus dilakukan setiap kali selesai eliminasi Wong, 2008.
Teknik-teknik di atas merupakan bentuk nyata dari perilaku orang tua dalam melatih anak buang air kecil maupun buang air besar secara mandiri
di toilet atau kamar mandi.
4. Hal yang perlu Diperhatikan Selama Toilet Training
Menurut Hidayat 2008 dalam melakukan pengkajian kebutuhan buang air kecil dan besar, terdapat beberapa hal-hal yang perlu
diperhatikan selama toilet training, diantaranya : a. Hindari pemakaian popok sekali pakai atau diaper dimana anak akan
merasa aman. b. Ajari anak mengucapkan kata-kata yang berhubungan dengan buang
air besar, misalnya “pup” dan buang air kecil, misalnya “pipis”. c. Mendorong anak melakukan rutinitas ke kamar mandi seperti cuci
muka saat bangun tidur, cuci tangan, cuci kaki dan lain-lain.
d. Jangan marah bila anak gagal dalam melakukan toilet training.
5. Dampak Keberhasilan Toilet Training
Seorang anak yang berhasil melakukan toilet training memiliki beberapa keuntungan sebagai berikut :
a. Anak memiliki kemampuan mengontrol BAK dan BAB. b. Anak memiliki kemampuan menggunakan toilet pada saat ingin BAK
atau BAB. c. Toilet training menjadi awal terbentuknya kemandirian anak secara
nyata sebab anak sudah bisa melakukan sendiri hal-hal seperti BAB atau BAK.
d. Toilet training membuat anak dapat mengetahui bagian-bagian tubuh serta fungsinya Warga, 2007.
6. Dampak Kegagalan Toilet Training
Kegagalan dalam melakukan toilet training ini memiliki dampak yang kurang baik pada anak seperti anak akan terganggu kepribadiannya,
misalnya anak cenderung bersifat retentive dimana anak cenderung bersikap keras kepala bahkan kikir. Sikap tersebut dapat disebabkan oleh
sikap orang tua yang sering memarahi anak pada saat buang air besar atau buang air kecil atau melarang anak saat bepergian. Apabila orang tua
santai dalam memberikan aturan dalam toilet training maka anak akan dapat mengalami kepribadian eksprensif dimana anak lebih tega,
cenderung ceroboh, suka membuat gara-gara, emosional dan seenaknya
dalam melakukan kegiatan sehari-hari Hidayat, 2008. Kegagalan toilet training pun akan menyebabkan anak mengalami enuresis atau
mengompol Aziz, 2006.
C. Kebiasaan Mengompol