Metode Penulisan Sistematika Penulisan

BAB IV : ANALISA DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis membahas mengenai dasar pertimbangan DSN-MUI dalam penetapan fatwa produk bank syariah, kendala DSN-MUI dalam berfatwa, produk perbankan syariah internasional dan pertimbangan fatwa di Indonesia.

BAB V : PENUTUP

Pada bab ini penulis membuat kesimpulan dari pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya dan memberikan saran- saran yang kiranya bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan dan terkait dalam dengan permasalahan yang penulis angkat.

BAB II Fatwa dan Produk Bank Syariah

A. Fatwa 1. Pengertian Fatwa

Secara pengertian kata fatwa berasal dari bahasa Arab al-fatwa. Dalam bahasa Indonesia fatwa dimaknai sebagai petuah, nasihat atau jawaban atas pertanyaan yang berkaitan dengan hukum. Sedangkan fatwa dalam ilmu fiqh dan ushul fiqh berarti pendapat yang dikemukakan seorang mujtahid atau faqih sebagai jawaban yang diajukan peminta fatwa dalam suatu kasus yang sifatnya tidak mengikat. Pihak yang meminta fatwa tersebut bersifat pribadi, kelompok atau masyarakat. Fatwa yang dikemukakan mujtahid atau mufti tersebut tidak mempunyai daya ikat. Pihak yang memberi fatwa dalam istilah fiqh dan ushul fiqh disebut mufti sedangkan pihak yang menerima fatwa disebut mustafti. 15 Sedangkan secara terminologis, sebagaimana dikemukakan oleh Zamakhsyari: w. 538 H fatwa adalah penjelasan hukum syara tentang suatu masalah atas pertanyaan seseorang atau kelompok. Menurut as-Syatibi, fatwa dalam arti al-iftaa berarti keterangan-keterangan tentang hukum syara’ yang tidak mengikat untuk diikuti. Menurut Yusuf Qardawi, fatwa adalah menerangkan hukum syara dalam suatu persoalan sebagai jawaban atas 15 Ica Purba Nur Hendra, “Konsep Elastisitas Fatwa Menurut Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah,” Tesis S2 Sekolah Pasca Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007, h.41