Fatwa Sahabat Kedudukan Fatwa Dalam Hukum Islam

Fatwa para imam mujtahid berpengaruh dalam penetapan hukum Islam karena membantu umat Islam dalam memahami al-Qur’an dan tafsirnya, sunnah atau hadits dan fiqh sebab mereka mengambil dan menerima pelajaran dari para tabi’in, tabi’u al tabi’in dan sahabat. Selain itu, para imam mujtahid menggunakan metode istinath yang dapat diakui dan diteruskan oleh generasi selanjutnya dalam mengistinbath hukum terhadap suatu masalah yang belum ada ketetapan hukumnya. Di samping juga fatwa para imam mujtahid dapat dijadikan sebagai pedoman dalam beribadah dan beramal khususnya bagi mereka yang tidak mampu berijtihad. 24

3. Metode Istinbath Dalam Berfatwa

Keberadaan metode dalam penetapan fatwa adalah sangat penting, sehingga dalam setiap proses penetapan fatwa harus mengikuti metode tersebut. Sebuah fatwa yang ditetapkan tanpa mempergunakan metodologi, keputusan hukum yang dihasilkanya kurang mempunyai argumentasi yang kokoh. Oleh karenanya, implementasi metode manhaj dalam setiap proses penetapan fatwa merupakan suatu keniscayaan. Metodekaidah istinbath yang dijadikan pedoman dalam penetapan fatwa adalah sebagai berikut: 24 Tesis Fahruroji, “Fatwa Dewan Syariah Nasional entang Murabahah Suatu Analisa Metode Istinbath Hukum dan Pelaksanaanya di BII syariah”, Tesis S2 Sekolah Pasca Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009, h. 27

1. Metode Bayani Analisa Kebahasaan

Metode ini dipergunakan untuk menjelaskan teks al-Qur’an dan as- sunnah dalam menetapkan hukum dengan menggunakan analisis kebahasaan. Yang dimaksud dengan kaidah kebahasaan adalah kaidah- kaidah yang dirumuskan oleh para ahli bahasa dan kemudian diadopsi oleh para ulama ushul untuk melakukan pemahaman terhadap makna lafadz sebagai hasil analisa induktif dari tradisi kebahasaan bangsa Arab sendiri. Pembahasan metode bayani ini dalam kajian ushul fiqh mencakup: a. Analisa berdasarkan segi makna lafaz bi i’tibar al-lafdz lil-ma’na. b. Analisa berdasarkan segi pemakaian makna bi i’tibar isti’mal al-lafdz lil-ma’na. c. Analisa berdasarkan segi terang dan samarnya makna bi i’tibar dalalah al-lafz ala al-ma’na bi hasab zuhur al-ma’n wal khafaih. d. Analisa berdasarkan segi penunjukan lafaz kepada makna menurut maksud pencipta nash bi i’tibar kaifiyah dalalah al-lafz ala al- ma’na. 25 Dari segi makna lafaz, ada suatu lafaz yang ditempatkan untuk menunjukkan suatu makna tertentu khas dan umum ‘am, ada lafaz yang mengacu pada satu makna muradif, dan ada pula lafaz jama’ yang mecakup satuan-satuan yang banyak akan tetapi tidak mencakup seluruh satuan yang dimasukkan kedalamnya jama’ munakkar. 25 Ma’ruf Amin, Fatwa dalam Sistem Hukum Islam, Jakarta: Elsas, 2008, h. 44