Industrial Hire Purchase – Al Ijarah Thumma Al Bai’

6. Ketika konsumen gagal memenuhi kewajiban sewa sesuai dengan term dan kondisi yang tertulis dalam perjanjian, bank memiliki hak untuk melakukan tindakan yang diperlukan untuk meringankan kerugian. Tujuan atau manfaat produk ini bagi bank adalah bank mendapatkan sewa, dan bank akan mendapatkan keuntungan dari transaksi jual beli dengan nasabah. Sedangkan bagi nasabah adalah membantu nasabah mendapatkan mesin atau peralatan industri yang diperlukanya sesuai prinsip syariah. adapun analisis risoko pada produk ini adalah risiko kredit dimana risiko ini terjadi apabila nasabah tidak mampu membayar angsuran, risiko fluktuasi harga pada saat dilakukan penjualan kepada nasabah sehingga dapat terjadi gagal beli, risiko jika nasabah batal membeli peralatanmesin industri. Fatwa dan opini syariah adalah yang petama, Al Ijarah Thumma Bai’ AITAB secara prinsip memiliki kesamaan dengan konsep Al – Ijarah Al- Muntahiyah Bi Al-Tamlik fatwa Dewan Syariah Nasional No. 27DSN- MUIIII2002. Dan pebedaanya adalah pada kedudukan sewahire dan belipurchasing kedua-duanya merupakan suatu kontrakakad dalam suatu perjanjian AITAB dengan realisasi masing-masing kontrak secara bertahap. Sedangkan pada IMBT sewa adalah suatu kontrakakad, sedangkan pemindahan kepemilikan merupakan suatu janjiwa’d. Produk ini sama halnya dengan produk AITAB yang sudah dijelaskan sebelumnya, dimana produk ini diterapkan di Malaysia, barang yang disewakan secara otomatis menjadi kepemilikan si penyewa setelah akad sewa sudah berakhir. Namun perbedaanya pada prosuk ini khusus spesifikasi dalam bidang peralatan industri. Menurut Dewan Syariah Nasional produk Industrial Hire Purchase dengan akad Al Ijarah Thumma Al Bai’ ini tidak dapat diterapkan di Indonesia karena mekanisme yang digunakan, dimana menggabungkan kedua akad sekaligus dalam satu akad yang pada akad pertama belum berakhir namun akad yang kedua sudah direalisasikan. Didalam fikih di Indonesia hal tersebut dilarang. Dalam hadits, Nabi secara jelas menjelaskan bahwa multi akad dengan jual beli dan pinjaman adalah dilarang. Dalam hadits disebutkan: “Dari Abu Hurairah, Rasulullah melarang jual beli dan pinjaman”. HR. Ahmad Suatu akad dinyatakan boleh selama objek, harga, dan waktunya diketahui oleh kedua belah pihak. Jika salah satu di antaranya tidak jelas, maka hukum dari akad itu dilarang. 63 Sehingga produk ini belum mendapatkan fatwa dari Dewan Syariah Nasional dan tentu saja tidak dapat diterapkan di Indonesia. 63 Hasanudin, M ult i Akad, diakses pada tanggal 24 Agustus 2011 dari w ebsit e w w w .ekonom isyariah.org ... M akalah20IAEI_M ulti_Akad_Hasanudin.pdf

6. Export Kredit Refinancing – Murabahah

64 Export Kredit Refinancing – Murabahah adalah merupakan fasilitas pembiayaan berdasarkan akad murabahah yang diberikan kepada eksportir untuk meyiapkan barang sebelum pengapalan. Fasilitas ini merupakan usaha untuk meningkatkan ekspor prroduk hasil pertanian dan hasil produksi perusahaan pabrikan Malaysia. Produk ini menggunakan akad murabaha yaitu membeli secara tunia, kemudian menjual kembali sebesar harga pokok plus keuntungan dengan pembayran secara mencicil atau tangguh. Produk eksport credit refinancing ini diterapkan oleh bank di Malaysia yaitu bank Islam. Fitur dan mekanisme dari produk eksport credit refinancing ini adalah pertama, fasilitas ini dibiayai oleh Eksport Import Bank of Malaysia berhad EXIM Bank.. kedua. Digunakan hanya untuk membiayai produk halal dan produk yang tidak tercantum dalam Negative List Guideline. Ketiga, tingkat marjin pembiyaan ditetapkan oleh EXIM Bank dari waktu-kewaktu. Keempat, bank Islam dapat menambah marjin sampai dengan 1 untuk ECR Financing kepada nasabah. Skema produk: 64 Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia, Kodifikasi Produk Perbankan Syariah Internasiional Jakarta: Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia, 2008, h.98 Skema 9. Produk Export Kredit Refinancing – Murabahah Ket: 1. Nasabah eksportir mempunyai kontrak penjualan barang dengan importir; 2. Karena nasabah eksportir tidak cukup dana untuk produksi barang ekspor, maka nasabah eksportir tersebut mengajukan pembiayaan dengan akad murabahah, karena itu bank mewakilkan kepada nasabah eksportir utnuk membeli barang ke supllier; 3. Nasabah mewakili bank untuk beli barang ke supplier; 4. Penandatanganan akad murabahah sekaligus bank mentransfer dana untuk pembayaran barang yang dibeli; 5. Importir mengajukan permohonan pembuakaan LC; 6. Issuing bank menerbitkan LC yang ditujukkan kepada bank syariah sebagai Advising Bank dari nasabah eksportir; 7. Bank syariah mengadvice Lc kepada nasabah eksportir; 8. Nasabah eksportir mengirimkan barang kepada importir; 9. Nasabah eksportir menyerahkan berkas dokumen pengiriman barang kepada bank syariah; 10. Bank syariah mengirimkan dokumen dan penagihan pembayaran kepada issuing bank; 11. Issuing bank melakukan pemeriksaan dokumen yang diterima dari bank syariah untuk diperiksa kesesuainya, dengan persyaratan dalam LC; 12. Importir melakukan pembayaran ke Issuing Bank; 13. Iisuing bank membayarkan tagihan pembayaran ke Bank syariah sebagai pelunasan atas tagihan kepada nasabah eksportir; Tujuanmanfaat produk ini bagi bank adalahbank memperoelh fee based Income dari aktifitas trade service, dan penyaluran kegiatan usaha nasabah terutama aktifitas ekspor dilaksanakan melaui bank. Sedangkan tujuanmanfaat produk ini bagi nasabah adalah biaya lebih rendah, karena pembiayaan ini dibiayai oleh EXIM Bank. Analisis da identifikasi risiko pada produk ini adalah pertama, risiko operasi yaitu bila supplier dan atau manufacturer tidak dapat memproduksi barang yang akan diekspor, dan bila buyer diluar negeri menolak barang yang diekspor atau menolak pembayaran harga barang yang diekspor unpaid. Dan kedua, adalah