melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, dijelaskan sebagai berikut;
31
1. Gharar adalah transaksi dengan objek yang tidak jelas, mengandung tipuan dari salah satu pihak sehingga pihak lain dirugikan.
2. Maysir adalah transaksi yang mengandung unsur perjudian, untung- untungan, atau spekulatif yang tinggi.
3. Riba adalah transaksi dengan pengambilan tambahan, baik dalam transaksi jual-beli maupun simpan pinjam secara batil atau bertentangan dengan ajaran
Islam. 4. Zalim adalah tindakan atau perbuatan yang mengakibatkan kerugian dan
penderitaan pihak lain. 5. Risywah adalah tindakan suap dalam bentuk uang, fasilitas, atau betuk
lainya yang melanggar hukum sebagai upaya mendapatkan fasilitas atau kemudahan dalam bertransaksi.
6. Barang haram dan maksiat adalah barang atau fasilitas yang dilarang dimanfaatkan atau digunakan menurut hukum Islam.
Menurut Muhammad Syafi’i Antonio, prinsip-prinsip dalam dunia bank syariah ruang lingkup usaha perbankan syariah yaitu:
31
Dr. Abd. Shomad, Hukum Islam panorama prinsip syariah dalam hukum Islam. Jakarta: prenada media group ,h. 125
1. Prinsip bagi hasil Secara umum dapat dilakukan dalam empat akad utama, yaiutu:
a. Al-Musyarakah partnership, project fianancing participation b. Al-Mudharabah trust financing, trust investment
c. Al-Muzara’ah harvest-yield profit sharing d. Al-Musaqah plantation management fee based on certain portion of yield
Tetapi prinsip yang paling sering dipakai adalah musyarakah dan mudharabah 2. Prinsip jual beli
Ada tiga jual beli yang telah banyak dikembangkan sebagai sandaran pokok dalam pembiayaan dalam perbankan syariah dari sekian banyak jenis jual beli,
yaitu:
a. Al-muarabah deffered payment sale b. As-salam in-front payment sale
c. Al-istishna purchase by order of manufacture 3. Prinsip sewa
Terbagi dalam dua jenis:
a. Al-ijarah operational lease seperti halnya bank menyewakan traktordan alat produk lainya kepada nasabah
b. Al-ijarah muntahia bit-tamlik financial lease with purchase option 4. Prinsip jasa fee based services
Al Qard soft and benevolent loan
BAB III Dewan Syariah Dalam Penetapan Fatwa Produk Bank Syariah
A. Pengertian Dewan Syariah Nasional
Berdasarkan surat keputusan dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia tentang susunan Pengurus Dewan Syariah Nasional MUI No: Kep-98MUIIII2001, maka
pengertian, kedudukan, tugas dan wewenang DSN-MUI sudah tercantum dan diatur
didalamnya.
Dewan Syariah Nasional adalah dewan yang dibentuk oleh MUI yang bertugas menangani masalah-masalah yang berhubungan dengan aktivitas lembaga keuangan
syariah. DSN merupakan bagian dari Majelis Ulama Indonesia MUI yang bertugas mengembangakan penerapan nilai-nilai syariah dalam kegiatan perekonomian pada
umumnya dan sektor keuangan pada khususnya, termasuk usaha bank, asuransi dan reksadana. DSN merupakan satu-satunya lembaga yang mempunyai kewenangan
untuk mengeluarkan fatwa atau jenis-jenis kegiatan, produk dan jasa keuangan syariah serta mengawasi penerapan fatwa dimaksud oleh lembaga-lembaga keuangan
syariah di Indonesia.
32
Sedangkan Kedudukan Dewan Syariah Nasional adalah otoritas syariah tertinggi, yang merupakan lembaga independen dalam mengeluarkan fatwa yang berhubungan
dengan semua masalah Syariah agama Islam, baik masalah ibadah maupun
32
Firdauz NH DR. Muhammad, Ghufron Sofiniyah, Aziz Hakim Muhammad, Alshodiq Mukhtar, Sistem Mekanisme Pengawasan Syariah, Jakarta: Renaisan, 2005, h. 21
muamalah, termasuk masalah ekonomi, keuangan dan perbankan.
33
. Statusnya membantu pihak terkait, seperti Departemen Keuangan, Bank Indonesia dan lain-lain
dalam menyususn peraturanketentuan untuk lembaga keuangan syariah. dan anggota DSN terdiri dari para Ulama, praktisi, dan para pakar dalam bidang yang terkait
dengan muamalah syariah, serta anggota DSN ditunjuk dan diangkat oleh MUI dengan masa bakti sama dengan periode masa bakti pengurus MUI pusat yakni lima
tahun.
34
Visi Dewan Syariah Nasional adalah “memasyarakatkan ekonomi syariah dan mensyariatkan ekonomi masyarakat” sedangkan misi Dewan Syariah Nasional
adalah “menumbuhkembangkan ekonomi syariah dan lembaga keuangan atau bisnis syariah untuk kesejahteraan umat dan bangsa”.
B. Sejarah Pembentukan Dewan Syariah Nasional
Dengan semakin berkembangnya lembaga-lembaga keuangan syariah di tanah air akhir-akhir ini dan adanya Dewan Pengawas Syariah pada setiap lembaga keuangan,
dipandang perlu didirikan lembaga Dewan syariah Nasional yang akan menampung berbagai masalahkasus yang memerlukan fatwa agar diperoleh kesamaan dalam
penangananya dari masing-masing Dewan Pengawas Syariah yang ada dilembaga keuangan syariah.
33
Ascarya. Akad Produk Bank Syariah. jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007, h. 206
34
Firdauz NH Dr. Muhammad, Ghufron Sofiniyah, Aziz Hakim Muhammad, Alshodiq Mukhtar, Sistem Mekanisme Pengawasan Syariah, Jakarta: Renaisan, 2005, h. 22
Pembentukan Dewan Syariah Nasional merupakan langkah efisiensi dan koordinasi para ulama dalam menanggapi isu-isu yang berhubungan dengan masalah
ekonomikeuangan. Dewan Syariah Nasional diharapkan dapat berfungsi untuk mendorong penerapan ajaran Islam dalam kehidupan ekonomi.
DSN-MUI dibentuk oleh Majelis Ulama Indonesia MUI pada tahun 1998 dan dikukuhkan oleh SK Dewan Pimpinan MUI No. Kep-754MUIII1999. Dewan ini
bertugas dan memiliki kewenangan untuk memastikan kesesuaian antara produk, jasa dan kegiatan usaha lembaga keuangan syariah dengan prinsip syariah.
35
Adapun latar belakang pembentukan DSN antara lain: 1. Untuk mewujudkan aspirasi umat Islam dalam mendorong penerapan ajaran
Islam dalam bidang perekonomian keuangan; 2. Terciptanya koordinasi dan langkah yang efisien para ulama dalam
mengahdapi isu-isu yang berkaitan dengan masalah ekonomikeuangan; 3. Menanggapi munculnnya kasus-kasus di bank syariah sehingga diperoleh
dengan Dewan Pengawas Syariah DPS di masing-masing bank syariah.
C. Tugas dan Wewenang Dewan Syariah Nasional
Dewan syariah, mempunyai peran yang sangat besar dalam menentukan ekistensi atau menjamian ke-Islaman keuangan syariah diseluruh dunia. Di Indonesia, tugas ini
dijalankan oleh Dewan Syariah Nasional DSN.
35
Dr. Firdauz NH Muhamammad, Ghufron Sofiniyah, Aziz Hakim Muhammad, Alshodiq Mukhtar. Sistem Mekanisme Pengawasan Syariah, Jakarta: Renaisan, 2005, h. 20