Profil Pemain Film Biola Tak Berdawai

dan dengan dialog-dialog yang terlalu lambat, lama, dan pada beberapa bagian terasa terlalu teatrikal.

d. Dewa

Dewa merupakan seorang anak yang dilahirkan dengan jaringan otak yang rusak berat. Selain itu, dia juga mempunyai kecendrungan autisme dan penyandang tuna wicara. Tubuhnya kerdil, kepalanya selalu tertunduk ke bawah dengan tatapan mata yang hampa. Dicky Lebrianto yang berperan sebagai Dewa, meski hampir sepanjang film tidak ada dialog yang diucapkannya, namun Dicky dengan sukses memberikan perhatian kepada penonton seorang Dewa yang cukup misterius.

C. Sinopsis Film Biola Tak Berdawai

63 Category: Movies Genre : Drama Written and directed by Sekar Ayu Asmara Cast : Renjani : Ria Irawan Mbak Wid : Jajang C.Noer Bhisma : Nicholas saputra Dewa : Dicky Lebrianto Pak Kliwon: Masroom Sara Suster 1 : Ragilia Suster 2 : Maria Andini 63 JB Kristanto, Katalog Film Indonesia 1926-2005, Jakarta: Nalar, 2005. Crew: Produksi : PT. Kalyana Shira Film Producers: Afi Shamara, Nia Dinata, Sekar Ayu Asmara Executive Producer: Seto Harjojudanto Music by Addie MS Sound Designer: Adityawan, Susanto, Satrio Budiono Art director: Iri Supit Editor: Dewi S. Alibasah Dibuat dalam format video digital, lalu ditransfer ke film 35 mm. Renjani adalah seorang mantan penari balet setelah dirinya diperkosa, hamil, dan dipaksa untuk mengaborsi kandungannya. Ia memutuskan membuang masa lalunya dan pindah ke Yogyakarta. Di perjalanan di kereta, ia duduk bersebelahan dengan seorang wanita yang disuruh untuk membuang bayi cacat yang kini berada dalam gendongannya. Sesampai di Yogyakarta, ia menempati rumah Neneknya yang sangat besar. Kemudian Renjani teringat kisah perjalanannya dan mendirikan rumah asuh untuk anak-anak yang cacat bernama Ibu Sejati. Seorang wanita yang filosofis terhadap sifat manusia sekaligus pintar membaca kartu tarot, Mbak Wid melamar sebagai dokter anak disana. Mbak Widpun mempunyai masa lalu sendiri, ia adalah anak dari seorang pelacur yang mudah hamil. Hanya Mbak Wid saja benih yang berhasil lahir, sementara itu, seluruh benih lain diaborsikan oleh sang ibu. Hal itu membuat Mbak Wid bertekad menjadi seorang dokter anak. Renjani kemudian menemukan Dewa seorang anak cacat yang diberikan ke rumah itu. Dewa diasuh Renjani hingga Renjani merasa bahwa Dewa adalah anaknya sendiri. Sampai umurnya yang menjelang kedelapan, Dewa belum bisa merespon karena distorsi fungsi otak dan tuna wicara yang dialaminya. Suatu hari, Renjani menemukan Dewa membongkar perlengkapan baletnya. Renjani menggunakannya dan menari sambil menyetel musik klasik, saat itulah Dewa merespon dengan mengangkat kepalanya. Renjani berpikir Dewa bisa disembuhkan dengan terapi musik atau tarian, Renjanipun mencarikan sebuah resital musik atau tari untuk disinggahi. Mereka menonton resital musik biola. Setelah selesai, Dewa tidak mau pulang. Saat itulah seorang pemuda yang memainkan biola di resital tadi, Bhisma memperkenalkan diri sambil membawa biola dan tongkat geseknya. Dewa menggenggam tongkat itu terus. Bhisma akhirnya mengantarkan Renjani dan Dewa hingga ke Ibu Sejati, Dewa diperbolehkan memegang tongkat itu hingga esok. Esoknya, Bhisma dan Renjani berbicara banyak, dari situlah Renjani tahu bahwa Bhisma juga turut perhatian dengan anak-anak yang cacat. Bhisma menjadi dekat dengan Mbak Wid dan Renjani juga. Pada malam hari, Bhisma mengajak Renjani untuk berkolaborasi dihadapan Dewa, Renjani akan menari sementara Bhisma memainkan biola. Hal itu terbukti, Dewa mengangkat kepalanya lagi. Renjani dan Bhisma berpelukan dan nyaris berciuman sebelum Renjani menghentikannya. Bhisma mengurung diri di kamarnya membuat sebuah sonata yang berjudul Biola Tak Berdawai, diciptakan untuk Dewa. Bhisma memperdengarkan lagu yang belum selesai ia buat kepada Dewa dan Renjani lewat telepon. Pertemuan Renjani dengan Bhisma keesokan