mempertautkan dirinya dengan bayangan-bayangan dari kenyataan yang ia lihat di layar. Ketiga, adalah identifikasi imajiner. Di sini
penonton mengidentifikasikan dirinya dengan salah satu tokoh atau beberapa tokoh di dalam film yang ditontonnya.
Film mempunyai daya magis yang kuat sekali, tentu tergantung pada baik-buruknya film yang dibuat.
Film adalah suatu medium yang memungkinkan manusia terlibat secara ekstensial dengan kenyataan-kenyataan imajiner. Terlibat secara
eksistensial berarti bahwa terjadi suatu hubungan yang dialektis antara dirinya dan kenyataan memang imajiner itu.
Film pada dasarnya menceritakan suatu perkembangan psikologis dari tokoh-tokohnya, bukan seperti film dokumenter yang bertolak dari
konsep dan ide. Perkembangan psikologis itu dituang ke dalam suatu plot cerita yang mengenal permulaan, pengembangan cerita dan
klimaks. Di dalam garris plot itulah protagonis dan antagonisnya dipertemukan dan dipertentangkan.
Konflik antara protagonis dan antagonis tentunya merupakan konflik antara nilai-nilai yang menjadi dasar masing-masing. Nilai itu
bisa bersumber pada pribadi atau pada kelompok dimana pribadi itu berada. Itu sebabnya konflik-konflik di dalam cerita film bisa juga
merupakan konflik antara berbagai kelompok dan kepentingan, latar belakang sosial, ekonomi, budaya dan sejarah.
Sering pula di dalam film Indonesia, ketidakmampuan dramaturgi pembuat filmnya menyebabkan film itu menawarkan kenyataan-
kenyataan serta penyelesaiannya yang tidak masuk akal.
7. Teknik Pengambilan Gambar
a. Sinematrogafi
Dalam sebuah produksi film ketika seluruh aspek mise-en- scene telah tersedia dan sebuah adegan telah siap untuk diambil
gambarnya, maka pada tahap inilah unsur sinematografi mulai berperan. Sinematografi secara umum dapat dibagi menjadi tiga
aspek, yakni kamera dan film, framing, serta durasi gambar. Kamera dan film mencakup teknik-teknik yang dapat dilakukan
melalui kamera dan stok filmnya, seperti warna, penggunaan lensa, kecepatan gerak gambar, dan sebagainya.
Sama seperti teknik dalam pemotretan, pada kamera juga menggunakan teknik framing dalam pengambilan gambarnya.
Framing adalah meletakkan objek sebagai foreground untuk membuat bingkai yang bertujuan memberi kesan ruang tiga
dimensi.
22
22
Yannes Irwan Mahendra, Dari Hobi jadi Profesional, Yogyakarta: Andi, 2010, ed. 1, h. 55.
Berikut ini adalah salah satu aspek framing yang terdapat dalam sinematografi, yakni jarak kamera terhadap obyek type of
shot, yaitu:
23
1 Extreme long shot, merupakan jarak kamera yan paling jauh
dari objeknya. Teknik ini umumnya untuk menggambarkan sebuah objek yang sangat jauh atau panorama yang luas.
2 Long shot, pada teknik ini memperlihatkan tubuh fisik
manusia yang tampak jelas namun latar belakang masih dominan.
3 Medium long shot, pada teknik ini manusia terlihat dari
bawah lutut sampai ke atas. 4
Medium shot, pada jarak ini memperlihatkan tubuh manusia dari pinggang ke atas.
5 Medium close-up, pada jarak ini memperlihatkan manusia
dari dada ke atas. Adegan percakapan normal biasanya mengunakan jarak ini.
6 Close-up, umumnya memperlihatkan wajah, kaki, atau
sebuah obyek
kecil lainnya.
Teknik ini
mampu memperlihatkan ekspresi wajah secara jelas serta gestur yang
mendetil. 7
Extreme close-up,teknik ini mampu memperlihatkan lebih detil bagian dari wajah, seperti telinga, mata, hidung, dan
lainnya atau bagian dari sebuah obyek.
23
Himawan Pratista, Memahami Film, Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008, cet. 1, h. 104-106.
b. Sudut Pengambilan gambar
Ada beberapa tehnik pengambilan gambar yang biasa di gunakan diantaranya:
Bird Eye View Ini merupakan sudut pengambilan gambar yang dilakukan di
atas,seperti burung terbang yang melihat ke bawah. Efek yang tampak, subjek terlihat menjadi rendah, pendek dan kecil.
Manfaatnya untuk menyajikan suatu lokasi atau pemandangan
24
. Biasanya untuk mengambil gambar dengan sudut ini dilakukan dari
atas gedung ataupun dengan helikopter.
High Angle Ini merupakan sudut pengambilan gambar yang tepat diatas objek,
pengambilan gambar seperti ini memiliki arti yang dramatik yaitu kecil atau kerdil.
Low Angle Ini merupakan sudut Pengambilan gambar yang diambil dari bawah
si objek, sudut pengambilan gambar ini merupakan kebalikan dari high angle. Efek yang timbul adalah distorsi perspektif yang secara
teknis dapat menurunkan kualitas gambar. Bagi yang kreatif, hal ini dimanfaatkan untuk menimbulkan efek khusus. Kesan efek ini
adalah menimbulkan sosok pribadi yang besar, tinggi, kokoh, dan berwibawa, juga angkuh
25
.
24
Yannes Irwan Mahendra, Dari Hobi jadi Profesional,Yogyakarta: Andi, 2010, ed. 1, h. 49.
25
Ibid, h. 50.