Scene 40: Makna Denotasi, Konotasi dan Mitos dalam Film Biola Tak Berdawai

Keberadaan mereka, ibarat sebuah biola yang tidak berdawai. Tidak bisa dimainkan, dan tidak bisa menghasilkan nada-nada indah. Renjani percaya adanya keajaiban yang diberikan Tuhan. Tuhan pasti menciptakan sesuatu yang memiliki manfaat bagi makhluk hidup itu sendiri ataupun bagi makhluk hidup lainnya. Mitos Biola tak berdawai ini hanya sebuah mitos yang diberikan oleh anak-anak penyandang cacat seperti Dewa. Mereka dianggap kutukan Tuhan. Jika kita bayangkan seorang anak yang seperti ini, mungkin dibenak kita akan terpikir, buat apa anak ini diciptakan oleh Tuhan. Bukankah Tuhan menciptakan hamba- Nya agar bermanfaat untuk makhluk lainnya. Jika seperti Dewa, apa manfaatnya?. Inilah salah satu kuasa Allah SWT. Allah menciptakan beraneka ragam makhluk hidup dan benda-benda lainnya. Setiap ciptaan-Nya tidak ada yang sempurna, pasti memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kelebihan seseorang itu dapat menutupi kekurangan orang lain, dan sebaliknya. Jadikan kekurangannya itu adalah kelebihan yang diberikan Allah SWT.

8. Scene 41:

Bhisma memiliki sebuah ide. Sepulang dari pertemuannya dengan Renjani dan Dewa di Gajah Wong Café, ia ingin memainkan biola mengiringi tarian ballet Renjani. Hal ini diharapkan Dewa dapat memberikan tanggapan atau respon lagi. Alunan musik semakin memuncak, bagitu juga tarian Renjani. Akhirnya, untuk yang kedua kalinya Dewa mengangkat kepala. Visual DialogSuara Type of shot - - Long Shot, di mana tubuh manusia tampak terlihat jelas dan latar tempat subjek berada terlihat di dalam frame. Medium Close-up, pada jarak ini memperlihatkan manusia dari dada ke atas. Denotasi Renjani perlahan-lahan terbius nada-nada dan alunan lagu yang dimainkan oleh Bhisma. Emosinya kian menyatu dengan gesekan dawai Bhisma. Dewa bereaksi, ia mengangkat kepalanya untuk yang kedua kalinya. Konotasi Musik dan tarian dapat membantu perkembangan seorang anak, khususnya anak autis. Tujuan dari terapi tari adalah bukan dilihat dari segi keindahannya, tapi justru ditekankan penggunaan media ini untuk menstimulasi anak. Selain itu penggunaan alat-alat dalam tarian seperti bola, hola hoop, dsb, sekaligus juga memberi stimulasi sensori terutama visual ke anak. Sedangkan terapi musik, adapun tujuannya bahwa melalui musik kita bisa “berkomunikasi” antara klien-terapis. Sekali lagi tidak dilihat dari segi keindahannya, namun lebih kepada „join attention ‟ dan „collaborativecoordinative action ‟ antara anak-terapis. Hal ini terutama untuk pengembangan komunikasi non- verbal 69 . Mitos Tidak semua dokter atau rumah terapi yang menangani anak-anak semacam Dewa, menggunakan tehnik terapi musik dan tari. 69 Nuruz Zaman, “Beberapa Pendapat Tentang Musik Dan Tarian Untuk Terapi Anak,” artikel ini diakses pada 14 Juli 2011dari nuruz-zaman.blogspot.com...beberapa-pendapat-tentang- musik .... Terapi semacam ini pun ternyata belum sangat efektif dapat membantu perkembangan anak seperti Dewa.

9. Scene 62:

Scene selanjutnya memperlihatkan Mbak Wid sedang memainkan kartu tarotnya. Rautmukanya terlihat tegang membaca nasib yang telah didakwa oleh permainan kartunya. Diakhir permainannya, ia membuka kartu yang tidak sama sekali ia inginkan. Sebuah lilin pun mendadak surut sinarnya. Visual DialogSuara Type of shot - - - Medium shot, yakni pada jarak ini memperlihatkan tubuh manusia dari pinggang ke atas. Long Shot, di mana tubuh manusia tampak terlihat jelas dan latar tempat subjek berada terlihat di dalam frame. Close-up, jarak ini memperlihatkan satu bagian tubuh yang mendetail saja, misalkan hanya pada bagian wajah atau tangan saja. Dalam gambar tersebut zoom in tampak mbak Wid sedang membuka kartu Death, sebagai