Keberadaan mereka, ibarat sebuah biola yang tidak berdawai. Tidak bisa dimainkan,
dan tidak bisa menghasilkan nada-nada indah. Renjani percaya adanya keajaiban yang
diberikan Tuhan. Tuhan pasti menciptakan sesuatu yang memiliki manfaat bagi makhluk
hidup itu sendiri ataupun bagi makhluk hidup lainnya.
Mitos Biola tak berdawai ini hanya sebuah mitos
yang diberikan oleh anak-anak penyandang cacat seperti Dewa. Mereka dianggap kutukan
Tuhan. Jika kita bayangkan seorang anak yang seperti ini, mungkin dibenak kita akan
terpikir, buat apa anak ini diciptakan oleh Tuhan. Bukankah Tuhan menciptakan hamba-
Nya agar bermanfaat untuk makhluk lainnya. Jika seperti Dewa, apa manfaatnya?.
Inilah salah satu kuasa Allah SWT. Allah menciptakan beraneka ragam makhluk hidup
dan benda-benda lainnya. Setiap ciptaan-Nya tidak ada yang sempurna, pasti memiliki
kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kelebihan seseorang itu dapat menutupi
kekurangan orang lain, dan sebaliknya.
Jadikan kekurangannya itu adalah kelebihan yang diberikan Allah SWT.
8. Scene 41:
Bhisma memiliki sebuah ide. Sepulang dari pertemuannya dengan Renjani dan Dewa di Gajah Wong Café, ia ingin memainkan biola
mengiringi tarian ballet Renjani. Hal ini diharapkan Dewa dapat memberikan tanggapan atau respon lagi. Alunan musik semakin
memuncak, bagitu juga tarian Renjani. Akhirnya, untuk yang kedua kalinya Dewa mengangkat kepala.
Visual DialogSuara
Type of shot
-
-
Long Shot, di mana tubuh
manusia tampak terlihat jelas
dan latar
tempat subjek
berada terlihat
di dalam
frame. Medium
Close-up, pada
jarak ini
memperlihatkan manusia dari dada
ke atas.
Denotasi Renjani perlahan-lahan terbius nada-nada
dan alunan lagu yang dimainkan oleh Bhisma. Emosinya kian menyatu dengan
gesekan dawai Bhisma. Dewa bereaksi, ia mengangkat kepalanya untuk yang kedua
kalinya. Konotasi
Musik dan
tarian dapat
membantu perkembangan seorang anak, khususnya anak
autis. Tujuan dari terapi tari adalah bukan dilihat
dari segi keindahannya, tapi justru ditekankan penggunaan media ini untuk menstimulasi
anak. Selain itu penggunaan alat-alat dalam tarian seperti bola, hola hoop, dsb, sekaligus
juga memberi stimulasi sensori terutama visual ke anak. Sedangkan terapi musik,
adapun tujuannya bahwa melalui musik kita bisa “berkomunikasi” antara klien-terapis.
Sekali lagi
tidak dilihat
dari segi
keindahannya, namun lebih kepada „join attention
‟ dan „collaborativecoordinative action
‟ antara anak-terapis. Hal ini terutama untuk
pengembangan komunikasi
non- verbal
69
. Mitos
Tidak semua dokter atau rumah terapi yang menangani
anak-anak semacam
Dewa, menggunakan tehnik terapi musik dan tari.
69
Nuruz Zaman, “Beberapa Pendapat Tentang Musik Dan Tarian Untuk Terapi Anak,” artikel ini diakses pada 14 Juli 2011dari nuruz-zaman.blogspot.com...beberapa-pendapat-tentang-
musik
....
Terapi semacam ini pun ternyata belum sangat efektif dapat membantu perkembangan
anak seperti Dewa.
9. Scene 62:
Scene selanjutnya memperlihatkan Mbak Wid sedang memainkan kartu tarotnya. Rautmukanya terlihat tegang membaca nasib yang telah
didakwa oleh permainan kartunya. Diakhir permainannya, ia membuka kartu yang tidak sama sekali ia inginkan. Sebuah lilin pun mendadak surut
sinarnya.
Visual DialogSuara
Type of shot
-
-
-
Medium shot, yakni pada
jarak ini
memperlihatkan tubuh manusia dari
pinggang ke atas. Long Shot, di mana
tubuh
manusia tampak terlihat jelas
dan latar
tempat subjek berada terlihat
di dalam frame. Close-up, jarak ini
memperlihatkan satu bagian tubuh yang
mendetail
saja, misalkan hanya pada
bagian wajah atau tangan saja.
Dalam
gambar tersebut zoom in
tampak mbak Wid sedang
membuka kartu Death, sebagai