Konsep Semiotik Tinjauan Teoritis Semiotik

memaknainya. Jadi, semiotika ada dalam semua kerangka prinsip, semua disiplon studi, termasuk dapat pula digunakan untuk menipu bila segala sesuatu tidak dapat dipakai untuk menceritakan mengatakan segala sesuatu semuanya. 32 Umberto Eco menyebut tanda tersebut sebagai “kebohongan”; dalam tanda ada sesuatu yang tersembunyi dibaliknya dan bukan merupakan tanda itu sendiri. Menurut Saussure, persepsi dan pandangan kita tentang realitas, dikonstruksikan oleh kata-kata dan tanda-tanda lain yang digunakan dalam konteks sosial. 33 Semiotika seperti yang kita kenal dapat dikatakan baru karena berkembang sejak awal abad-20. Memang pada awal abad-18 dan ke-19 banyak ahli teks khususnya Jerman berusaha mengurai pelbagai masalah yang berkaitan dengan tanda, namun mereka tidak menggunakan pengertian semiotis. 34 Semiotika didefinisikan oleh Ferdinand de Saussure didalam Course in General Linguistik . Sebagai “ilmu yang mengkaji tentang tanda sebagai bagian dari kehidupan sosial. 35 Sedangkan semiotika menurut Roland Barthes adalah ilmu mengenai bentuk form. Studi ini mengkaji signifikasi yang terpisah dari sisinya content. Semiotika tidak hanya meneliti mengenai signifier dan signified, tetapi juga 32 Arthur Asa Berger, Pengantar Semiotika: Tanda-Tanda dalam Kebudayaan Kontemporer, Yogyakarta: tiara wacana, 2010,cet. 1, h. 4. 33 Alex Sobur, Analisis teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006, cet. 6, h.87. 34 Tommy Cristomy, Semiotika Budaya,Depok: Universitas Indonesia, 2004, cet. 1, h.81 35 Yasraf Amir Piliang, Hipersemiotik; Tafsir Cultural Studies Atas Matinya Makna, Yogyakarta: Jalasutra, 2003, h. 256 . hubungan yang mengikat mereka. Tanda yang berhubungan secara keseluruhan. 36 Semiotika menurut Berger memiliki dua tokoh, yakni Ferdinan de Saussure 1857-1913 dan Charles Sanders Pierce 1839-1914. Kedua tokoh tersebut mengembangkan ilmu semiotika secara terpisah dan tidak mengenal satu sama lain. Saussure di Eropa dan Pierce di Amerika Serikat. Latar belakang keilmuan Saussure adalah linguistik sedangkan Pierce filsafat. Saussure menyebut ilmu yang dikembangkan semiologi semiolology. 37 Ada dua pendekatan penting atas tanda-tanda. Pertama pendekatan yang didasarkan pada pandangan Saussure yang mengatakan bahwa tanda-tanda disusun oleh dua elemen, yaitu aspek citra tentang bunyi semacam kata atau representasi visual dan suatu konsep tempat citra-bunyi itu disandarkan. 38 TANDA Penanda Petanda Citra-bunyi konsep Bagi Saussure, hubungan antara penanda dan petanda bersifat arbitrer bebas, baik secara kebetulan maupun ditetapkan. Pendekatan kedua yang penting untuk memahami tanda-tanda, yakni suatu sistem 36 Alex Sobur, Analisis teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006, cet. 6, h.123. 37 Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual; Metode Analisis Tanda dan Makna pada Karya Desain Komunikasi Visual, Yogyakarta: Jalasutra, 2008, cet. 2, h. 11. 38 Arthur Asa Berger, Pengantar Semiotika: Tanda-Tanda dalam Kebudayaan Kontemporer,Edisi Baru, Yogyakarta: tiara wacana, 2010, cet. 1, h. 13-14. analisis tanda yang dikembangkan oleh filsuf Charles Sanders Pierce 1839-1914, pemikir Amerika yang cerdas dan pemikirannya tak dapat disepelekan. Pierce mengatakan bahwa tanda-tanda berkaitan dengan objek-objek yang menyerupainya, keberadaannya memiliki hubungan kausal dengan tanda-tanda tersebut. Ia menggunakan istilah ikon untuk kesamaannya, indeks untuk hubungan kausalnya, dan simbol untuk asosiasi konvensionalnya. 39 Table berikut menjelaskan hal tersebut. Trikotomi Ikon Indeks Simbol dari Charles Sanders Pierce Tanda Ikon Indeks Simbol Ditandai dengan Contoh: Proses Persamaaan kesamaan Gambar-gambar Patung-patung tokoh besar Foto Reagen Dapat dilihat Hubungan kausal Asapapi Gejalapenyakit Bercak merahcampak Dapat diperkirakan Konvensi Kata-kata Isyarat Harus dipelajari 39 Arthur Asa Berger, Pengantar Semiotika: Tanda-Tanda dalam Kebudayaan Kontemporer,Edisi Baru, Yogyakarta: tiara wacana, 2010, cet. 1, h. 16-17. Bila pernyataan Saussure tentang penanda dan petanda adalah kunci dari model analisis semiologi, maka trikotomi Pierce adalah kunci menuju analisis semiotika. 40 Menurut Saussure, bahasa itu merupakan suatu sistem tanda sign. Tanda adalah kesatuan dari suatu bentuk penandaan signifier dengan sebuah idea tau petanda signified. Dengan kata lain, penanda adalah “bunyi yang bermakna” atau coretan yang bermakna”. 41 Sementara itu, Charles Sanders Pierce, menandaskan bahwa kita hanya dapat berpikir dengan medium tanda. Manusia hanya dapat berkomunikasi lewat sarana tanda. 42 Pierce dikenal dengan teori segitiga makna-nya triangle meaning. Berdasarkan teori tersebut, semiotika berangkat dari tiga elemen utama yang terdiri dari: Tanda sign, Acuan Tanda Object, Pengguna Tanda Interpretant. Menurut Pierce, salah satu bentuk tanda adalah kata. Sedangkan objek adalah sesuatu yang dirujuk tanda. Sementara interpretan adalah tanda yang ada di benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda. Apabila elemen-elemen tersebut berinteraksi dalam benak seseorang, maka muncullah makna tentang sesuatu yang diwakili oleh tanda tersebut. 43 40 Arthur Asa Berger, Pengantar Semiotika: Tanda-Tanda dalam Kebudayaan Kontemporer, Yogyakarta: tiara wacana, 2010, cet. 1, h. 17. 41 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi , Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004, cet. 2, h. 46. 42 Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual; Metode Analisis Tanda dan Makna pada Karya Desain Komunikasi Visual, Yogyakarta: Jalasutra, 2008, cet. 2, h. 16. 43 Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006, cet. 6, h. 115.

2. Konsep Semiotik Roland Barthes

Salah satu cara yang digunakan para pakar untuk membahas lingkup makna yang lebih besar adalah dengan membedakan makna denotatif dengan makna konotatif. Menilik sejarahnya, tradisi semiotika berkembang dari dua tokoh utama, yaitu: Charles Sanders Pierce yang mewakili tradisi Amerika dan Ferdinand de Saussure yang mewakili tradisi Eropa. Keduanya tidak pernah bertemu sama sekali, sehingga kendati keduanya sering disebut mempunyai kemiripan gagasan, penerapan konsep-konsep dari masing- masing keduanya, namun seringkali mereka mempunyai perbedaan. Barangkali keduanya berangkat dari disiplin yang berbeda, Pierce adalah seorang guru besar filsafat dan logika, sementara Saussure adalah seorang ahli linguistik. 44 Ada sesuatu yang disebut dengan istilah semiologi, atau yang sering disebut dengan istilah semiotika, melalui peminjaman kata Inggris semiotics. Pada pandangan pertama, sesuatu itu tampaknya telah mendapatkan beberapa definisi yang saling berdekatan dari beberapa ilmuwan yang telah memikirkan persoalan tersebut dari beberapa sudut pandang yang berbeda. Menurut Georges Mounin, Saussure-lah yang menjadi tokoh karena dalam bukunya, Cours de linguistique générale, telah membaptis dan mendefinisikan secara garis besar ”ilmu umum 44 Aart Van Zoest, Interpretasi dan Semiotika, Terj. oleh Okke K.S Zaimar dan Ida Sundari Husein dalam Panuti Sujiman dan Aart van Zoest, Ed Serba-Serbi Semiotika, Jakarta: Gramedia, 1991, h.1. tentang semua sistem tanda atau tentang semua sistem simbol, sistem- sistem itu bi sa membuat manusia bisa berkomunikasi diantara mereka“. 45 Roland Barthes lahir tahun 1915 dari keluarga menengah Protestan di Cherbourg dan dibesarkan di Bayonne, kota kecil dekat pantai Atlantik di sebelah barat daya Prancis. Dia dikenal sebagai salah seorang pemikir strukturalis yang rajin mempraktikkan model linguistik semiologi Saussure. 46 Saussure tertarik pada cara kompleks pembentukan kalimat dan cara bentuk-bentuk kalimat menentukan makna, tetapi kurang tertarik pada kenyataan bahwa kalimat yang sama bisa saja menyampaikan makna yang berbeda situasinya. Roland Barthes meneruskan pemikiran tersebut yang dikenal dengan istilah “order of signification ”. 47 Bagi Roland Barthes yang juga mengikuti Saussure, maka “secara prospektif objek semiologi adalah semua sistem tanda, entah apapun substansinya, apapun batasannya limit: gambar, gerak tubuh, bunyi melodis, benda-benda, dan pelbagai kompleks yang tersusun oleh substansi yang bias ditemukan dalam ritus, protokol, dan tontonan sekurangnya merupakan sistem signifikasi pertandaan, kalau bukan merupakan „bahasa‟ langage.” 48 Pada mulanya Mounin dan Barthes membatasi medan riset semiologi dengan menetapkan: medan semiologi berisi “sistem-sistem 45 Jeanne Martinet, Semiologi: Kajian Teori Tanda Saussuran; Antara Semiologi Komunikasi dan Semiologi Signifikasi, Yogyakarta: Jalasutra, 2010, cet. 1, h.2. 46 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004, cet. 2, h. 63. 47 Rahmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, h. 268. 48 Jeanne Martinet, Semiologi: Kajian Teori Tanda Saussuran; Antara Semiologi Komunikasi dan Semiologi Signifikasi, Yogyakarta: Jalasutra, 2010, cet. 1, h.3. tanda”. Tetapi mereka melihat sistem-sistem tersebut dengan cara yang sangat berbeda. Bagi Mounin, sistem-sistem tanda terdefinisikan oleh fungsinya: sistem itu digunakan untuk komunikasi manusia. Bagi Barthes, sistem itu dicirikan oleh fakta bahwa sistem tersebut memiliki signifikasi atau beberapa signifikasi; tetapi kita bias mempertanyakan apakah pendapat itu tidak membuat kita juga mengurusi sistem-sistem yang di dalamnya perkara yang sudah diidentifikasi hanyalah pelbagai kumpulan yang berisi fakta-fakta signifikatif, 49 Two orders of signinification signifikasi dua tahap atau dua tatanan pertandaan Barthes terdiri dari first order of signification yaitu denotasi, dan second order of signification yaitu konotasi. Tatanan yang pertama mencakup penanda dan petanda yang berbentuk tanda. Tanda inilah yang disebut makna denotasi. 50 Denotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan antara tanda dan rujukannya pada realitas, yang menghasilkan makna yang eksplisit, langsung, dan pasti. Sedangkan konotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan antara penanda dan petanda, yang didalamnya beroprasi makna yang bersifat implisit dan tersembunyi. 51 49 Jeanne Martinet, Semiologi: Kajian Teori Tanda Saussuran; Antara Semiologi Komunikasi dan Semiologi Signifikasi, Yogyakarta: Jalasutra, 2010, cet. 1, h. 5. 50 M. Antonius birowo, Metode Penelitian Denotasi; Teori dan Aplikasi, Yogyakarta: Gitanyali, 2004, h. 56. 51 Tommy Christomy, Semiotika Budaya, Depok: Universitas Indonesia,2004, cet. 1, h. 94.