mempunyai sifat praktis karena dengan menghubungkan melalui monitor televisi dirumah-rumah, kemudian muncul gambar dan
sekaligus suaranya. Film dapat dikategorikan menjadi beberapa macam sebagai berikut:
10
a. Film Berita news reel
b. Film Dokumenter
c. Film Cerita story film
d. Film Kartun
e. Film Iklan orientasi bisnis
2. Sejarah dan Perkembangan Film
Pada penghujung abad XIX, teknologi pembuatan film, gambar yang bisa bergerak, ditemukan di Perancis, Inggris dan Amerika. Pada
waktu itu, negeri Nusantara ini masih merupakan jajahan Belanda dengan nama Nederlands Indie atau dalam bahasa Pribumi disebut
Hindia Belanda. Sejak 1900, tontonan film mulai bisa disaksikan oleh masyarakat di kota-kota besar Hindia Belanda.
11
Teknologi film atau motion picture bekerja berdasarkan proses kimiawi seperti fotografi. Medium ini dikembangkan pada 1880-an dan
1890-an. Pada 1930-an bioskop sudah ada di mana-mana menayangkan talkies.
12
Pada dasarnya tontonan bergerak sudah ada sejak lama. Tanggal 24 April 1894, The New York Times memberitakan dahsyatnya
sambutan publik terhadap film layar lebar pertama yang ditayangkan
10
YS. Gunadi dan Djony Heffan, Himpunan Istilah Komunikasi, Jakarta: PT Grasindo, 1998, h. 11-12.
11
Misbach Yusran Biran, Sejarah Film 1900-1950: Bikin Film di Jawa, Jakarta: Komunitas Bambu, 2009, h. 1.
12
John Vivian, Teori Komunikasi Massa, Jakarta: Kencana, 2008, ed. 8, h.161.
yakni tentang dua gadis pirang yang memperagakan tarian payung. Film pertama ditayangkan di AS pada tanggal 23 April 1896 di kota
New York.
13
Sejarah film pertama terjadi di Prancis, tepatnya pada 28 Desember 1895, ketika Lumiere bersaudara telah membuat dunia
„terkejut‟. Mereka telah melakukan pemutaran film pertama kalinya di depan publik, yakni di Cafe de Paris. Film-film buatan Lumiere yang
diputar pada pertunjukan pertama itu adalah tentang para laki-laki dan wanita pekerja di Pabrik Lumiere, kedatangan kereta api di Stasiun la
Ciotat, bayi yang sedang makan siang dan kapal-kapal yang meninggalkan pelabuhan. Salah satu kejadian unik, yaitu saat
dipertunjukan lokomotif yang kelihatannya menuju ke arah penonton, banyak yang lari ke bawah bangku. Teknologi temuan Lumiere ini
kemudian mendunia dengan cepat karenajuga didukung oleh teknologi proyektor berfilm 2 ¾ inci yang lebih unggul keluaran The American
Biograph, yang diciptakan Herman Casler pada 1896. Maka sejak pertunjukan di cafe de Paris itulah, kata Louis Lumiere, lahirlah
ekspresi I have been to a movie
14
Perubahan dalam industri perfilman, jelas nampak pada teknologi yang digunakan. Jika pada awalnya, film berupa gambar hitam putih,
bisu dan sangat cepat, kemudian berkembang hingga sesuai dengan sistem pengelihatan mata kita, berwarna dan dengan segala macam
13
William L. Rivers, jay W. Jensen, dan Theodore Peterson, Media Massa dan Masyarakat Modern, Edisi kedua, Terj. oleh Haris Munandar dan Dudy Priatna. Jakarta:
Prenada Media, 2004, cet. 2, h.198.
14
Misbach Yusran Biran, Sejarah Film 1900-1950: Bikin Film di Jawa, Jakarta: Komunitas Bambu, 2009, h. xv.
efek-efek yang membuat film lebih dramatis dan terlihat lebih nyata.
Isu yang cukup menarik dibicarakan mengenai industri film adalah persaingannya dengan televisi. Untuk menyaingi televisi, film
diproduksi dengan layar lebih lebar, waktu putar lebih lama dan biaya yang lebih besar untuk menghasilkan kualitas yang lebih baik.
Sejarah perfilman di Indonesia secara ringkas sebagai berikut:
15
a. Film pertama dibuat di Kota Bandung, tahun 1926 oleh Davis,
berjudul Lely Van Java. b.
Film Euis Atjih produksi Krueger Corporation tahun 19271928. c.
Film cerita Loetoeng Kasarung, Si Lorat dan Pereh. Namun, sampai tahun 1930 film-film di Indonesia masih bisu, tanpa efek
suara. d.
Film Terang Bulan merupakan film bicara pertama yang dibintangi oleh Roekiah dan Raden Mochtar, atas cerita naskah
garapan Saerun. e.
Tahun 1941 berlangsung Perang Asia Timur raya. Perfilman di Indonesia diambil alih oleh Jepang.
f. Tahun 1950-an perkembangan film di Indonesia cukup cerah
sampai sekarang ini.
15
YS. Gunadi dan Djony Heffan, Himpunan Istilah Komunikasi, Jakarta: PT Grasindo, 1998, h. 11-12.