Konsep Semiotik Roland Barthes
tanda”. Tetapi mereka melihat sistem-sistem tersebut dengan cara yang sangat berbeda. Bagi Mounin, sistem-sistem tanda terdefinisikan oleh
fungsinya: sistem itu digunakan untuk komunikasi manusia. Bagi Barthes, sistem itu dicirikan oleh fakta bahwa sistem tersebut memiliki
signifikasi atau beberapa signifikasi; tetapi kita bias mempertanyakan apakah pendapat itu tidak membuat kita juga mengurusi sistem-sistem
yang di dalamnya perkara yang sudah diidentifikasi hanyalah pelbagai kumpulan yang berisi fakta-fakta signifikatif,
49
Two orders of signinification signifikasi dua tahap atau dua tatanan pertandaan Barthes terdiri dari first order of signification yaitu
denotasi, dan second order of signification yaitu konotasi. Tatanan yang pertama mencakup penanda dan petanda yang berbentuk tanda. Tanda
inilah yang disebut makna denotasi.
50
Denotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan antara tanda dan rujukannya pada realitas, yang menghasilkan makna
yang eksplisit, langsung, dan pasti. Sedangkan konotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan antara penanda dan petanda,
yang didalamnya beroprasi makna yang bersifat implisit dan tersembunyi.
51
49
Jeanne Martinet, Semiologi: Kajian Teori Tanda Saussuran; Antara Semiologi Komunikasi dan Semiologi Signifikasi, Yogyakarta: Jalasutra, 2010, cet. 1, h. 5.
50
M. Antonius birowo, Metode Penelitian Denotasi; Teori dan Aplikasi, Yogyakarta: Gitanyali, 2004, h. 56.
51
Tommy Christomy, Semiotika Budaya, Depok: Universitas Indonesia,2004, cet. 1, h. 94.
Tabel 1. Peta tanda Roland Barthes: 1.
Signifer penanda 2.
Signified petanda
3. Denotative sign tanda denotatif
4.Connotative signifier penanda konotatif
5.Connotative signified
petanda konotatif 6.Connotative sign tanda konotatif
Dari peta Barthes di atas terlihat bahwa tanda denotatif 3 terdiri
atas penanda 1 dan petanda 2. Akan tetapi, pada saat bersamaan, tanda denotatif adalah juga penanda konotatif 4. Dengan kata lain, hal
tersebut merupakan unsur material: hanya jika anda mengenal tanda “sign”, barulah konotasi seperti harga diri, kegarangan, dan keberanian
menjadi mungkin.
52
Jadi, dalam konsep Barthes, tanda konotatif tidak sekedar memiliki makna tambahan namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif
yang melandasi keberadaannya. Sesungguhnya, inilah sumbangan Barthes yang berarti bagi penyempurnaan semiologi Saussure, yang
berhenti pada penandaan dan tatanan denotatif. Konotasi dan denotasi sering dijelaskan dalam istilah tingkatan representasi atau tingkatan
52
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004, cet. 2,h. 69.
mana. Secara ringkas, denotasi dan konotasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
53
1. Denotasi adalah interaksi antara signifier dan signified dalam sign,
dan antara sign dengan referent object dalam realitas eksternal. 2.
Konotasi adalah interaksi yang muncul ketika sign bertemu dengan perasaan atau emosi pembacapengguna dan nilai-nilai budaya
mereka. Makna menjadi subjektif atau intersubjektif. Tanda lebih terbuka dalam penafsirannya pada konotasi daripada denotasi.
Secara sederhana, denotasi dijelaskan sebagai kata yang tidak mengandung makna atau perasaan-perasaan tambahan. Maknanya
disebut makna denotatif. Makna denotatif memiliki beberapa istilah lain seperti makna denotasional, makna referensial, makna konseptual, atau
makna ideasional. Sedangkan konotasi adalah kata yang mengandung arti tambahan, perasaan tertentu, atau nilai rasa tertentu disamping makna
dasar yang umum. Konotasi atau makna konotatif disebut juga makna konotasional, makna emotif, atau makna evaluatif.
54
Denotasi dan konotasi tidak bisa dilihat secara terpisah atau berdiri sendiri. Sebuah tanda yang kita lihat pasti suatu denotasi. Makna denotasi
adalah apa yang kelihatan pada gambar, dengan kata lain gambar dengan sendirinya memunculkan denotasi. Denotasi dengan sendirinya akan
menjadi konotasi dan untuk selanjutnya konotasi justru menjadi denotasi
53
M. Antonius Birowo, Metode Penelitian Komunikasi; Teori dan Aplikasi,Yogyakarta: Gitanyali, 2004, h. 57.
54
AS. Haris Sumandiria, Bahasa Jurnalistik; Panduan Praktis Penulis dan Jurnalistik, Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006, cet. 1, h. 27-28.
ketika konotasi tersebut sudah umum digunakan dan dipahami bersama sebagai makna yang kaku.
Mitos dalam pemahaman Barthes adalah pengkodean makna dan nilai-nilai sosial yang sebetulnya arbiter atau konotatif sebagai sesuatu
yang dianggap alamiah.
55
Ferdinand Comte membagi mitos menjadi dua macam: mitos tradisional dan mitos modern. Mitos modern ini dibentuk oleh dan
mengenai gejala-gejala politik, olahraga, sinema, televisi, dan pers. Mitos mythes adalah suatu jenis tuturan a type of speech, sesuatu yang
hampir mirip dengan „re-presen-tasi kolektif‟ di dalam sosiologi Durkheim. Mitos adalah sistem komunikasi, sebab ia membawakan
pesan. Maka itu, mitos bukanlah objek. Mitos bukan pula konsep ataupun gagasan, melainkan suatu cara signifikasi, suatu bentuk.
56