Strategi Pelanggan Strategi Kontrol Strategi Budaya

bergantung langsung pada pelanggan dalam hal pendapatan. Bila tidak sesuai, mereka menggunakan kontrak untuk menciptakan persaingan antara organisasi pemerintah dan atau organisasi swasta pemerintah dengan pemerintah.

2.7.3. Strategi Pelanggan

Bagian fundamental berikutnya dari sistem DNA terutama memusatkan pada akuntabilitas, pertanggungjawaban kepada siapa seharusnya organisasi bertanggungjawab? Sebagian besar entitas pemerintah bertanggungjawab kepada pejabat terpilih, yang membuat entitas itu, menentukan fungsi mereka, dan mendanai mereka. Karena pejabat-pejabat ini ditekan terus-menerus untuk menjawab tuntutan kelompok-kelompok kepentingan, mereka sering lebih peduli terhadap penggunaarsumber daya pemerintah daripada terhadap hasil-hasil yang mereka peroleh. Strategi pelanggan memecah pola ini dengan rnenggeser sebagian pertanggung jawaban kepada pelanggan. Strategi ini memberi pilihan kepada pelanggan mengenai organisasi yang memberikan pelayanan dan menetapkan standar pelayanan pelanggan yang harus dipenuhi oleh organisasi-organisasi itu. Penciptaan pertanggungjawaban kepada pelanggan semakin menekan organisasi organisasi pemerintah untuk memperbaiki hasil-hasil mereka, tidak sekedar mengelola sumber- sumber daya mereka. Strategi ini menciptakan informasi kepuasan pelanggan terhadap pelayanan dan hasil-hasil tertentu dari pemerintah yang suiit untuk diabaikan oleh pejabat terpilih, manajer pemerintah. dan pegawai. Dan strategi ini Miswar: Strategi Efisiensi Birokrasi Pemerintah Daerah Studi Kasus Di Kota Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008 memberi organisasi-organisasi pemerintah sasaran yang tepat untuk dibidik: meningkatnya kepuasan pelanggan.

2.7.4. Strategi Kontrol

Strategi pengendalian secara signifikan mendorong turun kekuasaan pangambilan keputusan melalui hierarki, dan kadang-kadang keluar ke kelompok masyarakat. Strategi ini menggeser bentuk pengendalian yang digunakan dari aturan- aturan yang rinci serta komando hierarkis ke misi bersama dan sistem yang menciptakan akuntabilitas kinerja. Strategi ini memberdayakan organisasi dengan mengendurkan cengkeraman badan kontrol pusat.

2.7.5. Strategi Budaya

Bagian kritis terakhir dari DNA sistem pemerintahan adalah DNA yang menentukan budaya organisasi pemerintah : nilai-nilai, norma, sikap, dan harapan pegawai. Budaya sangat dipengaruhi oleh bagian DNA lainnya oleh tujuan organisasi, sistem insentif, sistem pertanggungjawabannya, dan struktur kekuasaannya. Ubahlah unsur-unsur ini maka budaya akan berubah. Tetapi budaya tidak selalu berubah persis seperti apa yang diharapkan para pemimpinnya. Kadang- kadang budaya akan memperkeras resistensi dan kebencian. Seringkali budaya akan berubah lamban sekali dalam memuaskan pelanggan dan pembuat kebijakan. Sebenarnya setiap organisasi yang telah menggunakan empat strategi lainnya akhirnya harus mamutuskan untuk mengubah budaya organisasinya. Miswar: Strategi Efisiensi Birokrasi Pemerintah Daerah Studi Kasus Di Kota Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008 Sistem birokrasi menggunakan spesifikasi yang rinci -unit-unit fungsional, aturan prosedur, dan uraian pekerjaan- untuk membentuk hal-hal yang harus dikerjakan pegawai. Spesifikasi itu membuat inisiatif jadi beresiko. Apabila pegawai terbiasa dengan kondisi seperti ini, akibatnya mereka menjadi pembawa budaya itu, Mereka menjadi reaktif, menggantungkan diri, takut mengambil tertalu banyak inisiatif sendirian. Dengan cara demikian, DNA birokrasi menciptakan budaya takut, menyalahkan, dan sikap defensif. Para pembaru menggunakan tiga pendekatan untuk. membentuk kembali budaya; mereka membentuk kebiasaan, perasaan, dan pikiran organisasi. Mereka mengembangkan kebiasaan-kebiasaan baru dengan memberi pengalaman baru jenis pekerjaan baru dan interaksi dengan orang baru. Mereka memperkuat perilaku-perilaku baru ini dengan membantu orang lain mengalihkan ikatan emosi mereka; harapan, rasa takut, dan impian mereka. Dan mereka mendukung ikatan emosi baru ini dengan membangun misi bersama mengenai masa depan, sebuah model mental baru ke mana organisasi akan menuju dan bagaimana organisasi tersebut sampai di sana. Miswar: Strategi Efisiensi Birokrasi Pemerintah Daerah Studi Kasus Di Kota Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dimana peneliti turun kelapangan untuk melakukan pengamatan guna memperoleh informasi tentang strategi efisiensi birokrasi yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Lhokseumawe dan faktor-faktor yang menjadi pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan strategi efisiensi. Pendekatan ini sesuai dengan tujuan penelitian kualitatif sebagaimana dikemukakan oleh Bogdan dan Taylor dalam Moleong yang mendefinisikan metode kualitatif” sebagai: Prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati yang diarahkan pada latar dan individu tersebut secara olistik utuh, sehingga dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variable atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif lebih mengutamakan penghayatan untuk memahami dan menafsirkan data atau informasi yang didapatkan dilapangan sehingga akan dapat diperoleh gambaran yang lebih mendalam tentang strategi efisiensi birokrasi Pemerintah Kota Lhokseumawe. Selanjutnya guna menunjang hasil penelitian yang lebih akurat, dalam pendekatan penelitian ini menggunakan pengamatan langsung dan wawancara semi terstruktur. Wawancara dilakukan secara mendalam kepada informan dengan pedoman 55 Miswar: Strategi Efisiensi Birokrasi Pemerintah Daerah Studi Kasus Di Kota Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008