Inovasi sebagai salah satu selain efisiensi hakekat maksud pelaksanaan desentralisasi sekaligus menjadi ukuran paling nyata keberhasilan otonomi daerah.
Menilai kemajuan dalam ukuran inovasi berarti menilai seberapa jauh kebebasan yang dimiliki daerah. mampu mendorong munculnya program, kebijakan serta
gagasan lokal yang cerdas, khas dan genuine dalam mensiasati setiap bentuk keterbatasan atau mengoptimalkan setiap bentuk keunggulan daerah yang dimiliki.
Dalam konteks ini, inovasi menemukan arti penting. Inovasi bukan saja nama lain dari kearifan dan kejeniusan lokal yang terlembaga. Dalam tiap inovasi terpendam
senantiasa kreativitas Sobari dkk, 2004:3. Betapapun bagusnya sebuah inovasi, ia tidak akan berguna jika tidak
bermakna strategis, berpotensi produktif, serta memberi efek kesinambungan. Inovasi dikatakan strategis manakala tampil sebagai jawaban atas kebutuhan daerah yang
paling krusial. Inovasi dikatakan produktif manakala mampu beroperasi dilapangan sebaik yang diharapkan. Inovasi dikatakan berkelanjutan manakala tersusun secara
sistematik, bukan hasil respon reaksioner dan bervisi jauh ke depan. Kombinasi kualitas strategis, produktif dan berkelanjutan suatu inovasi ditingkat gagasan
maupun praktek dalam efek jangka panjang maupun pendek, selanjutnya merupakan penentu derajat dan kualitasnya sebagai sebuah kemajuan Sobari dkk, 2004:4.
2.4.3.4. Organisasi Berkinerja Tinggi
Pemerintahan yang efektif dan efisien secara keorganisasian dapat disebut sebagai organisasi berkinerja tinggi. Organisasi-organisasi sebagai suatu kesatuan sosial dari
Miswar: Strategi Efisiensi Birokrasi Pemerintah Daerah Studi Kasus Di Kota Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
sekelompok manusia, memiliki kinerja yang berbeda-beda. Popovich dalam Etzioni 1985 :7 mendifinisikan secara operasional organisasi yang berkinerja tinggi sebaga berikut:
“Kelompok pekerja yang memproduksi barang dan jasa yang diinginkan dengan kualitas tinggi, menggunakan sumber daya yang sama atau lebih
kecil. Perbaikan produktivitas dan kualitas yang terus-menerus, dari hari ke hari, minggu ke minggu, dan tahun ke tahun, yang diarahkan untuk mencapai
misinya.”.....
Sedangkan Siagian merumuskan karakteristik organisasi yang berkinerja tinggi Siagian, 1998:27-29, yaitu :
Pertama, mempunyai arah yang jelas yang tercermin pada visi yang dimiliki oleh para manajer dalam organisasi untuk mencapai tujuan organisasi.
Kedua, tersedia tenaga-tenaga berpengetahuan dan ketrampilan tinggi yang disertai semangat kewirausahaan. Ketiga, - berkomitmen kuat terhadap
rencana aksi stratagik, yaitu rencana aksi yang membuahkan keuntungan finansial yang optimal dan menempatkan organisasi pada posisi bersaing
yang diandalkan. Keempat, berorientasi pada “hasil” dan memiliki kesadaran yang tinggi tentang pentingnya efektifitas dan produktivitas yang
meningkat. Kelima, kesediaan membuat komitmen pada strategi yang ditentukan dan berupaya bersama seluruh komponen organisasi agar strategi
tersebut membuahkan hasil yang optimal.”
Setiap organisasi untuk dapat tetap “survive” harus dapat bersifat fleksibel terhadap pengaruh lingkungannya. Sebagaimana yang dikatakan Burn dan Stalker
bahwa suatu organisasi tidak akan berfungsi dengan efektif apabila strukturnya tidak disesuaikan dengan kondisi lingkungannya. Dikatakan pula bahwa apabila sistem
organisasi dan manajemen tidak sesuai lagi dengan kondisi lingkungannya, maka akan timbul friksi, ketidaksesuaian organisasi sehingga menimbulkan masalah
inefisiensi. Kasim, 1993:47.
Miswar: Strategi Efisiensi Birokrasi Pemerintah Daerah Studi Kasus Di Kota Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
2.5. Strategi Efisiensi dan Manajemen Biaya Strategik untuk Mengendalikan Pengeluaran Daerah
Penggunaan anggaran daerah yang berorientasi pada kinerja memberikan implikasi bagi pemerintah daerah untuk melakukan efisiensi dalam pengeluaran
daerah. Untuk itu pemerintah daerah dituntut menerapkan manajemen biaya strategik dengan memfokuskan pengurangan biaya secara signifikan. Pengurangan biaya
pelayanan publik merupakan hasil dari perbaikan kinerja pemerintah daerah. Kegagalan pemerintah daerah dalam program efisiensi pengeluaran daerah di
masa lalu disebabkan oJeh beberapa faktor, antara lain: a. Pengeluaran belum berorientasi pada kinerja dan kepentingan public
b. Pengeluaran daerah yang dilakukan berorientasi jangka pendek c. Pemerintah daerah bersifat reaktif, tidak proaktif untuk mengeliminasi sumber
pemborosan keuangan daerah d. Tidak adanya pengetahuan yang memadai mengenai sifat biaya
Strategi Efisiensi dan Pendekatan strategik dalam pengurangan biaya manajemen biaya strategik memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Berjangka panjang. Manajemen biaya strategik merupakan usaha jangka panjang yang membentuk kultur organisasi agar penurunan biaya menjadi budaya yang
mampu bertahan lama. 2. Berdasarkan kultur perbaikan berkelanjutan continuous improvement dan
berfokus pada pelayanan masyarakat. Manajemen biaya strategik harus dilandasi oleh semangat untuk melakukan perbaikan secara berkelanjutan atas kinerja
Pemerintah Daerah dalam melakukan pelayanan publik.
3. Pemerintah Daerah harus bersifat proaktif. 4. Keseriusan manajemen puncak Kepala Daerah merupakan penentu efektivitas
program pengurangan biaya karena pada dasarnya menajemen biaya strategik merupakan tone from the top.
Miswar: Strategi Efisiensi Birokrasi Pemerintah Daerah Studi Kasus Di Kota Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008