Faktor-foktor Pendukung dalam pelaksanaan Strategi Efesiensi

4.4. Faktor-Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pelaksanaan Strategi Efisiensi

4.4.1. Faktor-foktor Pendukung dalam pelaksanaan Strategi Efesiensi

Keberhasilan beberapa kebijakan efisiensi yang dijalankan oleh Pemerintah Lhokseumawe didukung oleh beberapa hal. Diantaranya faktor-faktor yang mempengaruhi adalah kepemimpinan yang kuat. Faktor lain yang mempengaruhimendukung dalam pelaksanaan efisiensi adalah adanya kebijakan desentralisasi dari pusat melalui UU No. 322004 tentang Pemerintanan Daerah. Bagi Pemerintah Lhokseumawe era otonomi ini sangat besar maknanya dan menganggap otonomi daerah ini ibarat gayung bersambut dengan keberadaan Walikota Lhokseumawe yang baru dilantik ketika itu sempat menyatakan Andai saya menjadi Walikota di masa Orde Baru, mungkin saya juga tidak bisa berbuat banyak. Peran besar reformasi dan otonomi daerah bagi Pemko Lhokseumawe ini terutama dari sisi kewenangan yang besar dan luas, yang memungkinkan Pemerintah Daerah untuk berinovasi bersikap kreatif, menjalankan Kebijakan inovatif secara efisien sesuai dengan kondisi daerah tanpa khawatir bertentangan dengan kewenangan peraturan dari pemerintah pusat. Faktor berikutnya adalah sumber daya manusia yang berkualitas, sarana dan prasarana serta dana yang bersumber dari APBDAPBN maupun hibah daripada donatur. Untuk lebih jelasnya faktor-faktor pendukung dalam pelaksanaan strategi efesiensi, menurut bidang yang penulis teliti memperoleh gambaran sebagai berikut : Miswar: Strategi Efisiensi Birokrasi Pemerintah Daerah Studi Kasus Di Kota Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008 1. Dibidang pendidikan; Tersedianya lembaga pendidikan dari jenjang pendidikan dasar hingga perguruan tinggi; adanya good will dari pemerintah kota Lhokseumawe dan masyarakat dalam rangka memajukan pendidikan kota Lhokseumawe; tersedianya tenaga pendidik dan kependidikan serta ruang belajar yang memadai; adanya komitmen pemerintah yang mengalokasikan dana pendidikan dalam APBK, lebih dari 20; adanya Undang – undang sisitem pendidikan nasional; adanya kebijakan sertefikasi tenaga pendidik dalam rangka meningkatkan mutu tenaga pendidik, dilain pihak penerapan otonomi daerah membuka kesempatan luas untuk meningkatkan mutu pendidikan, adanya Undang-undang No.11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh, adanya partisipasi perguruan tinggi kota lhokseumawe dalam pembangunan daerah, serta adanya bantuan dari NGO dan BRR terhadap peningkatan sarana dan prasarana pendidikan. 2. Dibidang kesehatan; di Kota Lhokseumawe saat ini tersedia 1satu Unit Rumah Sakit Umum Daerah RSUD Cut Meutia, 1satu rumah sakit Kesrem, 1satu Rumah Sakit PMI, 5 lima Unit Rumah Sakit Swasta, 5 lima unit Puskesmas, 14 empat belas unit Puskesmas Pembantu, 14 empat belas unit Polindes; tersedianya tenaga kesehatan; tersedianya dokumen rencana induk kesehatan; adanya program askeskin, berupa penyediaan dana kesehatan bagi masyarakat miskin; 90 sembilan puluh persen pertolongan persalinan telah ditangani oleh tenaga kesehatan, dilain pihak tersedianya bantuan anggaran kesehatan dari NGO Miswar: Strategi Efisiensi Birokrasi Pemerintah Daerah Studi Kasus Di Kota Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008 dan BRR, serta tersedianya lembaga pendidikan kesehatan. 3. Dibidang Ekonomi; Besarnya animo masyarakat dan investor dalam menanamkan modalnya disektor perdagangan, industri dan jasa; ditetapkan nya kota Lhokseumawe dalam RTRW Privinsi sebagai sub Wilayah Pengembangan III di Provinsi NAD dimana daerah Hinterlandnya adalah Kabupaten Bireuen, Takengon, Langsa, Aceh Timur dan Tamiang; adanya kebijakan Pemda NAD tentang penerapan kota Lhokseumawe, sebagai salah satu pintu gerbang pengembangan industri dan pusat pertumbuhan ekonomi NAD growth centers, disamping itu adanya Undang-undang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, adanya pelabuhan laut dan udara di kabupaten Aceh Utara sebagai daerah hiterland dari kota Lhokseumawe, letak kota Lhokseumawe yang strategis yang meghadap ke selat malaka sebagai jalur laut terpada nomor 2 dua di dunia serta sebagai daerah pesisir, dimana kota Lhokseumawe bisa dikembangkan sebagai daerah tujuan wisata bahari islami. 4. Dibidang pelayanan perizinan ; mekanisme pelayanan perizinan yang dilakukan Pemko Lhokseumawe, melalui Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu memiliki banyak kelebihan, yaitu; daya jangka masyarakat terhadap pelayanan perizinan dan non perizinan menjadi lebih baik; proses perizinan dan non perizinan terlaksana secara transparan, jelas biaya, waktu penyelesaian, syarat dan prosedur; memberikan kemudahan kepada masyarakat karena sistem yang efektif dan efisien; proses suap yang biasa diberikan oleh pengurus perizinan kepada Miswar: Strategi Efisiensi Birokrasi Pemerintah Daerah Studi Kasus Di Kota Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008 petugas menjadi sangat berkurang, bahkan tidak ada; memungkinkan pengurusan perizinan secara paralel; meningkatkan kedisiplinan pengurus perizinan masyarakat dan petugas, karena segalanya harus mengikuti sistem; efesiensi sumber daya SDM dan sarana prasarana karena setiap jenis perizinannon perizinan yang masukkeluar hanya melalui satu pintu. 5. Dibidang pembangunan insfrastruktur; besarnya animo masyarakat dan investor dalam pelaksanaan pembangunan permukiman serta kawasan perdagangan dan jasa, tersedianya Sumberdaya Manusia SDM dan aparatur dalam perencanaan , pelaksanaan dan pengawasan serta pengendalian pembangunan, dipihak lain adanya bantuan pemerintah pusat terhadap pembangunan insfrastruktur, adanya bantuan dari NGO dan BRR terhadap pembangunan perumahan dan insfrastruktur serta adanya lembaga dan institusi yang memberikan sertefikasi terhadap tenaga ahli.

4.4.2. Faktor-Faktor Penghambat dalam Pelaksanaan Strategi Efisiensi