Tabel 7. Indeks Pembangunan Manusia IPM Kota Lhokseumawe No. Indikator
2006 2007
1. 2.
3. 4.
5. Nilai IPMHDI
Usia Harapan Hidup Melek Huruf Usia Dewasa
Rata-Rata Lama Sekolah tahun Rata-Rata Pengeluaran Belanja perkapita
73,8 73,7
98,6
8,0 604,3
74,4 74,5
99,0
8,5 606,6
Sumber : Bapeda Kota Lhokseumawe Tahun 2007
4.5.1. Peran Kebijakan Efesiensi terhadap Kesejahteraan Rakyat Dibidang Pendidikan
Pendidikan adalah faktor dalam pengembangan sumberdaya manusia sebagai penggerak pembangunan. Pendidikan sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan
sumber daya manusia, telah menjadi kebutuhan setiap warga negara dan menjadi kewajiban pemerintah untuk menyediakan fasilitas pendidikan secara merata. Untuk
dapat meningkatkan potensi sumber daya manusia yang berkualitas, peran ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan yang optimal sangat diperlukan.
Pengesahan Undang – Undang RI Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintah Aceh pada tanggal 1 Agustus 2006 telah memberi harapan besar bagi reformasi
pendidikan yang konfrehensif di Aceh pada umumnya dan Kota Lhokseumawe pada khususnya. Meskipun pada prinsipnya pendidikan merupakan urusan strategis yang
masih menjadi kewenangan negara, namun karena kekhususan daerah, Pemerintah Aceh Provinsi, KabupatenKota memiliki kewenangan untuk menyelenggarakan
pendidikan sesuai dengan karakteristik, potensi dan kebutuhan masyarakatnya. Menyadari akan hal tersebut Pemerintah Kota Lhokseumawe telah berupaya
semaksimal mungkin untuk meningkatkan efesiensi dan efektifitas manajemen
Miswar: Strategi Efisiensi Birokrasi Pemerintah Daerah Studi Kasus Di Kota Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
pendidikan secara menyeluruh. sehingga dampak positif dari peran kebijakan efesiensi terhadap kesejahteraan rakyat dibidang pendidikan ditandai dengan
meningkatnya partisipasi masyarakat untuk memperoleh pendidikan. Ketersediaan lembaga pendidikan di Kota Lhokseumawe terus bertambah
dari tahun ketahun, hal ini dapat terlihat jelas pada tabel berikut :
Tabel 8. Jumlah Sekolah di Kota Lhokseumawe Tahun 2001 – 2006
2001 2002 2003 2004 2005 2006
Sekolah N S Jlh N S
Jlh N S Jlh N S
Jlh N S Jlh N S Jlh SDMI
51 2 53 52 2 54 52 4
56 55 4 59 58 7 65 59 9 68
SMPMTs 9 3 12 9 3
12 9 3 12 10 3 13 12 12 24 14 12 26
SMAMASMK 8 2 10 8 2
10 8 2 10 8 3 11 10 7 17 11 10 21
Sumber: Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Kota Lhokseumawe 2006
Berdasarkan data yang ada kurun waktu 2001 – 2006, penambahan unit sekolah baru USB lebih banyak pada jenjang sekolah menengah yang tumbuh rata-
rata sekitar 16 persen, sementara untuk jenjang sekolah dasar pertumbuhannya 5,11 persen. Penyediaan layanan pendidikan yang berkualitas juga berkaitan erat dengan
ketersediaan pendidik dan tenaga kependidikan dalam jumlah dan kualitas yang memadai.
Permasalahan pendidikan di Kota Lhokseumawe tidak hanya menyangkut penyediaan layanan pendidikan formal bagi anak-anak, tetapi juga pembekalan ilmu
pengetahun knowledge dan ketrampilan life skill bagi setiap anggota masyarakat melalui program pendidikan non formal PNF. Pemberantasan buta aksarab
illiteracy dilakukan secara serius sebagai upaya untuk mencerdaskan seluruh rakyat dan mendukung pembelajaran sepanjang hayat long leaf learning.
Miswar: Strategi Efisiensi Birokrasi Pemerintah Daerah Studi Kasus Di Kota Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
Hingga akhir tahun 2006, jumlah penduduk buta aksara latin usia 15 tahun keatas sebesar 1.107 orang atau 1,02 . Kelompok usia 15-44 tahun merupakan
sasaran prioritas pemberantasan buta aksara, sedangkan usia diatas 45 tahun merupakan sasaran tambahan yang ditangani melalui program keaksaraan fungsional.
Dalam hal pemberantasan buta aksara, Pemerintah Kota Lhokseumawe tidak hanya melakukan program penghapusan buta aksara latin, tetapi juga penghapusan buta
aksara Al-Quran dengan indikator kemampuan membaca Al-Quran dengan baik dan benar.
Tabel 9. Jumlah MuridSiswa Sekolah di Kota Lhokseumawe Tahun 2001 – 2006
Tahun No. Sekolah
2001 2002 2003 2004 2005 2006 1. SDMI
21,529 22,836 22,505 22,857 22,110 22,228 2. SMPMTs
9,867 10,033 10,528 11,088 11,162 11,342 3.
SMAMASMK 7,356 7,461 8,759 9,532 9,975 10,050
Sumber: Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Kota Lhokseumawe, 2007
Seiring dengan penambahan jumlah USB dan Guru, jumlah murid dan siswa juga cenderung mengalami peningkatan, secara berturut-turut siswa SMAMASMK
bertambah rata-rata 6,44 persen, SMPMTs 2,83 persen dan SDMI 0,64 persen
Tabel 10. Rasio Sekolah, Guru dan MuridSiswa Sekolah di Kota Lhokseumawe 2006
Rasio No.
Jenjang Pendidikan
Jlh Sekolah unit
Jlh Guru Orang
Jlh Murid Orang
Sklh:Mrd Guru:Mrd Sklh:Guru 1 SDMI
68 1,100
22,228 1:326,88 1:20,21 1:16,18
2 SMPMTs 26
835 11,342 1:436,23
1:13,58 1:23,12 3 SMAMASMK
21 866
10,050 1:478,57 1:11,61 1:41,24
Sumber : Bappeda Kota Lhokseumawe, 2007
Miswar: Strategi Efisiensi Birokrasi Pemerintah Daerah Studi Kasus Di Kota Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
4.5.2. Peran Kebijakan Efesiensi terhadap Kesejahteraan Rakyat dibidang Kesehatan