masyarakat yang lain tidak pilih kasih dalam memberikan pelayanan. 13. Bersikap terbuka dalam menerima kritik dan saran dari masyarakat.
4.5.5. Peran Kebijakan Efisiensi terhadap Kesejahteraan Rakyat Dibidang Pembangunan Insfrastruktur
Perkembangan aktivitas ekonomi dan sosial di Kota Lhokseumawe yang menunjukkan kecendrungan peningkatan dari segi kuantitas dan kualitas dalam
tahun-tahun terakhir ini, diimbangi dengan pembangunan insfrastruktur yang berkesinambungan dan berkelanjutan, hal-hal yang menjadi prioritas utama dalam
pembangunan kota Lhokseumawe saat ini antara lain : 1. Penanganan sistem penyediaan air minum SPAM, masalah penanggulangan air
bersih masih merupakan pekerjaan yang menjadi prioritas, kota Lhokseumawe merupakan kawasan yang rawan air bersih, dengan perkiraan kebutuhan terhadap
air bersih bagi penduduk mencapai lebih kurang 100 literoranghari dengan sambungan mencapai 5.544 unit sambungan. Peta jaringan yang diperoleh
memperlihatkan bahwa jaringan pipa didistribusikan telah terpasang menyebar keseluruh kota sumber bappeda kota Lhokseumawe.
2. Perkembangan kota Lhokseumawe pasca bencana alam gempa-tsunami 2004 dan perjanjian kesepakatan damai antara Pemerintah Republik Indonesia dan Gerakan
Aceh Merdeka menunjukkan peningkatan yang signifikan, ini ditandai dengan tumbuhnya pusat perbelanjaan, dan makin padatnya arus lalu lintas di jalan-jalan
Miswar: Strategi Efisiensi Birokrasi Pemerintah Daerah Studi Kasus Di Kota Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
utama kot. Hal ini berarti pula bahwa perekonomian mulai bergairah dan berkembang menuju arah yang lebih baik. Diantara faktor dominan yang
mempengaruhi kemajuan perekonomian perkotaan adalah tersedianya prasarana transportasi. peningkatan pembangunan dan pengaspalan jalan dengan fasilitas
jalan hotmix serta pelebaran beberapa ruas jalan yang terus dipacu pembangunannya.
3. Pengembangan dan pengelolaan irigasi pemerintah kota Lhokseumawe diselenggarakan dengan mengutamakan kepentingan petani serta mengikut
sertakan petani dalam keseluruhan proses pegambilan keputusan serta pengelolaan irigasi agar dapat dicapai pemanfaatan secara optimal. Untuk
menjamin terselenggaranya pengembangan dan pengelolaan irigasi yang efisien dan efektif serta dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya kepada para
petani, pengembangan dan pengelolaan irigasi di Wilayah Pemerintah Kota Lhokseumawe, memaksimalkan pemanfaatan air hujan, air permukaan dan air
tanah secara terpadu dengan memanfaatkan air permukaan, serta memperhatikan pengguna bagian hulu, tengah dan hilir secara seimbang. ”sumber data dari
Bappeda Kota Lhokseumawe” menyebutkan bahwa untuk menunjang aktifitas usaha tani masyarakat Kota Lhokseumawe, tersedia beberapa irigasi dan
bendungan, antara lain irigasi krueng pase di Kecamatan Blang Mangat dengan saluran sekunder sepanjang 1.417,5 meter yang melintasi yang melintasi beberapa
desa dengan luas areal 1.006 Ha, Daerah irigasi Alue Lim yang memiliki saluran
Miswar: Strategi Efisiensi Birokrasi Pemerintah Daerah Studi Kasus Di Kota Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
primer 447 meter, sekunder 318 meter dan tersier 1.082 meter dengan luas areal 150 Ha, disamping itu masih terdapat waduk irigasi Jeuleukat dan Blang Poroh
Muara Dua dengan saluran sekunder sepanjang 785 meter dengan luas areal 641 ha dan waduk kareung puteh Desa Cot girek Kandang Kecamatan Muara Dua,
selama ini terus dilaksanakan peningkatan pembangunannya bagi usaha untuk mewujudkan peningkatan pendapatan petani.
Perkembangan penduduk yang begitu cepat , dibandingkan dengan luas wilayah yang terbatas, telah menyebabkan tingkat kepadatan penduduk Kota
Lhokseumawe relatif semakin tinggi 865 jiwaKm2. Luas wilayah Lhokseumawe 18.106 Ha telah dimanfaatkan untuk berbagai keperluan atau kebutuhan oleh 156.556
jiwa penduduk. Dilihat dari tata guna pemafaatan lahan wilayah yang ada, peruntukan untuk kebutuhan pemukiman sangat menonjol, yaitu sekitar 10.630 Ha
atau 58,71 dari luas wilayah seluruhnya, berarti terjadi peningkatan dari tahun 2004 dimana lahan yang digunakan untuk pemukiman hanya 8.491 Ha 47.
Sumber Bappeda Kota Lhokseumawe
Tabel 13. Luas Wilayah dan Tingkat Kepadatan Penduduk menurut Kecamatan Kota Lhokseumawe
No. Kecamatan LuasKm2
Tingkat kepadatan
Penduduk jiwaKm2 1 Banda
Sakti 11,24
6.207 2 Muara
Satu 55,90
542 3 Muara
Dua 57,80
626 4 Blang
Mangat 56,12
328 181,08
-
Sumber : BPS Kota Lhokseumawe Tahun 2007
Miswar: Strategi Efisiensi Birokrasi Pemerintah Daerah Studi Kasus Di Kota Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
Dengan tingkat kepadatan penduduk yang relatif tinggi untuk pemukiman menimbulkan permasalahan menjadi begitu kompleks, untuk itu Pemerintah Kota
Lhokseumawe telah berupaya meningkatkan kinerja dari Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah BKPRD sehingga terjadi sinkronisasi terhadap pelaksanaan dan
pengawasan pelaksanaan tata ruang yang ada. Pola tata ruang dan peruntukkan penggunaan lahan di Kota Lhokseumawe di kaji ulang, dengan memperhatikan
mitigasi bencana sehingga mampu meminimalisir terhadap kerugian harta benda, serta guna menyelaraskan antara situasi lokal dengan kebutuhan perencanaan dimasa
depan. Kewenangan permukiman dan perumahan diarahkan kepada peningkatan
sarana air bersih, penataan kawasan pemukiman yang indah dan nyaman, perkembangan perumahan bagi keluarga yang kurang mampudan peningkatan
kesadaran masyarakatterhadap keserasian pemukiman. Dengan damikian maka dapat dikatakan bahwa kebijakan efisiensi
mempunyai peran yang besar dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat Lhokseumawe baik secara langsung maupun tidak langsung, disamping peran inovasi
program. Peran tersebut adalah berupa dukungan dana yang memang sangat diperlukan untuk menjalankan berbagai program inovatif tersebut.
Miswar: Strategi Efisiensi Birokrasi Pemerintah Daerah Studi Kasus Di Kota Lhokseumawe, 2008. USU e-Repository © 2008
4.6. Analisis 4.6.1. Strategi Efisiensi dan Pelaksanaannya yang dilakukan oleh Pemerintah