Pembahasan Hasil Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN

Secara umum dapat dilihat bahwa pencapaian pemahaman konsep siswa pada seluruh indikator pembelajaran pada kelas eksperimen lebih besar dibandingkan pada kelas kontrol. Pada indikator satu yakni menjelaskan kesetimbangan dinamis, pencapaian siswa pada kelas eksperimen sebesar 93,75 sedangkan pada kelas kontrol hanya 74,19 . Penggunaan model PBL dimana siswa mencoba menganalisis tentang peristiwa yang terjadi pada soda membuat siswa termotivasi untuk memahami konsep kesetimbangan dinamis. Dan proses ini diikuti oleh penyelidikan yang dilakukan bersama yang membuat siswa mencari berbagai sumber pembelajaran sebagai pedoman memahami konsep tersebut sehingga pemahaman siswa lebih baik dibandingkan apabila siswa hanya menerima transfer pengetahuan dari guru. Pada indikator dua yakni menetapkan kesetimbangan homogen dan heterogen pencapaian kelas eksperimen sebesar 89,1 sedangkan pada kelas kontrol 83,87 . Terlihat perbedaan yang ada cukup sedikit antara kedua kelas tersebut. Kemampuan yang diperlukan pada indikator ini adalah kecermatan dalam melihat fasa dari reaksi dan menentukan fasa yang dapat mengalami perubahan saat terjadi reaksi sehingga didapatkan sebuah ketetapan kesetimbangan. Pada model PBL siswa lebih terbiasa berfikir analisis dibanding model konvensional dengan diawali oleh pengenalan masalah dan merinci apa-apa yang dibutuhkan untuk menyelesaikan sebuah masalah. Siswa dapat memulai menyelesaikannya dengan mencermati fasa-fasa yang ada dengan membedakan fasa zat yakni solid dan liquid yang konsentrasinya bersifat tetap sehingga tidak berpengaruh pada tetapan kesetimbangan. Hal tersebut dalam konteks kesetimbangan heterogen, dalam kesetimbangan homogen siswa dapat dengan mudah menyelesaikannya karena semua reaksi yang berfasa sama akan mempengaruhi pada tetapan kesetimbangan. Pada indikator tiga yakni meramalkan arah pergeseran kesetimbangan dengan menggunakan azas Le Chatelier, pemahaman siswa kelas eksperimen sebesar 61,1 dan 50,18 untuk kelas kontrol. Namun dapat disimpulkan bahwa pemahaman siswa eksperimen tergolong rendah. Hal ini kemungkinan terjadi karena percobaan mengenai perubahan faktor-faktor yang mempengaruhi kesetimbangan belum sempurna yakni hanya pada perubahan suhu dan mencermati perubahan tekanan pada reaksi soda sedangkan pada perubahan konsentrasi hanya melihat dari data-data percobaan pada sumber pembelajaran. Pada indikator 4 yakni menentukan jumlah mol zat pereaksi dan hasil reaksi pada keadaan setimbang dan tetapan kesetimbangan, pencapaian siswa kelas eksperimen sebesar 90,63 . Sedangkan kelas kontrol sebesar 64,51 Hal ini menandakan bahwa dengan model PBL siswa cukup memahami dalam menentukan keadaan awal, bereaksi, dan setimbang pada setiap zat pereaksi dan produk. Adanya komunikasi yang baik antara siswa dalam kerja sama kelompok dalam model PBL membuat siswa dapat berdiskusi maksimal atas masalah tentang jumlah zat yang terkait pada reaksi kesetimbangan kimia. Selain itu siswa termotivasi untuk lebih memahami suatu konsep karena di akhir pembelajaran terdapat proses presentasi hasil pencarian solusi dari masalah yang diangkat. Siswa termotivasi untuk memahaminya karena siswa dituntut dapat memberi informasi pada teman dari kelompok lain secara jelas dan dengan bahasa yang dapat dipahami. Pada indikator 5 tentang menghitung harga Kc berdasarkan Kp atau sebaliknya, siswa kelas eksperimen mengalami pencapaian sebesar 87,5 sedangkan pada kelas kontrol sebesar 69,35. Pada indikator ini siswa dituntut untuk menganalisis reaksi kesetimbangan dan menghubungkannya antara Kc dan Kp. Siswa dalam penggunaan model PBL dilatih untuk mencoba menemukan sendiri sebuah pengetahuan sehingga membuat pemahaman yang diperoleh siswa bersifat jangka panjang. Sejalan dengan PBL menurut Dewey bahwa pembelajaran PBL memberikan pengalaman belajar yang baik karena merupakan interaksi antara stimulus dan respon, merupakan hubungan dua arah belajar dan lingkungan. 7 Model PBL berusaha membuat siswa mengalami proses belajar yang utuh dan bersifat kontruktivistik sehingga siswa dapat menemukan pengetahuannya dengan terstruktur. 8 Pembelajaran model PBL mencoba menghadirkan situasi yang realistis dengan kehidupan siswa sehingga membuat perhatian siswa menjadi lebih fokus untuk menerima pembelajaran. Model PBL juga dapat memupuk kemampuan inkuiri siswa, hal ini pula yang membuat siswa menjadi lebih ingat dan pemahamannya meningkat seperti pada hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa secara umum tingkat pemahaman siswa meningkat cukup baik. Materi kesetimbangan kimia cukup cocok menggunakan model PBL seperti dalam penelitian ini karena menurut hasil penelitian model ini cukup berpengaruh baik pada pencapaian pemahaman konsep siswa. Siswa pada pembelajaran ini dituntut dapat belajar mandiri dengan menyelidiki masalah bersama kelompoknya dan hanya diberikan beberapa informasi yang membantu proses penyelidikan sehingga siswa memiliki pemahaman konsep belajar yang lebih baik. 7 Richard.I.Arends, Learning To Teach,New York:Mc Graw Hill,2007,pp.378 88 Rusman,dkk.,Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi,Jakarta:Raja Grafindo Persada,2012, Cet. 2, h.37

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran PBL Problem Based Learning terhadap pemahaman konsep siswa pada materi kesetimbangan kimia. Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran dengan model Problem Based Learning PBL berpengaruh terhadap pemahaman konsep siswa pada materi kesetimbangan kimia. Hal ini didasari pada perhitungan uji t dengan signifikansi 0,05 dimana t hitung sebesar 4,85 dan t tabel sebesar 1,67. Dengan demikian t hitung t tabel sehingga Ha diterima.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat diberikan saran sebagai berikut: 1. Pembelajaran dengan model Problem Based Learning lebih baik dipersiapkan lebih awal bersama guru-guru mata pelajaran lainnya. Hal ini berguna untuk memaksimalkan pemanfaatan fasilitas sekolah seperti internet untuk membantu siswa dalam pencarian informasi dalam pembelajaran. 2. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan mencari masalah-masalah yang lebih otentik dan dibicarakan dengan guru lintas pelajaran terkait agar dapat menghemat waktu dan memaksimalkan pembelajaran dengan model PBL sehingga pemahaman siswa lebih dapat ditingkatkan lagi. 3. Pada penerapan model Problem Based Learning diperlukan pengaturan manajemen waktu yang baik agar pembelajaran yang dilakukan dapat berjalan terarah dan kondusif. 60 72 4. Pada saat pembentukan kelompok kerja diharapkan kelompok terdiri dari siswa yang heterogen dalam aspek keaktifan dan prestasi belajar. 74 DAFTAR PUSTAKA Afturizaliur, Muh dan I Nyoman Marsih, “Analisis Kesalahan Konsep Siswa SMA pada Pokok Bahasan Kesetimbangan Kimia“, 2011: Prosiding Simposium Nasional Inovasi Pembelajaran dan Sains 2011, 22-23 Juni 2011.Bandung:portal.fi.itb, 2013. Amir, Taufik. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, Cet. 2, 2010. Anderson, Lorin W dann David R. Krathwol eds. Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010. Akcay, Behiye Problem Based learning in Science Education,Electronic Journal of Turkish Science Education, 6, 2009. Amir, Taufik.Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning.Jakarta: Kencana Prenada Media Group,2010 Dimyati,dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta,2006. Hamalik. Oemar. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, Bumi Aksara: Jakarta, 2009. I.Arends,Richard. Learning To Teach,New York: Mc Graw Hill,2007. Johari, J.M.C dan M. Rachmawati. Kimia 2, Jakarta: Esis, 2009. Kemenag, “Undang-undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003” , www.kemenag.go.id, 6 September 2014. Kemendikbud, “Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI Online” www.kbbi.web.id, 6 September 2014 Madiya,I Wayan,Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Prestasi Belajar Siswa dan Konsep Diri Siswa SMA Ditinjau dari Gaya Kognitif.Jurnal Pendidikan IPA.2011. Muslimin dan Muhammad Nur.Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya:UNESA-University Press,2000. Parning, dkk., Kimia,Jakarta:Yudhistira, Cet. 2, 2012. Raimi,S.M.Problem Based Learning Strategy and Quantitative Ability In College of Education Student Learning of Integrated Science, Ilorin Journal of Education. Rusman.,dkk.,Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012. Rusmono. Strategi Pembelajaran Problem Based Learning.Jakarta: Ghalia Indonesia 2012. Sendur, Gulten, Mustafa Toprak, and Esin Sahin. Analyzing of Student’s Misconceptions About Chemical Equilibrium. International Conference of New Trends and Their Implications. 1. 2010. Sudjana,Nana.Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA,2009. Sudjana.Metoda Statistik. Bandung:Tarsito, 2005. Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta,2009. Suwani ngsih, Erna. “Teori Belajar Matematika”, www.upi.edu. Sofyan,Achmad,dkk. Evaluasi Pembelajaran IPA berbasis Kompetensi,UIN Jakarta Press:Jakarta,2006. Sukardjo,dan Komarudin. Landasan Pendidikan Konsep dan Aplikasinya.Jakarta:Raja Grafindo Persada,2009. Trianto.MendesainModel Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana,2011. Trihatmo, Aji., dkk., Penggunaan Model Problem Based Learning pada Materi Larutan Penyangga dan Hidrolisis, Journal Chemistry in Education,1, 2012. Triwiyono, Program Pembelajaran Fisika menggunakan metode eksperimen terbimbing untuk meningkatkan keterampilan berfikir kritis, Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia. Usman, Husaini dan Purnomo Setiady Akbar.Pengantar Statistika. Jakarta: Bumi Aksara, 1995. Wardani, Sri., dkk., Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Pendekatan Keterampilan Proses Sains Berorientasi Problem-Based Instruction. Journal Inovasi Pendidikan Kimia,3,2009.