Sistem Periodik Unsur dan Ikatan Kimia

Hendry Moseley melakukan eksperimen dan menyimpulkan bahwa sifat dasar atom adalah nomor atom bukan massa atom relativ. Dengan penemuan ini maka hukum periodik modern dengan sifat-sifat unsur merupakan fungsi periodik dari nomor atomnya. 2. Periode dan Golongan Periode adalah jumlah kulit dari suatu unsur-unsur. Unsur-unsur yang sama jumlah kulitnya ditempatkan pada periode baris yang sama. Golongan adalah jumlah elektron valensi dari suatu unsur- unsur. Unsur-unsur yang memiliki jumlah elektron valensi sama ditempatkan pada golongan kolom yang sama. Golongan terbagi atas golongan utama dan golongan transisi. Adapun golongan utama terbagi atas delapan golongan, sebagaimana tercantum pada tabel berikut: Tabel 2.2 Golongan Sistem Periodik Unsur Golongan Nama Golongan Elektron valensi I A II A III A IV A V A VI A VII A VII A Alkali Alkali tanah Boron Karbon Nitrogen Oksigen Halogen Gas Mulia 1 2 3 4 5 6 7 8 3. Sifat-sifat Periodik Sifat-sifat periodik adalah sifat yang hubungannya dengan letak unsur pada sistem periodik. Sifat-sifat ini berubah secara periodik sesuai dengan perubahan nomor atom dan konfigurasi elektron. Beberapa sifat periodik diantaranya adalah: 1. Jari-jari atom Jari-jari atom adalah jarak dari inti atom sampai ke elektron yang terluar. Semakin besar nomor atom unsur- unsur semakin banyak pula jumlah kulit elektronnya, sehingga semakin besar pula jari-jari atomnya. Dalam suatu periode dari kiri ke kanan nomor atom bertambah berarti semakin bertambahnya muatan inti, sedangkan jumlah kulit elektron tetap yang menyebabkan semakin kecilnya jari-jari atom. 2. Energi ionisasi Energi ionisasi adalah energi minimum yang diperlukan atom netral dalam bentuk gas untuk melepaskan satu elektron membentuk ion bermuatan + 1. Dalam satu periode dari kanan ke kiri, semakin kuat daya tarik inti terhadap elektron terluar mengakibatkan elektron semakin sukar dilepaskan, sehingga energi ionisasinya bertambah. Dalam satu golongan dari atas ke bawah energi ionisasi akan berkurang, yang diakibatkan bertambahnya jari-jari atom dan menyebabkan gaya tarik menarik inti atom semakin lemah. 3. Keelektronegatifan Keelektronegatifan adalah suatu ukuran kemampuan atom untuk menarik elektron dalam suatu ikatan kimia. Dalam satu periode, keelektronegatifan semakin bertambah dari kiri ke kanan . Hal ini menyebabkan gaya tarik menarik antar inti terhadap elektron semakin kuat. Akibatnya kemampuan atom untuk menarik elektron menjadi semakin besar. Adapun dalam satu golongan, keelektronegatifan berkurang dari atas ke bawah. 4. Afinitas elektron Afinitas elektron adalah energi yang terlibat jika suatu atom atau ion dalam fase gas menerima satu elektron membentuk ion negatif. Dalam satu periode, afinitas elektron cenderung berkurang dari kiri ke kanan. Adapun dalam satu golongan, afinitas elektron akan bertambah dari atas ke bawah. 2. Ikatan Kimia 1. Pengertian ikatan kimia Ikatan kimia adalah ikatan yang terbentuk karena unsur- unsur ingin memiliki struktur elektron stabil Golongan. Agar dapat mencapai struktur elektron seperti gas mulia, antara unsur mengadakan hal-hal berikut: a Perpindahan elektron dari satu atom ke atom lain serah terima elektron. Atom yang melepaskan elektron akan membentuk ion positif, sedangkan atom yang menerima elektron akan berubah menjadi ion negatif sehingga terjadi gaya elektrostatik atau tarik-menarik antara kedua ion yang berbeda muatan. Ikatan ini disebut ikatan ion. b Pemakaian bersama pasangan elektron oleh dua atom sehingga terbentuk ikatan kovalen. Selain itu dikenal juga adanya ikatan lain seperti ikatan logam, ikatan hidrogen, ikatan Vanderwaalls 2 Jenis-jenis ikatan kimia a Ikatan ion Ikatan ion adalah ikatan yang terbentuk sebagai akibat adanya gaya tarik-menarik antara ion positif dan ion negatif. Ikatan ion terbentuk antara: 1 ion positif dengan ion negatif, 2 atom-atom berenergi potensial ionisasi kecil dengan atom-atom berafinitas elektron besar Atom-atom unsur golongan IA, II A dengan atom-atom unsur golongan VIA, VIIA, 3 atom-atom dengan keelektronegatifan kecil dengan atom -atom yang memiliki keelektronegtaifan besar. b Ikatan kovalen Ikatan Kovalen adalah ikatan yang terjadi antara unsur non logam dengan unsur non logam yang lain dengan cara pemakaian bersama pasangan elektron. Berdasarkan pemakaian elektron, ikatan kovalen dibagi menjadi 3: 1 Ikatan kovalen tunggal 2 Ikatan kovalen rangkap 3 Ikatan kovalen rangkap tiga Berdasarkan kepolaran, ikatan kovalen terbagai menjadi: 1 ikatan kovalen polar 2 ikatan kovalen non polar 3 ikatan kovalen semi polar ikatan kovalen koordinasi Ikatan kovalen yang lain seperti ikatan hidrogen, ikatan logam, ikatan vanderwaals.

3. Hakikat Pembelajaran Expository

Pembelajaran dengan metode exspository adalah pengajaran dengan sistem menyampaikan materi dengan metode ceramah. Guru terlebih dahulu menyajikan bahan dalam bentuk yang telah dipersiapkan secara rapih, sistematik dan lengkap sehinga peserta didik dipersilakan untuk menyimak dan mencernanya saja secara tertatur dan tertib. Prosedur pembelajaran expository ialah sebagai berikut: 20 20 Syaiful Bahri Diamarah, dkk, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004, h. 62 a Preparasi: Guru menyiapkan bahan selengkapnya secara sistematis dan rapih b Apersepsi: Guru bertanya atau memberikan uraian singkat untuk mengarahkan perhatian peserta didik pada materi yang akan diajarkan c Presentasi: Guru menyajikan bahan dengan cara memberikan ceramah atau memerintahkan peserta didik membaca bahan yang telah dipersiapkan dari teks tertentu atau ditulis oleh guru. d Resitasi: guru bertanya dan peserta didik menjawab sesuai dengan bahan yang dipelajari atau peserta didik diperintahkan untuk menyatakan kembali dengan kata-kata sendiri mengenai pokok-pokok bahasan yang telah dipelajari lisan atau tertulis. Metode pembelajaran expository merupakan pendekatan yang seringkali guru gunakan. Hal ini telah menjadi kebiasaan berahun-tahun. Guru merasa belum puas dan belum mengajar bila tidak banyak menyajikan informasi mengenai suatu mata pelajaran. Pola interaksi dalam proses belajar mengajar dengan pendekatan tersebut memang banyak didominasi oleh guru atau dikenal dengan istilah “teacher centered”. Pendekatan tersebut hanya membuat siswa menjadi menerima informasi materi pelajaran yang baik. Rasa bosan, jenuh, serta berkurangnya kepuasan belajar pada diri siswa merupakan situasi yang menekan emosi siswa. Perasaan-perasaan demikian akan mempengaruhi proses belajar pada diri siswa. Hal-hal tersebut perlu dipertimbangkan oleh para guru karena penggunaan pendekatan atau metode pembelajaran tersebut setidaknya dapat merugikan pengetahuan dan hasil belajar siswa. Namun demikian bukan berarti pendekatan atau metode expository tidak baik sama sekali. Ada beberapa keunggulan yang dimiliknya, antara lain: pendekatan ini mudah dilakukan guru karena hanya menyampaikan informasi mengenai materi pelajaran saja. Waktu yang digunakan lebih singkat, guru dapat menguasai kelas dan pengorganisasian kelaspun lebih sederhana.

Dokumen yang terkait

Perbedaan Hasil Belajar Mahasiswa Semester II Dengan Menggunakan Metode Pembelajaran Konvensional Dan Metode Pembelajaran Kooperatif Group Investigation Pada Blok Metabolisme dan Nutrisi di Fakultas Kedokteran UMSU Tahun 2014

0 48 114

Perbedaan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Cahaya Dengan Menggunakan Metode Eksperimen Dan Metode Demonstrasi

1 10 213

Peningkatan hasil belajar siswa dengan metode diskusi pada mata pelajaran IPS di kelas V MI Ta’lim Mubtadi I Kota Tangerang

0 12 121

Penerapan metode permainan ular tangga (Snakes Ledder) untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS: penelitian tindakan kelas di MTs. Al Ikhwaniyah Pondok Aren

1 33 161

PERBEDAAN PEGARUH METODE PEMBELAJARAN EKSPERIMEN MODEL SEQIP DAN KONVENSIONAL TERHADAP HASIL BELAJAR IPA DITINJAU DARI KREATIVITAS SISWA

0 11 225

PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN LATIHAN INKUIRI DENGAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL PADA MATA PELAJARAN FISIKA.

0 4 8

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN EKONOMI ANTARA METODE PROBLEM BASED LEARNING DENGAN METODE KONVENSIONAL PADA SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 1 SURAKARTA.

0 1 86

KEEFEKTIFAN METODE PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD DAN METODE KONVENSIONAL TERHADAP HASIL BELAJAR KEEFEKTIFAN METODE PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD DAN METODE KONVENSIONAL TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD NEGERI

0 0 11

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE KONVENSIONAL DAN METODE NHT (NUMBERED HEAD TOGETHER) PADA KELAS V SD N

0 1 16

PERBEDAAN PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN METODE COOPERATIVE LEARNING TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION DENGAN METODE KONVENSIONAL PADA MATA PELAJARAN TIK DI SMA NEGERI 1 PURWANEGARA.

0 7 347