a Preparasi: Guru menyiapkan bahan selengkapnya secara sistematis dan
rapih b
Apersepsi: Guru bertanya atau memberikan uraian singkat untuk mengarahkan perhatian peserta didik pada materi yang akan diajarkan
c Presentasi: Guru menyajikan bahan dengan cara memberikan ceramah
atau memerintahkan peserta didik membaca bahan yang telah dipersiapkan dari teks tertentu atau ditulis oleh guru.
d Resitasi: guru bertanya dan peserta didik menjawab sesuai dengan
bahan yang dipelajari atau peserta didik diperintahkan untuk menyatakan kembali dengan kata-kata sendiri mengenai pokok-pokok
bahasan yang telah dipelajari lisan atau tertulis. Metode pembelajaran expository merupakan pendekatan yang
seringkali guru gunakan. Hal ini telah menjadi kebiasaan berahun-tahun. Guru merasa belum puas dan belum mengajar bila tidak banyak
menyajikan informasi mengenai suatu mata pelajaran. Pola interaksi dalam proses belajar mengajar dengan pendekatan tersebut memang banyak
didominasi oleh guru atau dikenal dengan istilah “teacher centered”. Pendekatan tersebut hanya membuat siswa menjadi menerima informasi
materi pelajaran yang baik. Rasa bosan, jenuh, serta berkurangnya kepuasan belajar pada diri siswa merupakan situasi yang menekan emosi
siswa. Perasaan-perasaan demikian akan mempengaruhi proses belajar pada diri siswa. Hal-hal tersebut perlu dipertimbangkan oleh para guru
karena penggunaan pendekatan atau metode pembelajaran tersebut setidaknya dapat merugikan pengetahuan dan hasil belajar siswa.
Namun demikian bukan berarti pendekatan atau metode expository tidak baik sama sekali. Ada beberapa keunggulan yang
dimiliknya, antara lain: pendekatan ini mudah dilakukan guru karena hanya menyampaikan informasi mengenai materi pelajaran saja. Waktu
yang digunakan lebih singkat, guru dapat menguasai kelas dan pengorganisasian kelaspun lebih sederhana.
Dalam penelitian ini guru menjelaskan materi pada konsep sistem periodik unsur dan ikatan kimia tanpa disertai pembelajaran yang
lain. Pembelajaran yang dimaksud adalah pembelajaran portofolio yang mengandung penilaian portofolio.
4. Definisi Hasil Belajar
Secara kodrati manusia memiliki potensi dasar yang secara esensial membedakan manusia dengan hewan, yaitu pikiran, perasaan, dan
kehendak. Sekalipun demikian, potensi dasar yang dimiliki manusia itu tidaklah
sama bagi
masing-masing manusia.
Untuk mencapai
perkembangan yang optimal diperlukan belajar.
21
Belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antar individu dan individu dengan
lingkunganya. Burton menyatakan “Learning is a change in the individual due to instruction of that individual and his environment, which feel a
need and make him more capable of dealing adeguately with his environment.” Dalam ungkapan di atas terdapat kata “change” atau
perubahan yang berarti bahwa seseorang setelah mengalami proses belajar akan mengalami perubahan tingkah laku, baik aspek pengetahuannya,
keterampilannya, maupun aspek sikapnya. Misalnya dari tak bisa menjadi bisa, dan tidak mengerti menjadi mengerti, dari ragu-ragu menjadi yakin,
dari tidak sopan menjadi sopan. Kriteria keberhasilan dalam belajar ditandai dengan terjadinya perubahan tingkah laku individu yang belajar.
22
Menurut Gonbach, belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami, dan dengan mengalami itu si pelajar menggunakan panca
inderanya. Sedangkan menurut Hilgard, belajar merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan
21
H. Sunarto Agung hartono, Perkembangan Peseta Didik, Jakarta: Rineka Cipta, 2002, Cet Ke-2, h. 170
22
M. Uzer Usman, Menjadi Guru ..., Cet. Ke-8, h. 5
perubahan yang keadaannya berbeda dari perubahan yang ditimbulkan oleh yang lainnya.
23
Abdurrahman Abror membuat definisi belajar dengan tiga kriteria, yaitu:
24
1 Bahwa belajar menimbulkan suatu perubahan dalam arti tingkah laku,
kapasitas yang relatif tetap. 2
Bahwa perubahan itu pada pokoknya membedakan antara keadaan sebelum individu berada dalam situasi belajar dan setelah melakukan
belajar. 3
Bahwa perubahan itu dilakukan melalui kegiatan, usaha, atau praktik yang disengaja atau diperbuat.
Suatu proses belajar akan menghasilkan hasil belajar. Hasil belajar ini nyata terlihat dari apa yang dilakukan oleh siswa yang
sebelumnya tidak dapat dilakukannya. Dalam hal ini terjadi perubahan tingkah laku yang dapat diamati dan dapat dibuktikan dengan perbuatan.
Hal ini sesuai dengan pernyataan S. Nasution yang mendefinisikan hasil belajar sebagai suatu perbuatan yang terjadi pada individu yang belajar,
bukan saja perubahan mengenai pengetahuan, tetapi juga pengetahuan untuk membentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penguasaaan,
dan penghargaan dalam diri pribadi individu yang belajar.
25
Belajar pada dasarnya adalah perubahan tingkah laku yang relatif menetap dan dapat diperoleh melalui pengalaman. Pengalaman
dapat berupa interaksi dengan lingkungan eksternal dan melibatkan proses yang tidak nampak. Belajar juga merupakan perilaku aktif siswa dalam
menghadapi lingkungan untuk mendapatkan pengalaman, pengetahuan, pemahaman, dan makna. Menurut Wortman, Loftus, dan Marshall, belajar
merupakan kegiatan mental individu yang kompleks dan biasanya menghasilkan perubahan tingkah laku dan pola pikir pelajar, sehingga
23
Abd. Rachman Abror, Psikologi Pendidikan, Yogyakarta: Tiara Wacana, 1993, Cet. Ke-4, h. 66
24
Abd. Rachman Abror, Psikologi ..., h. 67
25
S. Nasution, Didaktik Azas-azas Mengajar, Bandung: Jemars, 1982, h. 25