77
Tabel  15.  Frekuensi  Pemesanan  dan  Kuantitas  Pesanan  Bahan  Baku  dengan Metode MRP Teknik PPB
No Bulan
Frekuensi kali Kuantitas
Gram
1 Januari
1 12.714,00
2 Februari
1 15.022,00
3 Maret
2 31.518,00
4 April
1 14.832,00
5 Mei
2 26.976,00
6 Juni
1 14.910,00
7 Juli
1 11.682,00
8 Agustus
1 12.982,00
9 September
1 16.500,00
10 Oktober
2 38.124,00
11 November
1 17.296,00
12 Desember
1 10.700,00
Total
15 223.256,00
Rata-rata 1,25
18.604,67 Sumber: Data primer diolah 2014
Berdasarkan  Tabel  15,  frekuensi  pemesanan  bahan  baku  menggunakan teknik  PPB  menghasilkan  15  kali  frekuensi  pemesanan  dengan  total  kuantitas
pemesanan  sebesar  223.256  gram.  Kuantitas  pemesanan  tertinggi  terjadi  pada bulan  Oktober  sebesar  38.124  gram  dan  yang  terendah  terjadi  pada  bulan
Desember  sebesar  10.700  gram.  Perincian  total  biaya  persediaan  metode  MRP teknik PPB disajikan pada Tabel 16 dan lampiran 11.
78
Tabel 16. Biaya Persediaan Bahan Baku dengan Metode MRP Teknik PPB
No Komponen
Jumlah
1 Frekuensi kali
15 2
Biaya pemesanan Rp 50.700,00
3 Biaya Penyimpanan Rp
79.702,39 4
Biaya pembelian Rp 59.492.142,60
Total Biaya Persediaan Rp 59.622.544,99
Sumber: Data primer diolah 2014 Total  biaya  persediaan  bahan  baku  menggunakan  metode  MRP  teknik
PPB yaitu sebesar Rp. 59.622.544,99 dengan pembelian total kuantitas pemesanan sebesar  223.256  gram.  Biaya  persediaan  bahan  baku  menggunakan  teknik  PPB
lebih  rendah  jika  dibandingkan  dengan  metode  yang  digunakan  perusahaan  dan teknik POQ, akan tetapi biaya persediaan menggunakan teknik ini lebih tinggi jika
dibandingkan dengan teknik LFL.
5.3 Perbandingan Metode Pengendalian Persediaan
Berdasarkan hasil
perhitungan metode
pengendalian persediaan
perusahaan dengan teknik LFL, EOQ, POQ dan PPB selama periode Januari 2013 sampai  dengan  Desember  2013,  dapat  dilakukan  perbandingan  diantara  teknik-
teknik  tersebut.  Ringkasan  perhitungan  disajikan  pada  tabel  16.  Dari  hasil perhitungan  diperoleh  bahwa  metode  MRP  menghasilkan  biaya  persediaan  yang
lebih  rendah  dari  biaya  yang  harus  dikeluarkan  oleh  perusahaan,  hal  ini dikarenakan  metode  MRP  dapat  menekan  tingkat  persediaan,  sehingga  biaya
penyimpanan yang lebih rendah. Selain itu metode MRP juga dapat menghasilkan frekuensi  pemesanan  yang  lebih  rendah  dari  frekuensi  yang  dilakukan  oleh
perusahaan.
79
Tabel 17. Perbandingan Biaya Persediaan Bahan Baku Biji Kopi dengan MRP Teknik LFL, EOQ, POQ dan PPB pada tahun 2013
Metode Frek
kali Kuant
Gram Biaya
Pemesanan Rp
Biaya Penyimpanan
Rp Biaya
Pembelian Rp
Biaya Persediaan
Rp Piaza Doro
63 250.000,00
212.940 110.607,17
66.618.750 66.942.297
LFL 45
222.376,00 152.100
79.388,23 59.257.645
59.489.133 EOQ
23 228.395,98
77.740 81.537,36
60.861.819 61.021.096
POQ 12
224.334,00 40.560
80.087,24 59.779.403
59.900.050 PPB
15 223.256,00
50.700 79.702,39
59.492.143 59.622.545
Sumber: Data primer diolah 2014 Berdasarkan  Tabel  16,  dapat  diketahui  bahwa  perusahaan  melakukan
frekuensi  pemesanan  tertinggi  yaitu  sebanyak  63  kali  dengan  total  biaya persediaan  sebesar  Rp.  66.942.297.  sedangkan  metode  MRP  teknik  LFL
menghasilkan  frekuensi  sebanyak  45  kali,  pemesanan  dilakukan  apabila  stok persediaan telah  habis. Metode MRP teknik LFL  menghasilkan  biaya persediaan
paling  rendah  jika  dibandingkan  dengan  metode  MRP  teknik  EOQ,  POQ  dan PPB.
Metode  MRP  teknik  EOQ  menghasilkan  23  kali  frekuensi  pemesanan dengan  menghasilkan  biaya  persediaan  paling  tinggi  jika  dibandingkan  dengan
metode MRP lainnya yaitu sebesar Rp. 61.021.096. Metode  MRP  teknik  POQ  menghasilkan  frekuensi  pemesanan  paling
rendah  jika  dibandingkan  dengan  metode  MRP  lainnya  yaitu  12  kali  frekuensi pemesanan  dengan  biaya  persediaan  Rp.  59.900.050.  metode  MRP  teknik  POQ
memiliki  biaya  persediaan  lebih  tinggi  jika  dibandingkan  dengan  metode  teknik LFL dan PPB.