pengajar di Gontor ini juga memberikan motivasi dan semangat dalam menuntut ilmu, yang berefek pada terpecutnya semangat belajar para siswa
yang menjadikan pondok pesantren Gontor ditumbuhi oleh tunas bangsa yang siap membangun negara dan selalu menjaga agar negara dalam lindungan
Tuhan. Di akhir cerita, Amroeh akhirnya berhasil mengenyam pendidikannya
selama enam tahun. Keberhasilannya tidak dicapai dengan mudah, tetapi melalui proses yang sangat panjang, berkat kesungguhan dan keikhlasannya
dalam menjalankan kehidupannya di Pesantren Gontor.
C. Unsur Intrinsik Novel Opera Van Gontor
1. Tema
Tema merupakan gagasan yang mendasari suatu cerita. Nurgiyantoro memandang tema sebagai dasar cerita, gagasan dasar
umum sebuah karya novel.
1
Menurutnya gagasan dasar umum inilah yang tentunya telah ditentukan sebelumnya oleh pengarang yang
dipergunakan untuk mengembangkan cerita. Dalam cerita ini, gagasan dasarnya adalah mengenai keikhlasan
dan kesungguhan hidup dalam meraih cita-cita. Amroeh seorang anak kecil yang baru berusia 11 tahun diminta oleh ayahnya untuk meneruskan
pendidikan di pesantren Gontor, sebagai anak yang berbakti tidak ada sepatah kata pun untuk menolak keinginan ayahnya. Baginya keinginan
bapaknya semata-mata demi kepentingan dirinya sendiri. Penggambaran tema dalam novel ini dapat dilihat dari sikap
Amroeh yang ikhlas dalam menunggu keputusan apakah ia akan diterima di pondok modern Gontor. Hal ini dapat dilihat dari kutipan dalam novel
Opera Van Gontor sebagai berikut: Ya, mau apa lagi. Belajar sudah, ujian sudah, hasilnya
sudah ada di catatan panitia ujian, doa pun sudah aku lakukan
1
Burhan Nurgiyantoro, op. cit., h.70.
Mau tidak mau harus bersikap demikian meski batinku tetap merintih agar aku diterima.
2
Kutipan di atas menggambarkan bagaimana sikap Amroeh yang ikhlas dalam menerima keputusan hasil seleksi, segala upaya telah ia
lakukan, usaha, doa, dan selalu optimis akan hasil yang diterima nanti. penantian pun tidak sia-sia, sekian lama menunggu akhirnya Amroeh
berhasil lulus seleksi. Bahwasanya segala sesuatu jika kita ikhlas dalam menjalankannya maka akan memperoleh hasil yang optimal.
Kami semua sangat bersyukur pada Allah Swt. Air mata kegembiraan sempat mengalir sejenak di pipi, aku termenung,
tertegun s ambil bermunajat pada Tuhan, ―Ya, Tuhan Engkau
sendiri telah menolongku keluar dari masalah-masalahku. Siapa yang sanggup membandingkan keadaan kami kemarin ketika
kami masih meraba-raba di dalam kegelapan, dengan kami sekarang yang penuh harapan dan keyakinan, tanpa mengajui
keadilan dan belas kasih-Mu dengan sepenuh hati... untuk pertama kali dalam kehidupan aku merasa puas dan bahagia. Aku
mengalami dilema kehidupan dalam beberapa hari terakhir, sekarang muncul lingkaran kebanggaan yang membahagiakan,
seolah-olah ini bukan lagi sekadar kernyitan di dahi takdir
kemurahan hati yang dipaksakan.‖
3
Sedangkan penggambaran
kesungguhan Amroeh
dalam menggapai cita-citanya, dapat dilihat ketika ia sedang melamun dan
terbesit kampung halaman serta sanak keluarganya. Aku berharap dan berdoa, ―Semoga Ibu, Bapak, dan
saudara-saudaraku terkasih selalu dalam keadaan selamat, sehat, dan sejahtera semua...‖ Pipiku tiba-tiba dibasahi tetesan air mata.
Segera aku menetralkan emosi dengan mengatakan pada diri sendiri, ―Kepergianku ke Gontor ini untuk berjuang mencari ilmu,
memenuhi tuntutan agama, berjuang di jalan suci Allah, jadi aku harus tegar tidak boleh cengeng‖
4
Kutipan di atas menggambarkan bagaimana tekad Amroeh dalam menjalani masa-masa di Gontor, meskipun ia harus berpisah dengan
2
Amroeh Adiwijaya, Opera Van Gontor, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2010, h. 29.
3
Ibid., h. 30-31.
4
Ibid., h. 38