Indonesia novel adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang-orang di
sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku.
22
Dengan kata lain, novel merupakan salah satu jenis dari karya sastra fiksi yang di dalamnya memaparkan suatu tema atau permasalahan
dengan menghadirkan
karakter tertentu.
Dalam penggambaran
permasalahan tersebut juga didukung oleh penggambaran latar dan situasi tertentu yang turut mempertegas pokok permasalahan yang ada.
Pada intinya, penggambaran permasalahan tersebut bertujuan untuk menyampaikan pesan tertentu kepada pembaca.
2. Struktur Novel
Wellek dan Austin Warren mendefinisikan struktur karya sastra sebagai berikut: The work of structure includes contain and form as far it
has the esthetical function. Artinya struktur karya sastra mencakup isi dan bentuk, sejauh mempunyai fungsi estetis. Struktur di dalam karya
sastra bisa disejajarkan dengan faktor pembentuk karya sastra itu sendiri yaitu unsur intrinsik.
23
Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir
sebagai karya sastra, unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra. Unsur intrinsik sebuah novel adalah unsur-
unsur yang secara langsung turut serta membangun cerita. Unsur yang dimaksud adalah peristiwa, cerita, plot, penokohan, tema, latar, sudut
pandang penceritaan, bahasa atau gaya bahasa, dan lain-lain.
24
Sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra itu, unsur ekstrinsik ini secara tidak langsung
mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra. Secara
22
Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat, Jakarta: Pusat Bahasa, 2008, Edisi IV, h. 783.
23
Rene Wellek Austin W., op. cit., h. 159.
24
Burhan Nurgiyantoro, op. cit., h. 23.
lebih khusus unsur ekstrinsik dapat dikatakan sebagai unsur-unsur yang mempengaruhi bangun cerita sebuah karya sastra, tetapi tidak ikut
menjadi bagian di dalamnya. Adapun yang termasuk unsur-unsur ekstrin yaitu unsur biografi, psikologi, masyarakat, dan pemikiran.
25
Karangan berbentuk prosa, baru dikatakan bernilai sastra kalau memenuhi syarat-
syarat literer tertentu yang tersirat dalam unsur intrinsik dan ekstrinsik dari karya prosa itu, jika syarat-syarat tersebut tidak dipenuhi maka prosa
itu tidak dapat dikatakan sebagai karya sastra.
26
Menurut Stanton dalam Nurgiyantoro, unsur pembangun sebuah novel terdiri dari tiga bagian, yaitu fakta, tema, dan sarana cerita. Fakta
cerita meliputi tokoh, alur, dan latar. Tema adalah sesuatu yang menjadi dasar cerita. Sarana cerita atau sarana kesastraan literary divices adalah
teknik yang dipergunakan oleh pengarang untuk memilih dan menyusun detil-detil cerita peristiwa dan kejadian menjadi pola yang bermakna.
Sarana sastra yang dimaksud antara lain berupa sudut pandang penceritaan, gaya bahasa dan nada, simbolisme, dan ironi.
27
Berikut ini akan diuraikan secara detil mengenai unsur-unsur intrinsik yang terdapat di dalam novel. Pemahaman terhadap sebuah
novel dapat dilakukan melalui pendekatan intrinsik dan ekstrinsik. Pendekatan intrinsik adalah upaya memahami sebuah novel melalui
unsur-unsur yang ada dalam novel itu. Sedangkan pendekatan ekstrinsik dilakukan melalui unsur-unsur atau aspek-aspek yang berada di luar
novel itu tetapi banyak mempengaruhi proses penciptaan novel itu. Adapun unsur intrinsik sebuah novel dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Tema
Pembahasan mengenai makna yang terdapat di dalam sebuah karya sastra novel, berarti sedang membicarakan mengenai tema.
Tema berarti kandungan umum dari isi yang ada di dalam karya sastra tersebut atau juga disebut dengan ide dari cerita yang
25
Rene Wellek Austin W., op. cit., h. 79-80.
26
M. Arsyad, dkk., Buku Materi Pokok Kesusastraan, Jakarta: Karunika, 1986, h. 22.
27
Burhan Nurgiyantoro, op. cit., h. 25.
dimaksud. Istilah tema menurut Scharbach dalam Aminuddin berasal dari bahasa Latin yang berarti
“tempat meletakkan suatu perangkat”. Disebut demikian karena tema adalah ide yang mendasari suatu
cerita sehingga berperanan juga sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang diciptakannya.
28
Stanton dalam Nurgiyantoro mengartikan tema sebagai ‖makna sebuah cerita yang secara khusus menerangkan sebagian
besar unsurnya dengan cara yang sederhana‖.
29
Tema menurutnya kurang lebih dapat bersinonim dengan ide utama central idea dan
tujuan utama central purpose. Sementara itu, Nurgiyantoro memandang tema sebagai dasar cerita, gagasan dasar umum sebuah
karya novel.
30
Menurutnya gagasan dasar umum inilah yang tentunya telah ditentukan sebelumnya oleh pengarang yang dipergunakan
untuk mengembangkan cerita. Dengan kata lain, cerita tentunya akan ‖setia‖ mengikuti gagasan dasar umum yang telah ditetapkan
sebelumnya sehingga berbagai peristiwa atau konflik dan pemilihan berbagai unsur intrinsik yang lain seperti penokohan, pelataran, dan
penyudutpandangan diusahakan mencerminkan gagasan dasar umum tersebut.
Nurgiyantoro mengelompokkan tema ke dalam tema utama mayor dan tema tambahan minor. Tema mayor adalah makna
pokok cerita yang menjadi dasar atau gagasan dasar umum karya itu. Sedangkan tema minor adalah makna yang hanya terdapat pada
bagian-bagian tertentu cerita.
31
Berdasarkan perkembangan sejarahnya, tema menjadi ciri dari perkembangan karya sastra itu berkembang. Pada abad ke-18
misalnya terjadi pembagian klasik antara lirik, epik, dan dramatik. Tiga jenis sastra itu dikaitkan dengan beberapa tema yang memang
28
Aminuddin, Pengantar Apresiasi Sastra, Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2002, h. 91.
29
Burhan Nurgiyantoro, op. cit., h. 70.
30
Ibid.
31
Ibid., h. 82.
penting bagi sejarah kebudayaan Eropa Barat. Di dalam lirik pengungkapan perasaan pribadi dipandang sebagai tema terpenting.
Dalam drama perbuatan yang memuncak dalam sebuah konflik dianggap pokok, sedangkan dalam epik perbuatan dahsyat seorang
leluhur yang menentukan nasib tokoh remaja keturunannya.
32
Jadi, secara eksplisit, tema bisa dikatakan berfungsi atau berhubungan sebagai fungsi kultural yang berbeda-beda sesuai
dengan perkembangan budaya yang berlangsung di dalam suatu peradaban tertentu. Tematik dari berbagai jenis sastra ini, pasti
berubah dari zaman ke zaman dan menyesuaikan diri dengan perubahan dalam fungsi, keadaan, publik, dan medium.
Tema dalam banyak hal bersifat ―mengikat‖ kehadiran atau ketidakhadiran peristiwa-konflik situasi tertentu, termasuk berbagai
unsur intrinsik yang lain, karena hal-hal tersebut haruslah bersifat mendukung kejelasan tema yang ingin disampaikan.
33
Tema menjadi dasar pengembangan seluruh cerita, maka ia pun bersifat menjiwai
seluruh bagian cerita itu. Tema mempunyai generalisasi yang umum, lebih luas, dan abstrak.
2. Alur Plot
Menurut Rene Wellek dan Austin Warren, alur adalah struktur cerita.
34
Selain itu, alur adalah rangkaian peristiwa yang satu sama lain dihubungkan dengan hukum sebab akibat. Artinya,
peristiwa pertama menyebabkan peristiwa kedua, peristiwa kedua menyebabkan terjadinya peristiwa ketiga, dan demikian selanjutnya
hingga pada dasarnya peristiwa terakhir ditentukan terjadinya peristiwa pertama.
35
32
Van Jan Luxemburg, 1992. Pengantar Ilmu Sastra diindonesiakan oleh Dick Hartoko, Jakarta: PT Gramedia, 1992, h. 113-114.
33
Burhan Nurgiyantoro, op. cit., h. 68.
34
Rene Wellek dan Austin Warren, op.cit., h. 280.
35
Yakob Sumarjo dan Saini KM., op.cit., h. 139.