―Begitu cintanya nabi pada ciptaan Tuhan, sampai-sampai beliau dengan prihatin berkata; ―Seandainya kamu berada dan
tinggal di tepi sungai, kamu pun wajib berhemat dalam menggunakan air‖ Dalam rangka menganjurkan agar umatnya
senantiasa mengasihi ciptaan tuhan‖
62
Aku begitu mengingat perkataan nabi untuk mengasihi segala apa yang ada di langit maupun di bumi. Jelas tergambar pesan yang
diamanatkan nabi kepada manusia untuk saling menjaga sesama makhluk hidup. Atas dasar itu, ia mengutuk perbuatan yang dilakukan para santri
menyiksa binatang. Secara tidak langsung para santri tidak mengakui akan kebesaran Tuhan yang telah menciptakannya.
Selain menjaga dan menyayangi sesama, manusia juga harus dapat mengakui kebesaran Tuhan. Ketika siang hari setelah keluar dari
kelas, Pak Muchsin menghadirkan dai’ah cilik asal Medan. Didampingi ibunya ia mendemonstrasikan kepiawaiannya berpidato dakwah di
hadapan masyarakat luas. Aku seketika itu pun terkejut melihat kehebatan anak sekecil itu
yang sudah pandai berdakwah dihadapan orang banyak. ―Ini Pasti mukjizat. Allah Maha besar dan Maha kuasa
atas segala sesuatu.‖
63
Pada kutipan di atas, Aku menyebut mukjizat begitu ia melihat kefasihan anak itu berpidato apabila dibandingkan dengan dirinya. Tak
habis pikir, dan ia pun mengatakan ajaib. Aku dalam kutipan ini, menggambarkan sosok yang mengakui atas kebesaran Tuhan dengan
menunjukkan kepadanya anak kecil yang tak tahu mulai dari kapan ia berpidato tetapi sudah fasih. Kekagumannya tak terlepas dari sisi religius
yang men ggambarkan begitu kagumnya sosok Aku pada dai’ah cilik
tersebut.
62
Ibid., h. 142.
63
Ibid., h. 167.
E. Implikasi dalam Pembelajaran Sastra di Sekolah
Pembelajaran sastra di sekolah diprogramkan untuk membina dan mengambangkan potensi kreatif siswa, baik itu potensi fisik
psikomotor, potensi pikir kognitif, maupun sikap afektif secara bersama-sama. Berkembangnya ketiga ranah tersebut, pada gilirannya
akan melahirkan manusia-manusia siswa kreatif yang secara nyata dapat mengaktualisasikan diri.
Melalui pembelajaran sastra, harmonisasi pribadi siswa dibentuk dengan jalan mengembangkan aspek-aspek kejiwaan yang meliputi aspek
sensitivitas, kreativitas dan ekspresi. Kurikulum 2004 menegaskan bahwa tujuan pembelajaran sastra di SMA adalah dikuasainya
kompetensi sastra pada siswa, yaitu kemampuan siswa dalam mengapresiasi karya sastra melalui kegiatan mendengarkan, menyimak,
membaca, dan melisankan hasil sastra; mendiskusikan, memahami, dan menggunakan pengertian teknis konvensi kesusastraan dan sejarah sastra,
untuk menjelaskan, meresensi, menilai dan menganalisis hasil sastra; dan mampu memerankan drama, serta menulis puisi, cerpen, novel dan
drama. Dengan demikian, jelas terlihat bahwa sasaran utama
pembelajaran sastra adalah untuk membentuk pribadi siswa menjadi pribadi harmonis. Memperhatikan konsep dan tujuan tersebut, berarti
persoalan apresiasi sastra tidak berhenti pada persoalan ―konsep‖ dan ―istilah‖ apresiasi sastra saja.
Jika dalam perspektif pembelajaran sastra, siswa dipandang sebagai sosok manusia potensial dan yang harus dibina dan
dikembangkan sehingga menjadi manusia yang sensitif, kreatif, dan yang mampu menampilkan sesuatu dalam bentuk nyata expression, maka
apresiasi sastra tidak mungkin berakhir pada kegiatan membaca dan menikmati saja. Apresiasi sastra harus berlanjut kepada proses, di mana
siswa mengambil makna, menafsir, dan mencari nilai kehidupan yang terkandung di dalam sastra itu.
Implikasi dapat diartikan sebagai keterlibatan atau keadaan terlibat. Implikasi sebuah novel terhadap pembelajaran sastra berarti
melibatkan novel dalam pembelajaran sastra. Dalam penelitian ini, novel yang akan diimplikasikan dalam pembelajaran sastra adalah novel Opera
Van Gontor karya Amroeh Adiwijaya. Novel Opera Van Gontor memberikan banyak gambaran
mengenai nilai religius. Keberadaan novel Opera Van Gontor ini sangat layak untuk diapresiasi dan dijadikan bahan pembelajaran sastra di
sekolah. Banyak pesan agama yang disampaikan dalam novel ini. Oleh karena itu, hal tersebut dapat diimplikasikan pada pembelajaran Bahasa
dan Sastra Indonesia di tingkat SMA kelas XI sebelas dalam aspek membaca. Dalam pembelajaran ini, standar kompetensi yang harus
dikuasai siswa adalah mampu memahami berbagai hikayat, novel Indonesia novel terjemahan dengan kompetensi dasar mampu
menjelaskan unsur-unsur intrinsik dari pembacaan novel; dan mampu menemukan nilai-nilai religius yang ada dalam novel.