ini, keimanan menjadi kunci bagi manusia untuk melangkah dan menjajaki kehidupan ini.
3. Perasaan batin yang ada hubungannya dengan Tuhan
Religius yang tercermin dalam novel Opera Van Gontor dapat terlihat dari tergambarnya rasa batin yang ada hubungannya dengan
Tuhan lewat beberapa kutipan novel. Tokoh Aku menonjolkan karakter religiusnya, ketika peristiwa ia dinyatakan lolos tes seleksi masuk siswa
Gontor. Ia sangat terharu ketika namanya disebutkan oleh panitia lewat pengeras suara. Seketika itu ia langsung mengucapkan rasa syukur yang
tak terhingga kepada sang pencipta yang telah memberikan karunia dan kebahagiaan.
―Ya, Tuhan Engkau sendiri telah menolongku keluar dari masalah-masalahku. Siapa yang sanggup membandingkan
keadaan kami kemarin ketika kami masih meraba-raba di dalam kegelapan, dengan kami sekarang yang penuh harapan dan
keyakinan, tanpa mengakui keadilan dan belas kasih-Mu dengan
sepenuh hati…‖
55
Aku ketika itu pula bermunajat tiada henti kepada Tuhan, yang selalu memberikan kebahagiaan, terlebih ketika ia dapat memasuki
pondok menjadi siswa, seperti yang telah ia cita-citakannya. Perasaan batin yang begitu dekat dengan Tuhan, penulis rekam lewat tokoh Aku
yang bermunajat dengan penuh rasa syukur. Perasaan batin yang ada hubungannya dengan Tuhan sudah
dimiliki tokoh Aku, Aku berpendapat bukan hanya ketika naik haji saja berdoa lalu diijabah, akan tetapi ketika berdoa di mana pun akan diijabah
jika Allah berkehendak. Ketika dipaparkan tentang ibadah haji oleh Pak Zar, Ia melambungkan bayangannya ke kampung halaman. Ia teringat
ketika beberapa keluarga dan tetangganya mengadakan syukuran dalam rangka ibadah haji. Gaya dan materi yang disampaikan oleh penceramah
hanya membuat sedih para penyimak yang belum berangkat haji. Untuk
55
Ibid., h. 30.
itu penceramah dalam hal ini menurutnya memberi sedikit pencerahan bukan hanya mengagungkan kepada yang sudah berhaji saja.
Penghiburan yang kumaksud antara lain dengan mengungkapkan dan memaparkan isi sebuah hadits yang
berbunyi, ―Rak’atani minad Dhuha, kahijjatin wa ‗umratin makbulatain,‖ yang artinya: Dua rakaat shalat dhuha pahalanya
sama dengan haji dan umroh yang diterima Allah. Sebaiknya pula dipaparkan tentang doa, bahwa berdoa dimana pun, jika Allah
berkehendak mengijabahi maka terkabullah doa hamba itu.
56
Seperti pada kutipan di atas, dua rakaat shalat dhuha pahalanya sama dengan umroh dan haji. Tokoh Aku bukan mencoba
mengenyampingkan ibadah haji, akan tetapi memberikan solusi kepada yang belum bisa berangkat haji, dan ketika berdoa dimana pun akan
diijabah jika Tuhan telah menghendaki. Peristiwa lain pun diungkap jelas ketika tokoh Aku berbincang
dengan Ru’yatul Hilal. Aku berbincang masalah talqin yang tidak diajarkan di Gontor. Pondok pesantren salaf yang biasanya mengajarkan
masalah talqin dan ketika jenazah dimasukkan ke dalam liang lahat. Talqin merupakan proses mengantarkan jenazah kembali kepada
sang pencipta. Akan tetapi tokoh Aku pada lingkungan keluarganya tidak menerapkan talqin, yang dilakukan hanya membimbing ketika ajal
menjelang dengan melafalkan kalimat-kalimat thoyibah. ―Di desaku, pernah aku dengar tentang talqin ini
diterapkan oleh keluarga Nahdhiyyin pada umumnya, namun di keluargaku tidak menerapkannya kala ada keluarga meninggal
dunia. Yang diterapkan keluargaku kepada seseorang menjelang ajal
adalah membimbingnya
untuk melafalkan
kalimat Laailahaillallah, atau Allahu Akbar, atau Allahu Ahad, atau
Allah.
57
Talqin dan proses membimbing yang diterapkan oleh keluarga Aku adalah sebuah proses pendekatan batin manusia yang telah memiliki
hubungan dengan Tuhannya. Rasa memiliki hubungan dengan Tuhan,
56
Ibid., h. 75.
57
Ibid., h. 112.
bukan hanya semasa hidup saja, akan tetapi ketika menjelang ajal pun harus dapat mengingat Tuhan sang pencipta. Seperti yang telah tokoh
Aku gambarkan pada kutipan di atas.
4. Perasaan takut dan berdosa
Tokoh Aku merupakan tokoh yang memiliki perasaan takut akan dosa, dan ia berharap segala ingatan tentang kisah yang ia ketahui dapat
diambil pelajaran sehingga ia tidak terjerumus ke dalam dosa.
... Dianjurkan pula agar orang selalu membersihkan diri dengan sifat-sifat mulia dan melakukan ibadah seperti yang
diperintahkan Allah, sebab orang yang batinnya kotor, makan yang haram, omongannya rusuh, ditambah lagi tidak pernah
melakukan salat, tak mungkin bisa dekat dengan Allah.
Tak patut bagi seseorang mendekatkan diri kepada Allah padahal ia belum membersihkan diri dari dosa-dosa.
58
Kutipan novel di atas mengisyaratkan bahwa manusia harus selalu mencoba meniatkan hatinya dengan bersih, agar ia dijauhkan dari segala
perasaan takut dan melakukan perbuatan dosa, hingga akhirnya dapat mendekatkan diri kepada Allah..
Aku berharap segala gangguan dan godaan yang ada dapat dihadapi dan ia dapat menyelesaikan pendidikannya hingga paripurna
seperti yang ia cita-citakan dan orang tuanya harapkan. Nilai religius yang kental digambarkan lewat sebuah kisah pada
zaman bani Israil, dari kisah tersebut dapat diambil pelajaran bahwa kesemua perbuatan dosa tidak memandang ringan ataupun berat,
kesemua perbuatan dosa akan dapat balasannya baik di dunia mapun akhirat. Hal itulah yang selalu diingat oleh tokoh Aku, ketika ia akan
berbuat sesuatu pekerjaan. Rasa takut melakukan perbuatan dosa merupakan sebuah perwujudan nilai religius seorang hamba kepada
Tuhan. Si Aku sangat sadar dan meyakini sepenuh hati serta dengan
58
Ibid., h. 109.
sadar mengingat bahwa kesemua perbuatan akan mendapatkan balasannya.
Pada kutipan berikut ini, tokoh Aku menceritakan pula konsep keadilan yang ditawarkan Islam kepada umatnya. Ia mencoba
membandingkan dengan konsep yang pernah akan dipakai oleh bangsa Indonesia, yaitu komunis. Dia sangat menentang sekali konsep sama rata
sama rasa yang tidak berkeadilan menurutnya, dan belum lagi ketika berbicara akidah yaitu agama.
Begitu pula perbedaan antara orang pandai dan orang bodoh, majikan, dan buruh, serta pemimpin dan bawahan. Tentu
dalam batasan tanpa menganiaya hak orang lain.
59
Opera Van Gontor, h. 28.
Konsep keadilan yang ditawarkan Islam kepada umatnya jelas memiliki porsi adil. Kekayaan dan kemiskinan merupakan sebuah
perbedaan, dan jangan dijadikan sebuah tingkatan yang nantinya akan menjadikan sebuah konflik. Akan tetapi, jadikan kesemua perbedaan
yang ada di dunia ini menjadi sebuah keindahan kehidupan yang harmonis, serasi, selaras, dan seimbang sesuai dengan apa yang dicita-
citakan. Begitu pun keadilan kepada orang yang bekerja. Islam
mengajarkan untuk tidak menunda apalagi sampai tidak membayar orang yang bekerja. Aku mengingat sabda Nabi Muhammad Saw untuk
membayarkan upah kepada orang yang bekerja. seperti tercermin dalam pesan Nabi Muhammad
saw,‖Bayarlah upahmu sebelum keringatnya kering.‖
60
Rasa menghargai sesama, perasaan takut dan berdosa yang terekam lewat kutipan di atas, menggambarkan sosok Aku yang selalu
menjalankan perintah rasulnya agar tidak berbuat dosa dengan tidak membayarkan upahnya sama saja dengan menganiaya sesama manusia.
59
Ibid., h. 28.
60
Ibid.