Maha Esa. Ketika ia menunjukkan akan pengakuan seorang manusia terhadap sang pencipta. Ia tidak pernah berharap selain kepada-Nya dan
ia pun meminta hanya kepada-Nya. Dari kutipan berikut, menggambarkan bahwa kebutuhan manusia
yang utama ialah memenuhi rasa ketentraman hati, dan perasaan yang sepenuhnya diserahkan kepada Ilahi coba tokoh Aku curahkan hanya
untuk mendekatkan diri kepada Allah. Aktivitas yang tokoh Aku lakukan di Gontor dan segala macam masalah yang ada ia selalu curahkan hanya
untuk Allah sepenuhnya. Si Aku sangat sadar akan ketergantungan sebagai hamba kepada
Allah dan ia sadar hanya mendekatkan dirilah yang akan memberikannya ketentraman hati. Tokoh Aku merupakan sosok manusia yang selalu
menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. ―Dalam menghadapi berbagai problem di Gontor, setelah
merenung beberapa waktu, sebenarnya yang aku perlukan hanyalah menjalankan aktivitas mendekatkan diri sepenuhnya
kepada yang kuasa, titik. Aktivitas itu semacam pelaksanaan teori yang diistilahkan oleh para sufi sebagai semacam uzlah,
begitulah.‖
49
Ketaatan, rasa tunduk dan penyerahan diri yang utuh ia selalu upayakan untuk dilakukan. Tergambar pada kutipan di atas, ia ingin
melakukan uzlah suatu pendekatan teori kepada yang kuasa agar berbagai macam problem yang ada dapat ia hadapi.
Uzlah yang ia tahu secara teoretis yaitu mendekatkan diri sepenuhnya kepada yang kuasa, dilakukannya untuk menjalankan
perbuatan yang dilakukan para sufi. Ia ingin mendekatkan diri sepenuhnya kepada sang pencipta, agar ia mampu menjalankan
kehidupannya di Gontor. Dari uraian di atas, penulis menunjukkan nilai religius yang
kental lewat beberapa kutipan novel yang disajikan dengan
49
Ibid., h. 138.
mengedepankan penyerahan diri, tunduk dan rasa taat kepada sang pencipta Allah Swt.
2. Kehidupan yang penuh kemuliaan
Rasa cinta kasih dan sayang kepada sesama adalah suatu perbuatan yang mulia. Tokoh Aku begitu sangat merasakan rasa kasih
sayang warga desa yang begitu ramah dan mementingkan orang lain. Penghargaan dan kesopanan yang warga desa Gontor lakukan menjadi
sebuah rasa kenikmatan hati yang ia rasakan. Seperti pada kutipan novel berikut ini.
Aku dapat dan sangat menikmati intonasi mereka, menikmati tata krama mereka dalam memberikan penghormatan
pada tamu, dan ungguh-ungguh keseharian mereka. ―Bagiku warga desa Gontor sungguh menyenangkan
dalam pergaulan, halus tutur katanya, tinggi budi pekerti, rendah hati, sopan, serta mengharga
i dan mengutamakan orang lain.‖
50
Tokoh Aku menunjukkan dengan jelas bahwa rasa sayang, tutur kata yang halus merupakan sebuah sisi dari manusia yang menjadikan
sosok manusia itu begitu indah di mata orang lain dan Tuhannya. Halus tutur kata, rela berkorban untuk orang lain, dan rendah hati merupakan
sebuah cerminan kehidupan yang penuh kemuliaan. Selain itu tokoh Aku merupakan tokoh yang optimis dan tak
pernah putus asa, Ia menjadi seorang anak yang bertekad bulat dan kuat untuk menyelesaikan pendidikan dan keinginan orang tuanya untuk
menjadikan ia anak yang berguna sebesar-besarnya dan dapat bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain. Menggambarkan nilai religius yang
tinggi ketika orang tua Aku memiliki niat yang baik untuk menjadikan anaknya berguna sebesar-besarnya bagi orang lain. Seperti pada kutipan
berikut ini. Dik muhdi berkata sesaat sebelum keberangkatanku,
‖Bapak dan Ibu mengirim aku ke Gontor dengan harapan agar anak laki-laki tertuanya ini bisa menjadi anak shaleh, berilmu
50
Ibid., h. 10.
tinggi, dan berakhlak mulia yang dapat bermanfaat untuk diri sendiri dan keluarga, serta berguna sebesar-besarnya bagi
masyarakat luas.‖
51
Sesaat sebelum keberangkatnnya, Dik Muhdi berkata kepada Aku, agar ia menjadi anak yang berguna dan bermanfaat bagi sesama.
Amanat yang disampaikan lewat Dik Muhdi kepada Aku merupakan sebuah pesan religius agar manusia menjadi manfaat bagi manusia lain.
Semua orang tua berharap memiliki anak yang paripurna ketika menyelesaikan pendidikannya. Begitu pun orang tua Aku berharap
kepadanya agar ia dapat menjadi anak yang berguna. Memiliki ilmu yang bermanfaat, berperilaku baik, berguna, dan dibutuhkan oleh masyarakat.
Sebagaimana yang dicita-citakan manusia, sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang bermanfaat.
Novel Opera Van Gontor selalu mengisahkan nilai-nilai religius. Misalnya kisah Syeikh Abdul Qodir Al-Jaelany dalam buku manaqib
yang kemudian dijelaskan lagi dalam novel ini. Syeikh Abdul Qodir Al- Jaelany dalam buku tersebut dikatakan ia adalah seorang yang senang
bergaul dengan rakyat jelata golongan fakir miskin. Dalam kutipan berikut ini, tergambar nilai religius yaitu seorang yang miskin sabar akan
menjadi utama dibandingkan dengan orang kaya yang bersyukur. Sabar merupakan sebuah wujud dalam hati yang paling dalam dan hanya
dimiliki oleh orang-orang yang menginginkan kehidupan yang penuh kemuliaan.
―Disebutkan juga dalam buku Manaqib, bahwa Syeikh Abdul Qodir Al-Jaelany sangat senang bergaul dengan rakyat
jelata golongan fakir miskin. Orang-orang miskinlah sahabatnya. Dihiburnya orang-orang ini, dengan mengatakan bahwa orang
miskin yang sabar itu lebih utama daripada orang kaya yang bersyukur. Kesabaran inilah yang membentengi iman di dadanya.
Sebab, tanpa kesabaran akan mudah tergelincir iman seseorang,
sesuai dengan sabda Nabi Muhammad saw, ―hampir saja kemiskinan menjerumus kepada kekafiran‖ Dianjurkan agar di
saat susah dan duka orang harus mempertinggi harapan dan
51
Ibid., h. 13.
optimisme agar ia tetap sabar. Sebaliknya kala menjumpai kesenangan supaya membayangkan datangnya kesusahan agar
dengan demikian ia sela lu bersyukur.‖
52
Kisah Syeikh Abdul Qodir Al-Jaelany yang tergambar, menyelipkan amanat bahwa sesama manusia tidak boleh memilih-milih
dalam bergaul seperti yang dilakukan oleh Syeikh Abdul Qodir. Kata- kata yang Abdul Qodir katakan mencerminkan sebuah penggambaran
kehidupan yang penuh kemuliaan, ketika rasa sabar dan syukur menjadi sebuah hal utama dalam menjalani kehidupan yang mulia.
Aku pada kutipan novel ini, menggambarkan sebagai manusia yang harus terus melangkah dalam menjalani kehidupan guna mencapai
sebuah kehidupan yang penuh kemuliaan. ―Sebagai pengingat hal-hal irrasional itu, aku mencatat
kata-kata Ralph Waldo Emerson dalam kutipan sebuah bukunya; when faith is lost, honor dies, the man is dead. Jika iman sudah
lenyap, harga diri sudah padam, manusia itu sebenarnya sudah mati.‖
53
Kebulatan tekad dan keteguhan hati tercermin dalam sifat Aku, ia selalu mengingat kata-kata yang ia ketahui untuk memotivasi dirinya
dalam menjalani kehidupan di Gontor. Kehidupan mulia yang ia cita- citakan, adalah memiliki keimanan. Keimanan yang ia miliki merupakan
sebuah kebahagiaan sejati. Ia ingat dari kata-kata bapak dan ibunya bahwa memperoleh keimanan adalah sebuah kebahagiaan yang sejati.
―Aku akan selalu mengingat kata-kata pembesar hati dari bapak dan ibuku, bahwa di kemudian hari aku akan memperoleh
kebahagiaan sejati karena aku me miliki iman pada Tuhan.‖
54
Tokoh Aku selalu memotivasi diri dengan kutipan-kutipan yang ia baca dari sebuah buku dan kata-kata kedua orang tuanya. Kutipan
tersebut mengisahkan nilai religius yang kental tentang keimanan. Keimanan merupakan sebuah wujud nyata keberadaan manusia di dunia
52
Ibid., h. 109.
53
Ibid., h. 126.
54
Ibid., h. 262.
ini, keimanan menjadi kunci bagi manusia untuk melangkah dan menjajaki kehidupan ini.
3. Perasaan batin yang ada hubungannya dengan Tuhan
Religius yang tercermin dalam novel Opera Van Gontor dapat terlihat dari tergambarnya rasa batin yang ada hubungannya dengan
Tuhan lewat beberapa kutipan novel. Tokoh Aku menonjolkan karakter religiusnya, ketika peristiwa ia dinyatakan lolos tes seleksi masuk siswa
Gontor. Ia sangat terharu ketika namanya disebutkan oleh panitia lewat pengeras suara. Seketika itu ia langsung mengucapkan rasa syukur yang
tak terhingga kepada sang pencipta yang telah memberikan karunia dan kebahagiaan.
―Ya, Tuhan Engkau sendiri telah menolongku keluar dari masalah-masalahku. Siapa yang sanggup membandingkan
keadaan kami kemarin ketika kami masih meraba-raba di dalam kegelapan, dengan kami sekarang yang penuh harapan dan
keyakinan, tanpa mengakui keadilan dan belas kasih-Mu dengan
sepenuh hati…‖
55
Aku ketika itu pula bermunajat tiada henti kepada Tuhan, yang selalu memberikan kebahagiaan, terlebih ketika ia dapat memasuki
pondok menjadi siswa, seperti yang telah ia cita-citakannya. Perasaan batin yang begitu dekat dengan Tuhan, penulis rekam lewat tokoh Aku
yang bermunajat dengan penuh rasa syukur. Perasaan batin yang ada hubungannya dengan Tuhan sudah
dimiliki tokoh Aku, Aku berpendapat bukan hanya ketika naik haji saja berdoa lalu diijabah, akan tetapi ketika berdoa di mana pun akan diijabah
jika Allah berkehendak. Ketika dipaparkan tentang ibadah haji oleh Pak Zar, Ia melambungkan bayangannya ke kampung halaman. Ia teringat
ketika beberapa keluarga dan tetangganya mengadakan syukuran dalam rangka ibadah haji. Gaya dan materi yang disampaikan oleh penceramah
hanya membuat sedih para penyimak yang belum berangkat haji. Untuk
55
Ibid., h. 30.