Untuk memahami nilai-nilai religius dalam novel, khususnya pembaca usia anak sekolah dapat mempelajari melalui pembelajaran apresiasi sastra di
sekolah. Dunia pendidikan dapat menjadi pijakan awal untuk memulai proses penanaman dan pengembangan nilai-nilai religius. Proses penanaman nilai-
nilai religius itu tidaklah berarti bahwa nilai-nilai itu diajarkan dalam sebuah mata pelajaran tersendiri tetapi diintegrasikan dalam proses pembelajaran
serta diaplikasikan dalam kehidupan siswa. Secara filosofi Socrates dalam Mubarok menegaskan bahwa
―pendidikan merupakan proses pengembangan manusia ke arah kearifan wisdom, pengetahuan knowledge, dan etika
conduct .‖
5
Oleh karenanya, membangun aspek kognisi, afeksi dan psikomotor secara seimbang dan berkesinambungan adalah nilai pendidikan
yang paling tinggi. Bertitik tolak dari permasalahan tersebut, peneliti berupaya untuk
menggali nilai-nilai religius dalam novel Indonesia dewasa ini, yakni novel Opera Van Gontor karya Amroeh Adiwijaya. Amroeh sebagai tokoh utama
dalam novel Opera Van Gontor menginformasikan bahwa untuk menggapai sesuatu harus dengan penuh kesungguhan dan keikhlasan. Hal tersebut dapat
dilihat dari tokoh Amroeh dalam menjalankan hidupnya selama di Pesantren Gontor, hingga pada akhirnya ia mampu menyelesaikan studinya. Novel
Overa Van Gontor juga membawa khasanah baru dunia sastra, bagaimana seorang aktifis mengangkat nilai-nilai religius dengan bahasa yang
komunikatif serta mencampur bahasa-bahasa daerah guna memberikan kepada pembaca pengetahuan tambahan perihal perbendaharaan kosa kata.
Peneliti berharap nilai-nilai religius tersebut dapat diajarkan kepada siswa, khususnya dalam pembelajaran apresiasi sastra di sekolah menengah
umum. Secara lengkap penelitian ini diberi judul ‖Nilai Religius dalam Novel
Opera Van Gontor Karya Amroeh Adiwijaya dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Sastra di Sekolah.‖
5
Mubarok, Membumikan Pendidikan Nilai: Mengumpulkan yang Terserak, Menyambung yang Terputus, dan Menyatukan yang Tercerai, Bandung: Alfabeta, 2008, h. 3.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, dapat diuraikan masalah yang teridentifikasi:
1. Karya sastra khususnya novel di dalamnya terdapat nilai-nilai yang bisa
diajarkan. 2.
Nilai religius dapat digali dari karya sastra khususnya novel Opera Van Gontor.
3. Nilai religius merupakan suatu yang sangat penting untuk diajarkan dan
ditanamkan dalam diri para siswa.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka peneliti membatasi masalah dalam penelitian ini hanya pada nilai religius
dalam novel Opera Van Gontor karya Amroeh Adiwijaya.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah yang telah dijabarkan, maka rumusan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut:
1. Nilai religius seperti apa yang terkandung dalam novel Opera Van Gontor
karya Amroeh Adiwijaya? 2.
Bagaimana implikasi nilai religius dalam novel
Opera Van Gontor
karya
Amroeh Adiwijaya
terhadap pembelajaran sastra?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan nilai religius yang terdapat dalam novel Opera Van Gontor karya Amroeh Adiwijaya. Selain itu,
menjelaskan bagaimana nilai religius dalan novel Opera Van Gontor karya Amroeh Adiwijaya berimplikasi terhadap pembelajaran sastra.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Secara teoretis, melalui penelitian ini setidaknya bisa memberikan manfaat bagi para pembaca khususnya dalam hal sebagai berikut:
a. Memberikan sumbangan pengetahuan dan pengalaman yang lebih,
dalam bidang bahasa dan sastra Indonesia serta menambah wawasan dan pengetahuan peneliti, pembaca, dan pecinta sastra.
b. Menambah wawasan pengetahuan dalam bidang kesusastraan yang
nantinya akan berimbas dalam usaha pencapaian tujuan pendidikan
nasional bangsa Indonesia. 2.
Manfaat Praktis
Manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian ini, di antaranya sebagai berikut.
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membangkitkan minat siswa
untuk lebih mencintai dan menyenangi karya sastra. b.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menumbuhkan dan meningkatkan nilai religius siswa.
c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu guru dalam memilih
bahan pembelajaran sastra di sekolah.
7
BAB II KAJIAN TEORETIS
A. Hakikat Nilai Religius
1. Pengertian Nilai Religius
Nilai merupakan sesuatu yang menarik bagi kita, sesuatu yang kita cari, sesuatu yang menyenangkan, sesuatu yang disukai dan
diinginkan, singkatnya, sesuatu yang baik.
1
Nilai adalah kualitas atau sifat yang membuat apa yang bernilai
jadi bernilai. Misalnya nilai ―jujur‖ adalah sifat tindakan yang jujur. Jadi nilai Wert, value tidak sama
dengan apa yang bernilai Guter, goods.
2
Kata nilai dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa asing yakni bahasa Latin Valere, kemudian
diadopsi ke dalam bahasa Inggris menjadi Value dan bahas Perancis kuno valoir Ecyclopedia of Real Estate Term .
3
Penafsiran nilai dalam suatu bidang bergantung pada sudut pandang masing-masing. Nilai itu tidak formal melainkan material
―material‖ bukan dalam arti ―bendawi‖, ―terdiri atas materi‖, melainkan ‖ada apanya‖, ada ‖apanya‖, masing-masing dalam kekhasan dan
perbedaannya.
4
Maka Scheler menyebutkan etik anya ―etika nilai
material jujur ‖. Jujur, vital, enak, adil, indah, kudus, ini semua nilai yang
kita tahu langsung ―apanya‖.
5
Senada dengan pendapat di atas maka nilai dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang bermakna, sudah ada terlebih dahulu sebelum
sesuatu perbuatan dilakukan dan sesuatu yang bermakna itu bersifat abadi.
1
K. Bertens, Etika, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993, h. 139.
2
Franz Magnis-Suseno, 12 Tokoh Etika Abad ke-20, Yogyakarta: Kanisius, 2009, h. 34.
3
Hari Jauhari, Cara Memahami Nilai Religius dalam Karya Sastra Bandung: Arfino Raya, 2010, h. 25.
4
Franz Magnis-Suseno, op. cit., h. 35.
5
Ibid.
Istilah ―religius‖ membawa konotasi pada makna agama.
6
Religius dan agama memang erat berkaitan, berdampingan, bahkan dapat melebur dalam satu kesatuan, namun menyaran pada makna yang
berbeda. Atmosuwito menjelaskan religi diartikan lebih luas daripada agama. Konon kata religi menurut asal kata berarti ikatan atau pengikatan
diri. Jika sesuatu ada ikatan atau pengikatan diri, maka kata bereligi berarti menyerahkan diri, tunduk dan taat. Sedangkan agama biasanya
terbatas pada ajaran-ajaran doctrines dan peraturan-peraturan laws. Dalam agama Kristen atau Islam misalnya, peraturan itu menjurus
kepada dogma.
7
Manusia religius secara sederhana agaknya dapat diartikan sebagai manusia yang berhati nurani serius, taat, shaleh, dan teliti dalam
pertimbangan batin. Namun apabila kata religius ditambahkan kata Islam, sehingga menjadi religius Islam, pengertian religius di sini
menjadi lebih tegas, yaitu mengacu kepada keyakinan, berhati nurani, dan shaleh menurut norma, atau ajaran agama Islam.
8
Religiu sitas lebih melihat aspek yang ‖di dalam lubuk hati‖, riak
getaran hati nurani pribadi; sikap personal yang sedikit banyak misteri bagi orang lain, karena menapaskan intimitas jiwa,
”du coeur” dalam arti, yakni cita rasa yang mencakup totalitas termasuk rasio dan rasa
manusiawi ke dalam pribadi manusia.
9
Religiusitas menunjuk pada aspek religi yang telah dihayati oleh individu di dalam hati. Religiusitas seringkali diidentikkan dengan
keberagamaan. Religiusitas diartikan sebagai seberapa jauh pengetahuan, seberapa kokoh keyakinan, seberapa pelaksanaan ibadah dan kaidah dan
seberapa dalam penghayatan atas agama yang dianutnya. Bagi seorang
6
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2009, h. 326-327.
7
Subijantoro Atmosuwito, Perihal Sastra dan Religiusitas dalam Sastra, Bandung: Sinar Baru, 1989, h. 123.
8
S.R.H Sitanggang, Joko Adi S., dan Maini Trina J., Religiusitas dalam Tiga Novel Modern, Jakarta: Pusat Bahasa, 2003, h. 3.
9
Y.B Mangunwijaya, Sastra dan Religiositas, Yogyakarta: Kanisius, 1988, Cet. ke-2, h. 12.