Kemampuan Berpikir Logis Matematis Siswa Kelas Eksperimen

dan kelas yang diterapkan pembelajaran secara konvensional dapat dilihat pada diagram di bawah ini. Gambar 4.1 Grafik Perbandingan Sebaran Data Hasil Tes Kemampuan Berpikir Logis Matematis Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Pada grafik 4.1 terdapat perbedaan yang sangat sisgnifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kemampuan berpikir logis matematis meningkat pada kelas eksperimen, terlihat pada grafik nilai pada kelas eksperimen lebih banyak siswa yang mendapatkan nilai dengan 74. Nilai terendah yang di peroleh kelas eksperimen adalah 43, sedangkan kelas kontrol memperoleh nilai terendah 29. Nilai tertinggi di peroleh kelas eksperimen 96 dan kelas kontrol 82, kelas eksperimen lebih unggul dari kelas kontrol dalam mencapai nilai tertinggi. Dari data tersebut menunjukkan bahwa kemampuan berpikir logis matematis pada kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol.

3. Kemampuan Berpikir Logis Matematis Siswa Berdasarkan Indikator

Berpikir Logis Matematis Kemampuan berpikir logis matematis yang menjadi fokus penelitian ini terdiri dari tiga indikator, yaitu mengidentifikasi hubungan antar fakta dalam menyelesaikan masalah, menyelesaikan permasalahan dengan memberikan alasan, dan membuat kesimpulan berdasarkan keserupaan dua proses. Skor kemampuan 4 3 9 14 7 3 4 9 7 7 7 8 2 4 6 8 10 12 14 16 20 40 60 80 100 F re k uens i Nilai eksperimen kontrol berpikir logis matematis pada kelas eksperimen dan kelas kontrol berdasarkan indikator disajikan dalam Tabel 4.4 berikut. Tabel 4.4 Perbandingan Kemampuan Berpikir Logis Matematis Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol No. Indikator Skor Ideal Eksperimen Kontrol Skor Siswa ̅ Skor Siswa ̅ 1 Mengidentifikasi hubungan antar fakta dalam menyelesaikan masalah 12 300 7,5 62,5 265 6,31 52,58 2 Menyelesaikan permasalahan dengan memberikan alasan 8 267 6,68 83,44 223 5,31 66,37 3 Membuat kesimpulan berdasarkan keserupaan dua proses 8 220 5,5 68,75 191 4,55 56,85 Perbedaan skor ideal dari masing-masing indikator disebabkan oleh perbedaan jumlah soal yang mewakili setiap indikator. Indikator pertama, yaitu mengidentifikasi hubungan antar fakta dalam menyelesaikan masalah diwakili oleh 3 soal, sehingga dengan skor maksimum tiap butir soal bernilai 4, maka skor ideal untuk indikator pertama adalah 12. Indikator kedua, yaitu menyelesaikan permasalahan dengan memberikan alasan, dan indikator ketiga membuat kesimpulan berdasarkan keserupaan dua prsoses, masing-masing diwakili oleh 2 soal sehingga skor ideal bernilai 8. Mengidentifikasi hubungan antar fakta dalam menyelesaikan masalah pada indikator pertama diperoleh presentase skor rata-rata 62,5 pada kelas eksperimen, dan 52,58 pada kelas kontrol. Untuk indikator kedua, yaitu kemampuan siswa menyelesaikan permasalahan dengan memberikan alasan, persentase skor rata-rata siswa kelas eksperimen sebesar 83,44, skor ini lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol 66,37. Presentase skor rata-rata siswa untuk indikator ketiga yaitu kemampuan membuat kesimpulan berdasarkan keserupaan