Mengidentifikasi hubungan antar fakta dalam menyelesaikan masalah

447. Kemudian diperoleh harga = 840, dan =108, dengan sehinggga . Hal ini menunjukkan bahwa lebih kecil dari 0,00014 0,05, yang artinya H ditolak, dengan kata lain rata- rata kemampuan berpikir logis matematis di kelas eksperimen pada indikator menyelesaikan permasalahan dengan memberikan alasan lebih tinggi daripada kelas kontrol. Secara singkat hasil perhitungan uji Mann-Whitney dapat dilihat pada Tabel 4.11 berikut. Tabel 4.11 Hasil Uji Perbedaan dengan Statistik Uji Mann-Whitney Indikator Memberikan Alasan Statistik Skor Kesimpulan Rata-rata Uji Mann-Whitney 840 H ditolak Standar Deviasi Uji Mann- Whitney 108 Uji Mann-Whitney U 447 -3,64 0,00014 Berdasarkan perhitungan pengujian pada indikator memberikan alasan, kelas eksperimen dengan rata-rata nilai 83, dan kelas kontrol rata-rata nilainya 66 lampiran 34. Pada indikator kedua ini, perbedaan nilai rata-rata antara kelas eksperimen dengan kontrol lebih tinggi daripada indikator lain. Hal ini disebabkan oleh pembelajaran yang menekankan bahwa setiap siswa menemukan jawaban harus mengetahui dari mana jawabannya berasal dengan mengetahui pengertian serta sifat-sifat yang telah dipelajari.

c. Membuat kesimpulan berdasarkan keserupaan dua proses

Indikator terakhir yaitu membuat kesimpulan berdasarkan keserupaan dua proses, dilakukan uji hipotesis agar terlihat memperkuat data bahwa kelas eksperimen lebih tinggi kemampuan berpikir logisnya daripada kelas kontrol, untuk itu pehitungan uji hipotesis tiap indikatornya dilakukan. Dari hasil uji normalitas dari kelas eksperimen didapat   hitung = 11,64, dan   tabel = 7,82 dengan taraf signifikasi . Dapat disimpulkan bahwa H ditolak karena   hitung lebih besar dari   tabel 11,64 7,82, artinya data yang terdapat pada kelas eksperimen berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal. Perhitungan yang sama dilakukan pada kelas kontrol dengan taraf signifikansi sebesar 0,05 didapat   hitung = 3,33, dan   tabel = 7,82, karena   hitung   tabel maka H diterima artinya kelas kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Secara singkat data hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 4.12 dibawah ini. Tabel 4.12 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Indikator Membuat Kesimpulan Kelompok N Taraf Signifikan   hitung    tabel  Kesimpulan Eksperimen 40 0,05 11,64 7,82 Tidak Berdistribusi Normal Kontrol 42 0,05 3,33 7,82 Berdistribusi Normal Berdasarkan hasil uji normalitas pada kedua kelas, didapat kesimpulan bahwa kelas eksperimen tidak berdistribusi normal sedangkan kelas kontrol berdistribusi normal. Salah satu kelas tidak berdistribusi normal, oleh karena itu untuk uji hipotesis menggunakan uji non-parametrik uji Mann-Whitney. Dari perhitungan uji Mann-Whitney diperoleh U 1 = 521,5, dan U 2 = 1.159 sehingga nilai U yang dipilih adalah nilai yang terkecil yaitu 521,5. Selanjutnya diperoleh = 840 dan = 108, sehingga didapat maka diperoleh harga dengan taraf signifikansi a = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa harga lebih kecil dari 0,00159 0,05, dapat di tarik kesimpulan bahwa ditolak, sedangkan diterima. Jadi kemampuan berpikir logis matematis di kelas eksperimen pada indikator membuat kesimpulan berdasarkan keserupaan dua proses lebih tinggi daripada kelas kontrol. Lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel uji hipotesis berikut. Tabel 4.13 Hasil Uji Perbedaan dengan Statistik Uji Mannn-Whitney Indikator Membuat Kesimpulan Statistik Skor Kesimpulan Rata-rata Uji Mann-Whitney 840 H ditolak Standar Deviasi Uji Mann- Whitney 108 Uji Mann-Whitney U 521,5 -2,95 0,00159 Berdasarkan perhitungan uji hipotesis pada indikator ketiga yang diwakili oleh dua soal, diperoleh nilai rata-rata kelas eksperimen sebesar 69, dan kelas kontrol sebesar 57 lampiran 37. Perbedaan nilai rata-rata antara kelas eksperimen dengan kontrol lebih tinggi disebabkan oleh pembelajaran yang menekankan siswa untuk selalu menarik kesimpulan berdasarkan proses yang siswa lalui selama pelajran pada setiap materinya.

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan sebanyak delapan kali pertemuan, tujuh pertemuan digunakan untuk pemberian perlakuan dan satu pertemuan digunakan untuk pelaksanaan post test. Kelas VII-3 sebagai kelas eksperimen diberikan perlakuan berupa pendekatan pembelajaran berbasis masalah dengan teknik scaffolding, sedangkan kelas VII-4 sebagai kelas kontrol diberikan pembelajaran konvensional. Langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah dengan teknik scaffolding dilaksanakan pada kelas eksperimen, yaitu pada setiap pertemuannya siswa diberikan masalah sebagai awal dari pembelajaran di kelas yang dalam pembelajarannya diberikan bantuan secukupnya oleh guru ataupun teman sejawat. Setiap kelompok diberikan Lembar Kerja Siswa LKS yang dijadikan bahan diskusi. Pendekatan pembelajaran berbasis masalah dengan teknik scaffolding meliputi 5 tahap yaitu orientasi siswa pada masalah, mengorganisasikan siswa