Tabel 4.13 Hasil Uji Perbedaan dengan Statistik Uji Mannn-Whitney
Indikator Membuat Kesimpulan
Statistik Skor
Kesimpulan
Rata-rata Uji Mann-Whitney 840
H ditolak
Standar Deviasi Uji Mann- Whitney
108 Uji Mann-Whitney U
521,5
-2,95 0,00159
Berdasarkan perhitungan uji hipotesis pada indikator ketiga yang diwakili oleh dua soal, diperoleh nilai rata-rata kelas eksperimen sebesar 69, dan kelas
kontrol sebesar 57 lampiran 37. Perbedaan nilai rata-rata antara kelas eksperimen dengan kontrol lebih tinggi disebabkan oleh pembelajaran yang
menekankan siswa untuk selalu menarik kesimpulan berdasarkan proses yang
siswa lalui selama pelajran pada setiap materinya.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan sebanyak delapan kali pertemuan, tujuh pertemuan digunakan untuk pemberian perlakuan dan satu pertemuan digunakan
untuk pelaksanaan post test. Kelas VII-3 sebagai kelas eksperimen diberikan perlakuan berupa pendekatan pembelajaran berbasis masalah dengan teknik
scaffolding, sedangkan kelas VII-4 sebagai kelas kontrol diberikan pembelajaran konvensional.
Langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah dengan teknik
scaffolding dilaksanakan pada kelas eksperimen, yaitu pada setiap pertemuannya siswa diberikan masalah sebagai awal dari pembelajaran di kelas yang dalam
pembelajarannya diberikan bantuan secukupnya oleh guru ataupun teman sejawat. Setiap kelompok diberikan Lembar Kerja Siswa LKS yang dijadikan bahan
diskusi. Pendekatan pembelajaran berbasis masalah dengan teknik scaffolding meliputi 5 tahap yaitu orientasi siswa pada masalah, mengorganisasikan siswa
belajar, membimbing pengalaman individu atau kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan
masalah. Berikut salah satu contoh LKS pada proses pembelajaran di kelas eksperimen pada materi jenis segitiga berdasarkan panjang sisinya.
Pada tahap pertama orientasi siswa pada masalah, siswa dihadapkan pada masalah sehari-hari yang membuat mereka berpikir bagaimana cara untuk
menyelesaikan masalah tersebut. Siswa bersama-sama menyelesaikan masalah yang diberikan, dan siswa yang lebih mampu atau kemampuannya lebih tinggi
dapat membantu teman kelompoknya. Masalah yang diberikan berupa masalah- masalah yang menuntut siswa mengembangkan kemampuan untuk dapat
mengungkapkan situasi atau permasalahan yang terdapat dalam kasus sehingga dapat menyelesaikan masalah tersebut sesuai dengan konteks permasalahan.
Sebagai contoh, pada LKS ini membahas tentang pemahaman macam-macam segitiga menurut panjang sisinya, diberikan gambar untuk diamati. Indikator
kemampuan berpikir logis yang sesuai dan dapat dikembangkan dari tahapan ini yaitu mengidentifikasi dan memeriksa hubungan antar fakta dalam menyelesaikan
masalah. Tahapan kedua yaitu mengorganisasikan siswa belajar, siswa berdiskusi
dalam kelompok untuk menyelesaikan masalah yang diberikan. Mereka diminta mencari solusi masalah tersebut dengan pengetahuan yang telah mereka miliki
sebelumnya dan dihubungkan dengan masalah yang sedang dihadapi. Terdapat tiga gambar segitiga dengan panjang sisinya yang berbeda, mengorganisasikan
belajar dengan mengukur setiap sisi menggunakan penggaris. Guru berperan membimbing kelas yang sedang melakukan diskusi, sebagai fasilitator, serta
berkeliling kelas membantu siswa yang mengalami kesulitan saat berdiskusi bersama. Guru membimbing siswa secara bertahap untuk mendefinisikan
masalah, membantu siswa dengan cara memberikan pertanyaan-pertanyaan dan mengkonfirmasi apa yang dibutuhkan siswa agar dapat merangsang pengetahuan
mereka dalam menemukan solusi yang dibutuhkan. Kemampuan berpikir logis matematis siswa pada tahap ini dapat tercapai yaitu dengan indikator
mengidentifikasi hubungan antar fakta dalam menyelesaikan masalah.