V. UTILITAS: LISTRIK ,GAS DAN AIR BERSIH
Ketersediaan listrik, gas dan air bersih akan semakin menentukan perkembangan ekonomi
Indonesia pada tahun‐tahun mendatang. Kekurangan danatau ketidaktersediaan tenaga listrik
yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir telah mengakibatkan kegiatan produksi di wilayah‐
wilayah tertentu di Indonesia terganggu. Ketidakbebasan Indonesia menggunakan gas yang
dimilikinya terutama karena terikat kontrak telah menjadikan Indonesia harus menggunakan
sumber energi yang harganya lebih mahal yaitu minyak. Sementara itu, ketidakcukupan air bersih
bagi seluruh masyarakat yang membutuhkannya telah berakibat semakin sulitnya usaha
perbaikan kualitas sumber daya manusia, dan banyaknya dana yang harus dikeluarkan untuk
keperluan pengobatan.
Pada tahun 2009 , diperkirakan total konsumsi energi menurut sumbernya adalah: minyak bumi
42,79 persen, gas alam 12,48 persen, batu bara 16,42 persen dan sumber terbarukan 28,39
persen. Dengan menyadari betapa pentingnya pengelolaan sumber daya energi bagi
keberlangsungan usaha pembangunan di Indonesia, telah diterbitkan Peraturan Presiden
Republik Indonesia No. 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional yang bersifat umum.
Kebijakan tersebut dimaksudkan untuk mengarahkan upaya‐upaya dalam mewujudkan
keamanan pasokan energi dalam negeri. Sasaran Kebijakan Energi Nasional yang dimaksudkan
adalah mencapai elastisitas energi lebih kecil dan 1 satu pada tahun 2025. Untuk itu akan
diusahakan terwujudnya primary energy mix yang optimal pada tahun 2025, dengan peranan
masing ‐masing jenis energi terhadap konsumsi energi nasional adalah:
‐ minyak
bumi menjadi kurang dan 20 persen. ‐
gas bumi menjadi lebih dan 30 persen.
‐ batubara
menjadi lebih dan 33 persen. ‐
bahan bakar nabati biofuel menjadi lebih dan 5 persen.
‐ panas
bumi menjadi lebih dan 5 persen. ‐
energi baru dan energi terbarukan lainnya, khususnya biomassa, nuklir, tenaga air, tenaga
surya, dan tenaga angin menjadi lebih dan 5 persen; serta batu bara yang dicairkan liquefied
coal menjadi lebih dan 2 persen.
Sampai saat ini electrification ratio Indonesia masih berada di sekitar 57 persen; sedangkan
jumlah rumah tangga yang telah dapat menikmati air bersih pada taun 2007 baru sekitar 8,45
juta pelanggan. Agar dapat meningkatkan produksi listrik yang seiring dengan peningkatan
electrification ratio dan sejalan dengan usaha diversifikasi sumber energi, dibutuhkan
peningkatan produksi gas bumi yang lebih tinggi dan lebih cepat dari pertumbuhan produksi
listrik. Dalam lima tahun ke depan 2010‐2014 diharapkan electrification ratio dapat berada di
Kadin Indonesia: Roadmap Pembangunan Ekonomi Indonesia 2009 – 2014
94
sekitar 60 persen sampai 65 persen, dan jumlah masyarakat yang dapat menikmati air bersih
meningkat secara berarti dan bila memungkinkan mencapai 20 juta pelanggan.
Peningkatan produksi listrik, gas dan air bersih akan dapat diwujudkan melalui investasi di
masing ‐masing kegiatan. Kenyataan menunjukkan dana investasi yang dibutuhkan untuk
pembangunan infrastruktur ini biasanya relatif sangat besar dan investasinya bersifat slow
yielding. Dengan demikian masalah yang harus dipecahkan pada tingkat awal adalah masalah
ketersediaan dana dan tingkat pengembalian dana yang diinvestasikan return on investment.
Masalah ketersediaan dana menjadi semakin mengemuka karena dewasa ini di Indonesia muncul
dan berkembang keinginan yang semakin membatasi peran modal asing pada perekonomian
Indonesia. Di sisi lain, masalah pengembalian investasi semakin menarik perhatian terutama
karena konsumen listrik tertentu di Indonesia masih mendapat subsidi yang jumlah
keseluruhannya sangat besar. Yang tidak kalah menarik adalah harga yang dibebankan kepada
konsumen rumah tangga adalah lebih rendah dari harga yang dibebankan pada industri dan
bisnis. Kebijakan harga yang diterapkan ini dalam prosesnya telah menggerogoti daya saing
industri domestik dan menyebabkan usaha efisiensi pada penggunaan energi listrik.
Salah satu sumber input yang relatif lebih murah untuk memproduksi listrik adalah gas
bumialam. Sayangnya, dewasa ini diversifikasi penggunaan gas bumi menggantikan minyak bumi
yang relatif mahal tidak dapat berjalan dengan lancar terutama karena tidak tersedianya gas
alam yang dibutuhkan. Sebagian hasil produksi gas alam Indonesia tidak dapat dimanfaatkan di
dalam negeri karena harus diekspor sesuai kontrak yang telah disepakati sebelumnya.
Dalam lima tahun yang akan datang total konsumsi gas alam diharapkan meningkat paling sedikit
40 persen, dan dalam periode yang sama konsumsi gas alam untuk keperluan listrik akan
meningkat lebih tinggi yaitu sekitar 42 persen sampai 45 persen. Dengan kenaikan tersebut
diharapkan pertumbuhan produksi listrik lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi.
Seperti dikemukakan sebelumnya jumlah pelanggan air besih di Indonesia masih relatif sangat
rendah. Sejalan dengan usaha perbaikan kualitas hidup masyarakat Indonesia, pemenuhan
kebutuhan penduduk atas air bersih perlu dilakukan secara sungguh‐sungguh. Sangat diharapkan
setiap lima tahun jumlah pelanggan air bersih dapat ditingkatkan dua kali lipat.
Untuk mencapai sasaran di atas, langkah dan atau tindakan konkrit yang dibutuhkan antara lain
adalah: •
Membuka kesempatan bagi para investor untuk mengambil bagian dalam memproduksi
listrik, gas bumi dan air bersih di Indonesia;
• Membeli
listrik dan air bersih dari para produsen dengan harga yang layak Return on ivestment.
• Menerapkan
kebijakan harga yang membuka peluang bagi pelaku usaha nasional meningkatkan
daya saingnya dan yang semakin membuka peluang bagi penerapan hemat energy
oleh masyarakat Indonesia. •
Menciptakan system bagi hasil exploitasi sumber daya alam gas alam yang lebih
menguntungkan Indonesia.
• Mempermudah
para investor untuk melakukan explorasi dan exploitasi sumber daya alam gas
bumi di wilayah Indonesia.
Kadin Indonesia: Roadmap Pembangunan Ekonomi Indonesia 2009 – 2014
95
• Mempermudah
para investor untuk membangun instalasi yang berkaitan dengan produksi listrik,
gas dan air bersih •
Memberi rasa aman bagi para investor yang akan menanamkan modalnya pada kegiatan
pembangunan infrastruktur.
• Memberi
jaminan bahwa Indonesia tetap berpegang teguh pada komitment dan Undang‐ undang
atau produk hukum yang berlaku. Lima
tahun ke depan merupakan tahun‐tahun yang penuh tantangan dan memendam potensi perubahan
yang sulit diduga. Ini berarti setiap kesempatan baik dan menguntungkan secara nasional
harus digunakan secara cepat.
VI. PERDAGANGAN