10 Rawan
terhadap ketersediaan KPR, yang mana MBR sebagai konsumen perumahan rakyat hanya
bisa membeli rumah bila KPR tersedia pembeli RSH via KPR mencapai 95. 11
Rawan terhadap ketersediaan subsidi. Subsidi dibutuhkan mengingat suku bunga yang tinggi
dan fluktuatif membuat daya beli masyarakat berpenghasilan rendah terhadap KPR
terganggu.
2. Rekomendasi Kebijakan Dasar
Kebijakan dasar yang direkomendasikan terdiri atas:
1 Meningkatkan
peran operasional Kemneg Perumahan Rakyat dalam menangani perumahan rakyat.
2 Perlunya
peranan komprehensif pemerintah dalam tatanan kebijakan terpadu, pembentukan struktur
operasional, dan inisiator pembangunan 3
Pemberdayaan lahan milik pemerintah BUMND
4 Pembiayaan
melalui obligasi perumahan 5
Program Pemerintah – Swasta Public Private PartnershipPPP
6 Penerapan
model subsidi silang dalam pengembangan kawasan besar yang disiapkan pemerintah
7 Anggaran
konsolidasi sektor perumahan 5 APBN 8
Pemda diwajibkan berperan aktif dalam melakukan pembangunan perumahan rakyat di
wilayahnya.
4. Kebijakan
Berdasarkan rekomendasi tersebut, kebijakan yang akan diambil dapat dijabarkan sebagai
berikut: 1
Pemberian subsidi KPR dan lain‐lain dilanjutkan terutama KPR bersubsidi baik skim
konvensional maupun skim syariah.
2 Pembebasan
PPN 3
Bank BTN dipertahankan dan dijadikan bank yang fokus pada perumahan rakyat
4 Pemberdayaan
Asset Negara BUMND bagi komplek perumahan bersubsidi kepada masyarakat
berpendapatan rendah, seperti Housing Development Board di Singapura yang menyediakan
perumahan rakyat dan Urban Regional Authority di Hong Kong yang mencari lokasi,
pengadaan lahan dan pembangunan infrastruktur dasar. 5
Pembiayaan melalui “Obligasi Perumahan” untuk pengadaan lahan
6 Pembiayaan
APBN untuk infrastruktur kawasan 7
Peningkatan peran sektor swasta melalui kebijakan Public Private Partnership dalam setiap
kawasan pengembangan yang disiapkan pemerintah.sehingga dapat menghasilkan 1 juta
rumah per tahun
8 Kebijakan
khusus pertanahan, perijinan, infrastruktur, listrik dan perpajakan untuk mendukung
perumahan rakyat.
Kadin Indonesia: Roadmap Pembangunan Ekonomi Indonesia 2009 – 2014
105
5. Program Prioritas dan Operasional
Program Prioritas yang akan dikembangkan dalam usaha meningkatkan dan mendukung sektor
perumahan rakyat dapat dijabarkan sebagai berikut:
1 Tahun pertama;
terdiri dari beberapa program yaitu:
• Penetapan
kebijakan dan struktur •
Pembentukan perkuatan kelembagaan
• Revisi
peraturan‐peraturan yang menghambat •
Peraturan ‐peraturan pelaksanaan: mencakup lahan, infrastruktur, PPP
• Menyusun
UU Perumahan Rakyat
2 Tahun kedua;
terdiri dari beberapa program yaitu:
• Peningkatan
konsolidasi anggaran sektor 5 APBN •
Pelaksanaan pengembangan kawasan
3 Tahun ketiga;
terdiri dari beberapa program, yaitu :
• Akselerasi
pembebasan lahan •
Akselerasi pembangunan infrastruktur
4 Tahun keempat dan tahun kelima;
terdiri dari satu program yaitu Akselerasi Pembangunan. Program Operasional yang akan
dikembangkan dalam usaha meningkatkan dan mendukung sektor perumahan rakyat dapat
dijabarkan sebagai berikut:
• Studi
Pembangunan Wilayah di 10 kota besar •
Pengadaaan lahan skala besar oleh pemerintah Land Bank dalam kawasan yang
disiapkan •
Pembangunan infrastruktur dalam hal ini pembiayaan pemerintah dalam pembiayaan
pembangunan perumahan sejak pembebasan lahan, pembangunan infrastruktur dan
pembangunan rumah.
• Dukungan
infrastruktur listrik: adanya mata anggaran subsidi listrik untuk perumahan rakyat
• Standarisasi
layanan publik perijinan, sertifikat dan pengurusan terkait lainnya. •
Pemberian keringan pajak‐pajak khusus perumahan rakyat
• Pelaksanaan
k’s PPP disetiap kawasan pengembangan •
Program yang telah ada tetap dilanjutkan.
C.VIII.b.Perumahan_rakyat14 september 2009
Kadin Indonesia: Roadmap Pembangunan Ekonomi Indonesia 2009 – 2014
106
VIII.C. PROPERTI DAN KAWASAN INDUSTRI
Sektor properti merupakan sektor yang bisa berkontribusi dalam meningkatkan pertumbuhan
ekonomi, peningkatan lapangan kerja dan konsumsi produk‐produk bahan bangunan produksi
nasional dalam jumlah sangat besar serta menciptakan pemenuhan supply atas kebutuhan
masyarakat demand akan tempat tinggal, tempat usaha, tempat perdagangan barang dan jasa
dan sarana hospitality
Secara keseluruhan perkembangan sektor properti sangat dipengaruhi perkembangan lingkungan
makro yang meliputi perkembangan ekonomi, trend environtment, kebijakan pemerintah, sosial
politik dan preferensi masyarakat. Kecenderungan ke depan untuk berperan serta mengurangi
dampak pemanasan global melalui cara‐cara yang akrab lingkungan menjadi tren ke depan yang
tidak bisa dihindari lagi di sektor properti.
Dari sudut pengembangan fisik, sektor properti terbagi atas dua kategori, yaitu:
1 Landed
Houses untuk berbagai segmentasi berdasarkan tingkat harga dan keterjangkauan RSH,
rumah menengah, atas 2
Apartemenrumah susun untuk berbagai segmentasi berdasarkan tingkat harga dan
keterjangkauan Rusnawa, Rusunami, apartemen menengah atas
Pengembangan paradigma perumahan mengacu pada UU 41992 tentang Perumahan dan
Pemukiman. UU 322004 tentang Pemerintah Daerah dan PP 382007 tentang Pembagian urusan
Pemerintahan dimana tanggung jawab ada di tangan Pemerintah Daerah. Sehingga Program lebih
berasal dari bottom up dan peran inisisatif serta tanggung jawab perumahan ada pada
Pemerintah Daerah.
Kebutuhan rumah di Indonesia masih besar, dengan back log tahun 2007 sebesar 7,6 juta unit,
kebutuhan akibat pertumbuhan penduduk 1,5 persen per tahun pada 2008 sebesar 811.700 unit
dan kebutuhan akibat rumah rusak dan renovasi sekitar 3 persen dari seluruh rumah. Gambaran
kebutuhan rumah di Indonesia akibat back log yang dibagi 22 tahun sampai 2030 345.454 unit
kebutuhan akibat pertambahan penduduk 811.700 unit dan pertambahan renovasi 1.121.400
unit. Dengan demikian total kebutuhan rumah adalah sebesar 2.278.554 unit. Dengan asumsi
kebutuhan di perkotaan 52 persen secara nasional kebutuhan rumah perkotaan sebesar
1.184.848 unit. Sementara produksi rumah Nasional selama 2003 – 2007 setiap tahunnya hanya
mencapai 168.792 unit.
1. Permasalahan