Peluang Tantangan Visi Index of /enm/images/dokumen

• Kadin bisa memainkan peranan yang sangat penting dalam masalah HKI ini berupa memberikan pengetahun, bimbingan dan ketrampilan, menfasilitasi permohonan pengajuan H K I k e p a d a p e m e r i n t a h , p u b l i k a s i , d a n s e b a g a i n y a .

4. Iklim

Usaha dan Persaingan Persoalan iklim usaha dan persaingan pada industri kreatif umumnya meliputi: a Regulasi bahan baku. Persoalan ini khususnya mengemuka pada subsektor industri kreatif yang mengandalkan sumber daya alam, seperti penerbitan dan percetakan, fesyen dan kerajinan. Kelangkaan dan mahalnya biaya bahan baku merupakan persoalan sentral. b Regulasi impor dan ekspor. Persoalan yang mengemuka adalah lambatnya administrasi ekspor dan impor, maraknya impor ilegal, proteksi terhadap produk impor subtitusi impor kemudahan ekspor dan larangan ekspor bahan baku. c Prosedur administrasi. Selain administrasi ekspor dan impor di atas, persoalan yang mengemuka adalah lama dan mahalnya biaya administrasi perijinan, pengurusan HKI dan pendirian usaha. d Penyelundupan ditengarai menjadi salah satu penyebab kelangkaan‐kelangkaan bahan baku. e Pembajakan dan HKI. Sebagai industri yang kental dengan hak cipta, desain, paten dan merk, persoalan pembajakan dan HKI merupakan salah satu persoalan sentral dalam industri kreatif. f Pungutan ‐pungutan liar dirasakan mengurangi efisiensi, dan mengurangi akurasi estimasi perhitungan keuangan. Ekonomi biaya tinggi ditengarai terjadi karena pungutan‐pungutan ini. g Persaingan yang sehat. Persoalan ini merupakan persoalan yang kompleks untuk dibuktikan kebenarannya. Persoalan ini mengemuka terutama di industri televisi dan radio, periklanan dan industri film, video dan fotografi h Pajak. Insentif pajak tax holiday dirasakan oleh beberapa pelaku usaha di industri kreatif sebagai suatu yang penting, terutama untuk subsektor‐subsektor dengan total keuntungan yang belum terlalu besar atau untuk para pendobrak‐pendobrak di luar pasar mainstream yang belum tentu memperoleh keuntungan karena resiko kegagalan agar produkjasa yang ditawarkan akan dapat diterima oleh pasar high risk. i Tenaga kerja. Persoalan ini mengemuka terutama pada subsektor yang sifatnya padat karya labour intensive, seperti fesyen, percetakan besar, televisi, dan beberapa perusahaan kerajinan. Aturan tenaga kerja Indonesia memang bertujuan melindungi tenaga kerja dengan lebih baik. Labour market flexibility yang merupakan preferensi pengusaha menjadi terkekang. Pengusaha, pemerintah dan serikat pekerja sudah berusaha duduk bersama menyempurnakan aturan tenaga kerja, namun konsensus tak kunjung dicapai hingga kini. j Teknologi Informasi dan Telekomunikasi, misalnya kanal frekuensi. Teknologi transMisi penyiaran yang menggunakan teknologi analog memiliki keterbatasan kanal frekuensi. Di pihak lain, iklim penyiaran yang semakin kondusif merangsang tumbuhnya perusahaan‐ perusahaan penyiaran. Di beberapa daerah, pertumbuhan jumlah perusahaan penyiaran sudah melampaui kapasitas kanal. Akhirnya terjadi perebutan kanal. Regulasi yang sesuai harus dilakukan, sebelum implementasi peralihan ke teknologi digital, yang meniadakan keterbatasan kanal, dilakukan.

5. Peluang

Industri Kreatif Kadin Indonesia: Roadmap Pembangunan Ekonomi Indonesia 2009 – 2014 90 Peluang industri kreatif baik di dalam negeri maupun di luar negeri sangatlah besar. Pangsa pasar yang menjanjikan untuk industri kreatif ini masih terbuka sangat lebar, dan akan memiliki kecenderungan meningkat. Hal ini antara lain didukung oleh: • Perubahan perilaku pasar dan konsumen • Tumbuhnya era produksi non massal • Porsi konsumsi produk dan jasa industri kreatif yang relatif besar di negara G‐7 • Porsi pasar dalam negeri yang besar • Keragaman sosio‐kultural Indonesia

6. Tantangan

Industri Kreatif di Indonesia • Kesiapan SDM kreatif di Indonesia • Lembaga pendidikan yang mampu menghasilkan insan kreatif Indonesia • Keragaman sosio‐kultural Indonesia • Kesiapan perangkat negara untuk mendukung indusri berbasis intelectual property • Menghadapi perdagangan bebas • Lembaga keuangan bagi industri kreatif

7. Visi

dan Misi Ekonomi Kreatif Indonesia Pemerintah telah mencanangkan Visi dan Misi Ekonomi Kreatif hingga tahun 2025 sebagai berikut: Visi: “Bangsa Indonesia yang berkualitas hidup dan bercitra kreatif di mata dunia” Misi: “Memberdayakan Sumber Daya Insani Indonesia Sebagai Modal Utama Pembangunan Nasional” untuk: 1 Peningkatan kontribusi industri kreatif terhadap pendapatan domestik bruto Indonesia, 2 Peningkatan ekspor nasional dari produkjasa berbasis kreativitas anak bangsa yang mengusung muatan lokal dengan semangat kontemporer; 3 Peningkatan penyerapan tenaga kerja sebagai dampak terbukanya lapangan kerja baru di industri kreatif; 4 Peningkatan jumlah perusahaan berdaya saing tinggi yang bergerak di industri kreatif, 5 Pengutamaan pada pemanfaatan pada sumber daya yang berkelanjutan bagi bumi generasi yang akan datang; 6 Penciptaan nilai ekonomis dari inovasi kreatif, termasuk yang berlandaskan kearifan dan warisan budaya nusantara; 7 Penumbuhkembangan kawasan‐kawasan kreatif di wilayah Indonesia yang potensial; 8 Penguatan citra kreatif pada produkjasa sebagai upaya pencitraan negara national branding Indonesia di mata dunia Internasional. Kadin Indonesia: Roadmap Pembangunan Ekonomi Indonesia 2009 – 2014 91

8. Peta