Dukungan Pemerintah Kondisi Index of /enm/images/dokumen

• Penyediaan dan peningkatan infrastruktur di daerah, misalnya otimalisasi infrastruktur yang ada melalui pendampingan dan asistensi Kadin Indonesia • Peningkatan kemampuan infrastruktur, khususnya di Kadin Povinsi yang memiliki nilai dibawah ambang batas minimial infrastruktur sebuah Kadin Provinsi. Dalam rangka peningkatan kapasitas pelaku usaha khususnya UKM dan Koperasi dan pelaku usaha daerah umumnya perlu diupayakan: • Kemudahan mendapatkan fasilitas pembiayaan kredit, antara lain penilaian kelayakan kredit usaha berdasarkan aktivitas rekening perusahaan untuk jangka waktu 1 tahun • Fasilitasi Kadin dan Perbankan untuk melakukan pembinaan sehingga pengusaha UKM dan Daerah menjadi bankable • Pemberian alokasi kredit yang diatur dalam peraturan perbankan merubah aturan perbankan, yang memberi kebijakan kepada Bank untuk mengalokasikan 60 dana yang disimpan di daerah diberikan kredit ke Pengusaha Daerah • Perubahan aturan dalam Keppres 802003 bahwa pada pekerjaan dengan nilai dibawah Rp 2 milyar dikerjakan oleh Pengusaha Daerah. • Perusahaan PMAbesar yang mengerjakan proyek investasi di daerah melibatkan Pengusaha Daerah dan memberikan alokasi share kepemilikan sebesar 20. Jika berupa pekerjaan maka lokal konten adalah 20. • Berdasarkan profile investasi, maka PMDN lebih dominan dibandingkan dengan PMA, sehingga perlu perlindungan dan fasilitasi yang lebih baik bagi investasi PMDN • Pembangunan infrastruktur yang lebih baik, sehingga memacu Pengusaha Daerah untuk tidak migrasi ke pulau Jawa

5. Dukungan Pemerintah

• Aksebilitas Pemerintah dan dukungan perkuatan organisasi Kadin. Jika pembuatan PP tidak memungkinkan, maka operasionalisasi UU No 11987 dilakukan diterbitkan melalui Keppres. AD ‐ART Kadin. • Dalam kegiatan forum komunikasi Pemerintah Pusat dan Daerah, hendaknya melibatkan Kadin Indonesia sebagai nara sumber yang membahas mengenai hubungan Pemerintah dan Dunia Usaha, peningkatan ekonomi daerah, investasi daerah dan topik lainnya yang relevan. • Meningkatkan perankeikutsertaan Kadin dalam kegiatan promosi bisnis, temu pengusaha yang dialokasikan anggarannya oleh Pemerintah. Kegiatan promosi dilakukan secara bersama‐ sama Pemerintah dan Kadin. • Dukungan Pemerintah pada perkuatan eksistensi Kadin sebagai representasi perusahaan dengan mendorong semakin banyak perusahaan menjadi anggota Kadin. • Pemerintah pro aktif menawarkan peluang investasi kepada pengusaha daerah. • Pemerintah mendorong dana‐dana daerah supaya dipergunakan untuk pembangunan dan tidak ditaruh di Sertifikat Bank Indonesia SBI, karena mengurangi kesempatan bagi pengusaha daerah untuk akses kredit perbankan. Kadin Indonesia: Roadmap Pembangunan Ekonomi Indonesia 2009 – 2014 38

6. Pola Penjaminan Kredit UMKM dan Koperasi di Daerah

6.1. Pendahuluan

Pemerintah Daerah Pemda menempatkan dana pusat dan daerah pada Bank Pembangunan Daerah BPD. Tidak sedikit BPD yang menempatkan dana Pemda tersebut ke dalam instrumen jangka pendek Sertifikat Bank Indonesia SBI. Dana yang tersimpan di SBI tersebut adalah dana pengeluaran rutin Pemda dan dana pembangunan dari APBD yang belum terpakai karena lambatnya proses rencana, persetujuan dan realisasinya. SBI dinilai memberikan pendapatan yang setiap saat dapat dijadikan uang tunai tanpa mengakibatkan kerugian pada bank sehingga bank akan dapat menjaga likuiditas dan memupuk laba. Namun demikian, pada dasarnya dana tersebut dapat dimanfaatkan untuk percepatan kegiatan ekonomi daerah antara lain melalui skema pemberian kredit UMKM yang dijamin oleh Pemda.

6.2. Persoalan daerah

Masih terdapat kendala kepemimpinan di pemerintah daerah maupun persoalan yang menghambat implementasi anggaran, termasuk di daerah, yang disebabkan, antara lain: 1 Perencanaan yang kurang bagus dan lamban dari PemdaDPRD sehingga membawa kesulitan eksekusi program yang membawa dampak penyerapan anggaran daerah yang rendah. 2 BPD dipandang sebagai kebanggaan daerah dan acapkali tidak terlepas dari percaturan politik di daerah. 3 Seolah ‐olah ada petunjuk dari DPRD yang mensyaratkan peningkatan pendapatan asli daerah. Akibatnya, banyak dana yang seharusnya untuk membiayai pembangunan lebih dititipkan di BPD untuk mendapatkan keuntungan yang dapat dibukukan bagi peningkatan pendapatan asli daerah. 4 Adanya keterbatasan kemampuan SDM perbankan BPD, khususnya petugas kredit BPD, untuk menggali dan mengenal potensi bisnis yang prospektif di daerah berikut risiko dan kendala yang mungkin terjadi. 5 Kemampuan memupuk keuntungan merupakan indikator keberhasilan kepemimpinan direksi BPD yang mewakili Pemda. Jika memang demikian, buat apa perbankan memupuk laba tinggi dan pendapatan asli daerah yang besar tetapi sektor riil tersendat, infrastruktur rusak, pengangguran dan kemiskinan sulit ditekan.

6.3. Solusi Pemberdayaan BPD

APBD akan dapat menjadi pemicu pertumbuhan ekonomi jika sumber dana yang dimiliki mampu dialokasikan dengan efektif dan efisien. Bank Pembangunan DaerahBPD harus menggunakan dana untuk pembangunan daerah dalam bentuk kredit investasi atau modal kerja. Jika perlu BPD membuat konsorsium dengan bank swasta nasional dan bank asing untuk pembiayaan pembangunan daerah mengingat BPD seharusnya lebih tahu keperluan pembangunan di daerahnya. BPD juga perlu membuat program penerusan kredit kepada BPR. Hal yang diperlukan dilakukan adalah: 1 Perlu ada kepemimpinan kuat di Pemda, sehingga perencanaan dan eksekusi anggaran lebih tepat dan cepat. 2 Ada baiknya DPRD mulai menganggap peningkatan sektor riil di daerah lebih penting dibandingkan peningkatan pendapatan asli daerah. Kadin Indonesia: Roadmap Pembangunan Ekonomi Indonesia 2009 – 2014 39 3 Pemda sebagai pemilik BPD tidak hanya mensyaratkan keuntungan tinggi tetapi lebih kepada penyerapan kredit kepada investasi atau kegiatan riil di wilayah setempat. Lebih baik perekonomian berjalan dan dinikmati masyarakat secara nyata. 4 BPD perlu menyiapkan petugas kelayakan kredit yang handal dalam berbagai sektor. Salah satu keunggulan BPD adalah perannya dalam pembangunan ekonomi regional, yang secara ekonomis kadang sulit dilakukan bank swasta lain. Bagaimanapun, selayaknya BPD lebih paham tentang peluang bisnis di daerahnya. 5 Untuk mengimbangi persaingan, BPD perlu berbenah dengan menguatkan fungsinya sebagai lembaga intermediasi dan fokus pada segmen tertentu sesuai dengan potensi daerah.

6.4. Urgensi skema penjaminan kredit di daerah

Guna mendorong peran BPD dalam pemberian kredit di daerah maka Pemda bersama‐sama dengan BPD dengan endorser Bank Indonesia dapat membentuk skim penjaminan kredit di daerah mengingat peran penjaminan Askrindo yang sangat terbatas. Skim penjaminan kredit daerah dapat menggunakan dana APBD yang disisihkan dengan tujuan: 1 Mempertahankan kesimbambungan pembiayaan dari sektor perbankan ke sektor riil. 2 Memfasilitasi akses kredit UMKM yang dinilai feasible memiliki prospek usaha yang baik sesuai penilaian bank kepada kredit perbankan tetapi tidak bankable karena menghadapi masalah agunan yang tidak memenuhi persyaratan. Adapun prinsip‐prinsip skim penjaminan kredit di daerah adalah: Pelengkap dari suatu sistem perkreditan , Penjaminan hanya dilakukan apabila usaha dinilai layak, Penjaminan kredit merupakan pelengkap atau pengganti agunan, Penagihan subrograsi tetap merupakan tugas dari kreditur. Pola skim pembiayaan kredit yang diusulkan: 1 Penjaminan Pemda atas kredit yang diberikan Kadin Indonesia: Roadmap Pembangunan Ekonomi Indonesia 2009 – 2014 40 2 Skim penjaminan kredit dengan Pemda tidak memiliki Lembaga Penjaminan Kredit Daerah 3 Skim penjaminan kredit dengan Pemda memiliki Lembaga Penjaminan Kredit Daerah Adapun manfaat pemberian skim penjaminan kredit adalah: Bagi Pemda dan UKM: 1 Memberikan kemudahan akses kredit kepada UMKM dengan persyaratan sebagaimana umumnya. 2 Meningkatkan produktivitas UMKM, sehingga lebih banyak menyerap tenaga kerja dan pada akhirnya berdampak pada stabilitas sosial, peningkatan pendapatan dan tabungan pemerintah melalui peningkatan pajak. Kadin Indonesia: Roadmap Pembangunan Ekonomi Indonesia 2009 – 2014 41 Bagi BPD: 1 Peluang meningkatkan keuntungan sekaligus menurunkan risiko bobot risiko kredit yang dijamin oleh BUMN 100 2 Meningkatkan kapasitas pemberian kredit serta keuntungan yang diperoleh tanpa harus menambahan modal 3 Menjamin bank mendapatkan pelunasan lebih cepat dibandingkan jika harus melikuidasi agunan debitur

6.5. Benturan peraturan

Peraturan yang mendukung dan tidak mendukung pelaksanaan skim penjaminan kredit daerah Peraturan yang mendukung: 1 UU No.12004 Tentang Perbendaharaan Negara Pasal 9.2 Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah Selaku ..... dst. berwenang: Menyiapkan Pelaksanaan Pinjaman dan Pemberian Jaminan Atas Nama Pemerintah Daerah. 2 Peraturan Presiden No.72005 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2004‐2009 BAB 20 Pemberdayaan Koperasi dan UMKM Butir D No. 2. Program Pengembangan Sistem Pendukung Usaha Bagi UMKM; Perluasan sumber pembiayaan bagi koperasi dan UMKM, khususnya skim kredit investasi bagi koperasi dan UMKM, serta peran lembaga penjaminan kredit koperasi dan UMKM Nasional dan Daerah, disertai dengan pengembangan jaringan Informasinya. Peraturan yang tidak mendukung: 1 Peraturan Pemerintah RI No.1072000 Tentang Pinjaman Daerah, pasal 10 1 Daerah Dilarang Melakukan Perjanjian Yang Bersifat Penjaminan Terhadap Pinjaman Pihak Lain Yang Mengakibatkan Beban Atas Keuangan Daerah. 2 SK Menkeu No.479KMK.062003 Tentang Penghentian Izin Usaha Perusahaan Penjaminan 3 UU No. 332004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Pasal 55 1 Daerah Tidak Dapat Memberikan Jaminan Atas Pinjaman Pihak Lain B.III.Pemberdayaan_daerah14 september 2009 Kadin Indonesia: Roadmap Pembangunan Ekonomi Indonesia 2009 – 2014 42

IV. PEMBERDAYAAN UMKM DAN KOPERASI

1. Kondisi

terkini usaha mikro dan kecil menengah UMKM Berdasarkan data BPS 2008 tercatat bahwa jumlah pelaku usaha skala kecil dan menengah mencapai 51,257 juta unit, yang mana sebanyak 99,66 merupakan usaha mikro dengan kekayaan bersih per tahun kurang dari Rp 50 juta dan hasil penjualan kurang dari Rp 300 juta, ditambah 1,01 atau 520,22 ribu unit merupakan usaha skala kecil kekayaan bersih per tahun Rp 50 juta ‐ Rp 500 juta dan hasil penjualan Rp 300 juta – Rp 2,5 miliar. Adapun yang termasuk usaha skala menengah hanya 0,08 39,66 ribu unit dengan kekayaan bersih per tahun Rp 500 juta‐Rp 10 miliar dan hasil penjualan Rp 2,5 miliar sampai Rp 50 miliar. Sedangkan usaha besar hanya terdapat 0,01 4,37 ribu unit dengan kekayaan bersih per tahun lebih dari Rp 10 miliar dan hasil penjualan lebih dari Rp 50 miliar. Sebagai mayoritas dalam hal jumlah pelaku usaha dengan penyerapan tenaga kerja terbanyak 90,9 juta atau 97,1 dan kontribusi terhadap PDB sekitar 55,6 Rp 2.609,4 triliun dan nilai investasi yang cukup signifikan Rp 640,4 triliun serta mampu menciptakan devisa sebesar Rp 183,8 triliun 20,2, sudah barang tentu UMKM dan Koperasi memegang posisi yang sangat strategis di dalam perekonomian. Data tersebut menunjukkan bahwa UMKM dan Koperasi merupakan motor penggerak perekonomian Indonesia yang menyentuh semua lini. Namun mengapa keberadaan UMKM dan Koperasi tidak dapat ditingkatkan lagi kapasitasnya guna mendukung pertumbuhan ekonomi?

2. Permasalahan