2. Rekomendasi dan Tindakan Aksi
1 Pemerintah
segera membuat skim bantuan modal kepada kontraktor. Pemerintah Korea Selatan,
Pakistan dan India membantu kontraktor lokal dengan dengan skim pinjaman. 2
Realisasi perjanjian bilateral antara Indonesia dan negara tujuan potensi bisnis konstruksi
sehingga memberi keamanan dan sektor konstruksi Indonesia dapat bersaing di negara
tujuan ekspansi. Misalnya, melakukan offset atas biaya impor dengan kegiatan konstruksi
seperti yang telah dilakukan pemerintah Indonesia dengan Libya.
3 Perlu
diupayakan perjanjian double tax free dengan negara tujuan ekspansi bisnis konstruksi. 4
Pemerintah dan Bank Indoensia perlu duduk bersama mencari jalan keluar kendala
pendanaan yang menghambat ekspansi jasa konstruksi nasional. Salah satu cara adalah
menyediakan jaminan perbankan untuk negara‐negara yang tersedia perwakilan bank‐bank
lokal di negara tujuan ekspansi.
5 Meningkatkan
fasilitasi implementasi teknologi terkini dan tepat dengan membangun aliansi strategis
antar dan intra lembaga untuk implementasi terkini dan tepat melalui kerja sama riset
dan pengembangan antara industri, pemerintah, perguruan tinggi, yang meliputi: pemutakhiran
teknologi konstruksi berkelanjutan, penggunaan teknologi informasi untuk mendukung
manajemen rantai pasokan serta meningkatkan komitmen para pihak dalam kerja
sama untuk mengembangkan teknologi nasional. 6
Mendorong kualitas konstruksi menjadi lebih tinggi yang ditunjukkan oleh meningkatnya
kualitas konstruksi yang dilaksanakan kontraktor dalam negeri, umur bangunan sesuai umur
rencana, berkurangnya kegagalan dan kecelakaan dalam kegiatan konstruksi, kepatuhan
memenuhi standar dan regulasi serta kepuasan pemangkukepentingan akan hasil pekerjaan
yang bermutu.
C.VIII.a.Konstruksi14 september 2009
VIII. B. PERUMAHAN RAKYAT
Pembangunan perumahan rakyat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat seiring
dengan pertumbuhan penduduk dan urbanisasi. Kebutuhan perumahan yang setiap tahun
bertambah sekitar 800.000 unit membuat sektor perumahan rakyat menjadi sektor yang perlu
untuk mendapatkan perhatian seksama.
Pembangunan perumahan tidak saja penting dilihat dari aspek mendesaknya pemenuhan
kebutuhan perumahan, namun juga akan dapat membengkitkan perekonomian nasional karena
memiliki multiplier effect yang besar, yang mana sektor ini dapat menggerakkan 104 industri
terkait dan keberhasilan pembangunan akan dapat menggerakkan sektor‐sektor turunannya.
Pemerintah dalam memenuhi kebutuhan akan perumahan ini merancang Gerakan Nasional
Pembangunan Sejuta Rumah GNPSR untuk pembangunan Rumah Sederhana Sehat RSH dan
Program Pembangunan 1.000 Menara Rumah Susun Sederhana Rusunami Rusunawa. Untuk
meningkatkan daya beli mayarakat agar mampu membeli RSH dan Rusunami, pemerintah telah
menyediakan KPR bersubsidi dan Bantuan Pinjaman Uang Muka melalui Bapertarum PNS, YKPP
TNIPolri dan PT Jamsostek swasta.
Pasokan pembangunan perumahan rakyat dilakukan oleh para pengembang anggota REI dan
Apersi. Jumlah pengembang aktif dalam periode 2005‐2009 diperkirakan sebanyak 1500–2000
Kadin Indonesia: Roadmap Pembangunan Ekonomi Indonesia 2009 – 2014
103
perusahaan dengan kapasitas pembangunan sekitar 150.000‐200.000 unit oer tahun. Mayoritas
pengembang 80 persen adalah pengembang kecil‐menengah yang tersebar di seluruh Indonesia.
Pembentukan kembali Kementrian Perumahan Rakyat tahun 2004 merupakan faktor positif yang
memengaruhi perkembangan pembangunan perumahan rakyat dalam lima tahun terakhir ini.
Faktor ‐faktor yang memengaruhi KSF pembangunan perumahan rakyat anatara lain mencakup
aspek ‐aspek: penyediaan lahan, keberadaan KPR, ketersediaan subsidi, ketersediaan
infrastruktur, dukungan Pemda, daya beli masyarakat, tata ruang, harga bahan bangunan,
permodalan pengembang, kredit perbankan, peraturan‐peraturan daerah, perpajakan,
sinkronisasi kebijakan pemerintah, tingkat suku bunga, ketersediaan anggaran sektor, birokrasi
pemerintah dan lembaga‐lembaga lain terkait.
1. Permasalahan