Program Permasalahan Index of /enm/images/dokumen

2. Permasalahan

• Sektor Pariwisata masih dianggap bukan andalan dalam perekonomian nasional. • Dukungan terhadap pengembangan pariwisata nasional belum optimal • Minimnya persentase APBN untuk bidang pariwisata membatasi keleluasaan dalam merancang program pembangunan dan pengembangan pariwisata secara merata. • Minimnya sumber daya manusia yang berkualitas di bidang pariwisata sehingga pengelolaan ODTW optimal. • Keterbatasan akses dari negara‐negara sumber pasar generating area ke Indonesia. • Infrastruktur dan destinasi belum optimal. • Kebijakan pemerintah pusat maupun daerah yang sering tumpang tindih karena pemahaman yg berbeda mengenai kepariwisataan. • Kerusakan lingkungan yang berdampak terhadap pengurangan kualitas dan kuantitas obyek wisata. • Menurunnya citra Indonesia di mata internasional akibat wabah penyakit menular dan stabilitas keamanan karena isu‐isu bom dan teroris yang berakibat banyak negara‐negara yang mengeluarkan travel warning. • Format kementerian yang menggabungkan budaya dan pariwisata menimbulkan conflict of interest yang cukup signifikan, sehingga sebaiknya pariwisata menjadi departemen tersendiri di bawah Menko Perekonomian. • Belum memiliki Badan Promosi Pariwisata Indonesia yang diamanatkan dalam UU Pariwisata No. 102009 sehingga penanganan pariwisata baru di tingkat kebijakan, belum fokus di tingkat pelaksanaan.

3. ProspekTarget Yang Akan Dicapai

• Tourist arrival diperkirakan akan tumbuh dengan laju sebesar 4,1 persen per tahun sampai dengan tahun 2020. Menurut UNWTO, pada tahun 2020 akan terdapat 1,6 miliar turis internasional. Bila pertumbuhan ini dapat berlangsung dengan konstan, maka pada tahun 2030 nanti jumlah turis antar negara akan mencapai lebih dari 2 miliar. • Kontribusi industri Pariwisata akan ditingkatkan dari 5 persen terhadap PDB pada tahun 2010 menjadi 15 persen pada tahun 2015, dan menjadi 15 persen terhadap PDB pada tahun 2030. • Mendatangkan wisatawan asing sebanyak 14 juta orang pada tahun 2015 dan menstimulus pergerakan wisatawan nusantara menjadi 275 juta pergerakan. • Memperpanjang waktu tinggal wisatawan asing dari 9 hari 2005 menjadi 10 hari 2015, dengan pengeluaran wisatawan sebanyak 100 dollar AShari 2005 menjadi 120 dollar AShari 2015. • Menyediakan lapangan kerja langsung 15 juta orang maupun tidak langsung 50 juta orang pada tahun 2015. • Multiplier effect pada pertumbuhan ekonomi dengan kegiatan pariwisata yang meningkat.

4. Program

Aksi

4.1. Jangka Pendek

Kadin Indonesia: Roadmap Pembangunan Ekonomi Indonesia 2009 – 2014 100 • Memfokuskan pada perkembangan promosi pariwisata Indonesia pada tahun 2011 dengan anggaran promosi dikelola oleh BPPI sebesar USD10 per wisatawan asing. • Mendorong peran swasta dalam pengelolaan destinasi economic sustain. • Mendorong pertumbuhan wirausaha lokal di bidang pariwisata, sehingga berdampak langsung bagi perekonomian lokal. • Optimalisasi strategi pariwisata dengan model kluster dan destinasi unggulan berdasarkan tingkat keunikan dan perkembangan masing‐masing destinasi. • Pemberian penghargaan kepada profesional pariwisata yang berprestasi. • Peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan bidang pariwisata yang menghasilkan SDM yang bertaraf internasional.

4.2. Jangka Menengah

• Pencapaian infrastruktur lengkap untuk destinasi unggulan. • Mengembangkan destinasi berdasarkan pada tingkat experiences pengunjung. • Mendorong one village one product untuk seluruh destinasi product sustain. • Implementasi program green tourism pada destinasi dan daya dukungnya eco‐sustain. • Menambah kapasitas dan kualitas angkutan udara, laut dan darat. • Implementasi standar uji kompetensi melalui sertifikasi profesi.

5. Dukungan

Pemerintah yang dibutuhkan Kebijakan Industri Memberikan insentif kepada produk lokal yang dipakai untuk kegiatan pariwisata Kebijakan Perdagangan Memberikan kemudahan perdagangan barang‐barang keperluan pariwisata Kebijakan Moneter fiskal - Penghapusan Visa on Arrival - Pengembalian VAT - Stimulus fiskal untuk investasi pengembangan pariwisata - Pengurangan pajak barang mewah untuk bahan makanan dan minuman - Penghapusan pajak pabean untuk barang‐barang pameran eksibisi Penyediaan Infrastruktur Pembangunan infrastruktur sesuai dengan potensi pariwisata Kebijakan Tenaga Kerja Pengembangan sumber daya manusia dalam negeri untuk dapat menjadi tenaga kerja yang berdaya saing internasional C.VI.Pariwisata12 september 2009 Kadin Indonesia: Roadmap Pembangunan Ekonomi Indonesia 2009 – 2014 101 VIII.KONSTRUKSI, JASA KONSULTANSI, PERUMAHAN RAKYAT, PROPERTI, KAWASAN INDUSTRI

VIII. A. KONSTRUKSI DAN JASA KONSULTANSI

Sektor kontruksi dalam negeri dapat dikatakan tak lekang dengan waktu dan selalu tumbuh. Pembangunan komersial maupun infrasruktur terus digalakkan pemerintah. Kendati demikian, industri konstruksi dalam negeri tetap harus bersaing dengan pelaku konstruksi asing. Namun masih terdapat celah bagi industri konstruksi dalam negeri untuk terus berkembang, termasuk ke pasar luar negeri. Pembangunan infrastruktur di beberapa negara Afrika dan Timur Tengah Arab adalah merupakan tujuan pengembangan industri konstruksi di Indonesia. Data dari Departemen Pekerjaan Umum menunjukkan bahwa pangsa pasar konstruksi di Timur Tengah pada lima tahun mendatang bisa mencapai 1 triliun dollar AS.. Kontraktor Indonesia memiliki potensi untuk masuk ke pembangunan bandara, pelabuhan, perumahan dan infrastruktur. Oleh karena itu tidak berlebihan jika sektor konstruksi dalam negeri perlu meningkatkan penguasaan pasar domestik oleh pelaku usaha konstruksi nasional dan meningkatkan daya saingnya.

1. Permasalahan

Ada potensi perluasan industri infrastruktur ke mancanegara namun terkendala masalah, yaitu kurangnya modal, jaminan berusaha serta peraturan pajak yang belum diterima. 1 Kurangnya modal pada kontraktor di Indonesia. Kontraktor Indonesia masih belum mendapatkan bantuan modal dari pemerintah. 2 Tidak diperbolehkannya kontraktor lokal yang mendapat pekerjaan di luar negeri melakukan pembiayaan di luar negeri karena dianggap pelarian modal. Ketentuan mengenai batasan dana yang akan menjadi equity investasi terhambat peraturan Bank Indonesia karena menyangkut aliran modal ke luar negeri 3 Adanya masalah perpajakan sehingga akan ada pajak berganda bagi industri kontraktor yang melakukan ekspansi ke luar negeri. 4 Sebagian besar proyek konstruksi di negara tujuan meminta jaminan perbankan Indonesia sementara hal ini tidak diperbolehkan sehingga hal ini menimbulkan biaya provisi yang mahal. 5 Teknologi konstruksi nasional masih memerlukan pengembangan. 6 Adanya kegagalan dan kecelakaan dalam kegiatan konstruksi. Kadin Indonesia: Roadmap Pembangunan Ekonomi Indonesia 2009 – 2014 102

2. Rekomendasi dan Tindakan Aksi