Krisis Index of /enm/images/dokumen

2. Krisis

Energi, Krisis Pangan, dan Perubahan Iklim Harga minyak mentah yang sempat mendekati 150 dollar AS perbarrel menyadarkan masyarakat dunia bahwa ketergantungan pada fossil fuel sebagai sumber energi harus dikurangi. Namun, alternatif pengembangan bahan bakar nabati ternyata juga menimbulkan masalah baru yang tak kalah pelik. Komoditas pangan yang diolah menjadi energi alternatif membuat harga‐harga bahan makanan dan makanan ternak meroket. Harga‐harga food‐ feed‐fuel f‐3 menjadi terkait satu sama lain. Fenomena ini menimbulkan ancaman krisis pangan bagi ratusan juta penduduk di negara‐ negara miskin. Persoalan pangan semakin rumit karena terjadi finansialisasi harga‐harga komoditas, termasuk pangan. Harga‐harga komoditas tak lagi ditentukan oleh interaksi antara permintaan dan penawaran fisik, namun mengikuti dinamika pasar finansial yang sangat sarat dengan motif spekulatif Peraga A.7. Kadin Indonesia: Roadmap Pembangunan Ekonomi Indonesia 2009 – 2014 6 Krisis finansial global dewasa ini terasa lebih berat bagi negara‐negara berkembang karena bersamaan dengan lonjakan harga minyak bumi dunia, fluktuasi harga pangan yang luar biasa tinggi, fenomena perubahan iklim yang mengacaukan ramalan produksi, serta variabilitas cuaca yang semakin tidak bersahabat. Pada tingkat makro global, mungkin saja krisis finansial menjadi salah satu pemicu percepatan pergeseran kekuatan ekonomi global dari negara‐negara maju ke arah negara‐negara berkembang progresif atau yang lebih dikenal dengan New Emerging Markets. Akan tetapi, pada bidang pangan dan pertanian, posisi negara‐negara berkembang yang notabene memiliki jumlah penduduk lebih besar daripada negara‐negara maju, masih belum dapat melepaskan diri dari permasalahan struktural dalam sistem produksi dan konsumsi, ketahanan pangan, kemiskinan, pengangguran, kualitas pendidikan dan lain‐lain. Ditambah lagi, saat ini terdapat kecenderungan di banyak negara untuk semakin mementingkan urusan pangan di dalam negerinya sendiri, bahkan dengan menerapkan kebijakan protektif yang cenderung berlebihan.

3. Penanaman