monoton adalah salah satu upaya yang dilakukan guru agar siswa tetap
tertarik dan tidak mudah jenuh terhadap pembelajaran.
c. Melakukan dialog dan memberikan sanksi bagi mereka yang tidak
disiplin. Adanya beberapa siswa yang tidak fokus maupun melanggar kedisiplinan saat masuk kelas tidak menyurutkan guru untuk melakukan
dialog terlebih dulu sebelum mengeluarkan sanksi tertentu bagi peserta didik yang dianggap tidak menaati aturan main yang ada. Upaya tersebut
dilakukan dengan alasan memberikan efek jera kepada peserta didik dan mengingatkan kepada mereka agar memiliki sikap tanggung jawab,
kepatuhan dan kedisiplinan terhadap aturan yang ada di sekolah maupun di dalam kelas. Bagi siswa yang tidak fokus guru biasanya menegur
siswa dan memberikan pertanyaan secara spontan bagi mereka agar tetap
mengikuti pembelajaran dengan baik.
d. Dengan adanya kegiatan yang padat baik di sekolah maupun asrama
maka sekolah memberikan batasan dalam memilih kegiatan misalnya dalam kegiatan ekstrakurikuler siswa tidak boleh mengambil lebih dari
satu kegiatan. Di sisi lain sekolah telah memberikan fasilitas yang memadai agar peserta didik mampu mengupdate berbagai informasi guna
penyelesaian tugas-tugas mereka dengan menyediakan fasilitas WiFi.
Dengan adanya hambatan dalam pengembangan pembelajaran PKn maka ada juga upaya yang telah dilakukan oleh guru PKn maupun sekolah
dan asrama boarding. Upaya-upaya yang ada merupakan bentuk tanggung jawab guru dan sekolah guna memberikan pelayanan bagi peserta didik agar
siswa mampu menjadi insan yang baik sebagaimana tertulis dalam tujuan pendidikan nasional. Namun tidak dipungkiri bahwa upaya yang sudah
dilakukan di atas masih saja memiliki keterbatasan tertentu sehingga perlu tindak lanjut yang lebih dan waktu yang tidak sebentar guna memberikan
solusi dalam pencapaian pembentukan karakter peserta didik.
C. Implikasi Penelitian
Karakter merupakan watak atau pun ciri khas yang melekat pada diri seseorang yang tercermin melalui perbuatantingkah laku yang yang
menampakkan nilai-nilai tertentu. Karakter dapat terbentuk oleh pembiasaan- pembiasaan yang dilakukan seseorang melalui berbagai kegiatan dalam suatu
lingkungan tertentu yang saling berkesinambungan satu sama lain. SMA Pangudi Luhur van Lith merupakan sekolah yang berbasis asrama dengan
pengembangan kegiatan yang multi dimensi. Oleh karena itu, berbagai faktor dalam kegiatan pembelajaran formal, non formal maupun informal di SMA
Pangudi Luhur van Lith tersebut sangat berpengaruh guna mengembangkan dan membentuk kepribadian peserta didik yang utuh baik secara intelektualitas,
humanitas, religiositas maupun ketrampilannya. Beberapa hal di atas sangat sesuai dengan apa yang menjadi visi dan misi
SMA Pangudi Luhur van Lith yang juga merupakan visi Romo van Lith yaitu “pembentukan watak dan mental dibarengi dengan pencetakan pemimpin-
pemimpin” SMA Pangudi Luhur van Lith, 2012: 2. Di sisi lain, pendamping guru, pamong asrama suster, bruder, maupun keluarga dan masyarakat
sekitar memiliki peran dalam mendorong pembentukan karakter para siswa di
SMA Pagudi Luhur van Lith. Tidak dipungkiri bahwa “teladan” dari para pamong, para bruder maupun suster juga berdampak positif dalam
pembentukan sikap positif peserta didik untuk semakin peka dalam beraktivitas.
Pembentukan karakter siswa di SMA Pangudi Luhur van Lith mencakup banyak aspek yang memengaruhi. Berdasarkan pengembangan kegiatan yang
ada di SMA Pangudi Luhur van Lith seperti kegiatan Sidang Akademi, Wawasan Kebangsaan, Kristianitas, Retret, Pendampingan PIA, Rekoleksi,
Remaja Pecinta Kristus, OSVALI, Napak Tilas, dapat dilihat beberapa karakter yang terbentuk melalui penanaman nilai-nilai karakter yang diimplementasikan
dalam kegiatan tersebut sehingga memunculkan suatu karakter tertentu. Berikut ini beberapa nilai karakter yang muncul berdasarkan kegiatan
pengembangan pendidikan karakter yang ada di SMA Pangudi Luhur van Lith. Berbeda sekali dengan sekolah pada umumnya, dalam pengembangan
pembelajaran yang dilaksanakkan, seluruh kelas berdoa secara bersamaan dengan masuk kelas pada pukul 06.50 WIB. Di pagi hari tersebut sebelum
masuk pada kegiatan doa, para siswa mendengarkan Sabda Tuhan melalui Alkitab yang diperdengarkan melalui speaker-speaker aktiv yang ada di dalam
kelas. Tidak hanya mendengarkan bacaan Alkitab saja namun mereka juga mendengarkan bagaimana firman Tuhan tersebut direnungkan dan didalami
secara bersama-sama, setelah sesi tersebut selanjutnya para siswa berdoa secara bersamaan dengan guru pendamping masing-masing dan diakhiri dengan