Pengembangan Pembelajaran PKn dalam Pembentukan Karakter

skill khususnya dalam sub domain intelektual civic skill. Ketrampilan intelektual tersebut misalnya dalam melakukan kemampuan menganalisis dan mendeskripsikan yang dalam kategori Bloom dikatakan dalam ranah kognitif namun dalam dimensi kompetensi PKn termasuk dalam ranah intelektual civic skill Winarno, 2013: 125. Intelectual civic skill, civic knowledge dan civic skill adalah substansi yang tidak dapat dipisahkan inseperable. Civic skill dapat dibedakan dalam 2 pengertian yakni secara sempit dan luas. Secara luas civic skill meliputi intelectual civic skill dan participatory civic skill. Sedangkan civic skill dalam arti sempit hanya mencakup participatory civic skill atau ketrampilan kewarganegaraan Winarno, 2013: 163. Ketrampilan kewarganegaraan yang dimaksud merupakan ketrampilan yang menuntut siswa untuk mampu berpartisipasi aktif dalam kehidupan publik sebagai bentuk dari tanggung jawab kewarganegaraannya. Hal tersebut mencakup ketrampilan berinteraksi, ketrampilan memengaruhi jalannya pemerintahan, pengambilan keputusan publik, berkoalisi, mengelola konflik dan sebagainya Winarno, 2013: 167. Komponen ketiga, civic disposition sebagai komponen dasar ketiga civic education menunjuk pada karakter privat dan publik yang berguna dalam pemeliharaan dan pengembangan demokrasi konstitusional. Karakter privat meliputi tanggung jawab moral, disiplin diri, dan penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia dari setiap individu. Sedangkan karakter publik meliputi kepedulian sebagai warga negara, kesopanan, mengindahkan aturan main rule of law, berpikir kritis, serta kemauan mendengar, bernegoisasi dan berkompromi. Watak kewarganegaraan sangat pendting dikembangkan sebagai dampak pembelajaran dan pengalaman seseorang saat berada di rumah, sekolah, komunitas dan organisasi-organisasi civil society. Oleh karena itu, penting sekali pengembangan karakter privat dan publik dalam membangkitkan pemahaman berdemokrasi yang mensyaratkan adanya sikap tanggung jawab dari individu. Winarno, 2013: 177-178. Dari paparan di atas, sangat jelas bahwa pembelajara Pendidikan Kewarganegaraan yang berdimensi civic knowlwdge, civic skill dan civic disposition sangat berguna bagi pembentukan karakter bagi siswa khususnya karakter privat dan publik. 3 Pengembangan Pembelajaran PKn Pengembangan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada dasarnya harus memenuhi tiga aspek yaitu pengetahuan, ketrampilan skill, dan pembentukan karakter. Menurut Center for Civic Education pada tahun1944 dalam Nation Standar Civic and Government, ketiga komponen pokok tersebut ialah civic knowledge, civic skill dan civic disposition Sunarso et.al, 2006: 14. Dalam Pendidikan Kewarganegaraan paradigma baru dikatakan bahwa dalam pengembangan kecerdasan intelektual warga negara civic intellegence dimensi yang tercakup di dalamnya seperti dimensi spiritual, rasional, emosional, sosiokultural dan tanggungjawab warga negara Zuriah, 2007: 151. Nilai-nilai karakter tentu sangat penting dalam pengembangan PKn kedepannya. Nilai-nilai karakter tersebut akan dapat diwujudkan apabila pengembangan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan diorganisasikan dengan baik. Bahkan dikatakan tidak hanya mampu mewujudkan satu karakter saja, tetapi dengan pengorganisasian konten kurikulum dan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang baik sangat dimungkinkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan akan menjadikan siswa sebagai manusia Indonesia yang berkualitas dan punya watak atau kepribadian terpuji, seperti agamis atau religius, transparan, jujur, disiplin, percaya diri, demokratis, kritis, cepat tanggap, modern dan tetap menjaga kemajemukan masyarakat dan bangsa Indonesia Zuriah, 2007: 150. Ditegaskan bahwa pembentukan karakter bukanlah suatu pembelajaran bidang studi namun menjadi bagian yang terintegrasi dalam keutuhan proses pembelajaran khususnya Pendidikan Kewarganegaraan. Oleh karena itu, agar penginternalisasian nilai-nilai karakter dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dapat terwujud secara efektif, maka perlu ditetapkan secara eksplisit essensial value, skills dan knowledge pada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Abidinsyah, 2011: 5. Oleh karenanya, pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan yang terintegrasi dengan penginternalisasian nilai-nilai karakter memang seyogyanya diwujudkan secara nyata dalam kurikulum yang ada. Namun hal tersebut juga perlu didukung dengan penanaman nilai-nilai karakter secara implisit dalam suatu proses pembelajaran. Beberapa hal di atas sangatlah relevan dengan apa yang dikatakan dalam The Character Education Partnership CEP Lickona, 2007 bahwa pembentukan karakter dikatakan sebagai bagian dari pendidikan nilai yang dilakukan melalui sekolah, dengan adanya suatu transformasi nilai-nilai yang akan diinternalisasikan dalam kegiatan sekolah maupun kegiatan di luar sekolah yang berguna dalam pengembangan karakter dalam siswa dalam berbagai hal. Pendapat di atas jelas memperkuat posisi Pendidikan Kewarganegaraan bahwa pendidikan nilai sebagai bagian integral dari Pendidikan Kewarganegaraan jelas memiliki dampak positif dalam pembentukan karakter siswa. Dari paparan-paparan di atas, dapat dikatakan bahwa pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan mempunyai peran penting dalam pengembangan pembentukan karakter yang mana nilai-nilai karakter yang diwujudkan tidak hanya melalui civic knowledge namun juga civic skill dan civic disposition sebagai basis dalam mendorong sikap dan tindakan siswa menuju karakter yang baik. Oleh karena itu, perlu adanya faktor pendukung dalam pengembangan rancangan pembelajaran seperti silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran RPP yang diintegrasikan dengan pengembangan nilai-nilai keutamaan PKn. Sebagai contoh, pengembangan perumusan tujuan pembelajaran yang mengarah pada civic skiil dan pencapaian watak kewarganegaraan civic disposition perlu diperhatikan. Di sisi lain penentuan materi ajar yang meliputi materi jenis prinsipproposisi dan materi jenis prosedur dan motorik guna pencapaian intelectual civic skill sangat menentukan keberhasilan terhadap dampak pembelajaran. Selain tujuan dan materi maka pemilihan modelpendekatan dan metode mengajar perlu dirancang dengan baik. Strategi atau metode tersebut ialah alternatif kegiatan yang dipilih oleh guru dalam rangka membantu siswa mencapai kompetensi yang diharapkan Gafur, 2012: 172. Internalisasi nilai-nilai karakter dengan pengembangan secara eksplisit maupun implisit dalam kurikulum yang dilaksanakan oleh guru akan berhasil memberikan instructional effect dan nurturant effect apabila proses pelakasanaan pembelajaran dapat diwujudkan secara optimal. Evaluasi pembelajaran menjadi bagian penting sebagai ruang dalam memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan koreksi terhadap efektivitas pembelajaran. Hal tersebut nantinya dapat membantu memberikan alternatif pembelajaran kepada siswa dalam rangka mendapatkan kenyamanan dalam pelaksanaan pembelajaran. Bukan tidak mungkin, dengan kenyamanan tersebut akan mampu mendorong terwujudnya karakter yang baik bagi siswa. Evaluasi dalam hal ini bukan hanya penilaian formal terhadap kualitas RPP namun meliputi aspek pembelajaran yang dilakukan. Evaluasi ialah proses sistematis pengumpulan data atau informasi dengan tujuan untuk memberikan penilaian judgement yang dapat bersifat kuantitatif dan kualitatif. Dari definisi tersebut, sistem evaluasi atau sistem penilaian dimaksudkan sebagai proses sistematis pengumpulan data atau informasi baik yang berkenaan dengan proses maupun hasil pembelajaran untuk digunakan dalam memberikan penilaian. Berdasarkan uraian tersebut, kegiatan evaluasi merupakan salah satu komponen pembelajaran yang memegang peranan penting dalam pengembangan pembelajaran tidak terkecuali pembelajaran PKn. Tanpa melakukan kegiatan evaluasi maka tidak akan tahu ketercapaian pembelajaran siswa. Sehubungan dengan itu, para guru harus menguasai konsep dan sistem evaluasi pembelajaran termasuk evaluasi proses dan hasil dalam pembelajaran Gafur: 2012: 126-127. Evaluasi pembelajaran selain ditujukan pada hasil belajar, juga ditujukan pada proses belajar. Hal tersebut dilakukan agar terjadi kesinambungan guna memperoleh informasi yang lebih utuh Muchson AR, 2012: 3.

B. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Berikut ini ialah beberapa kajian penelitian yang relevan dengan penelitian ini, diantaranya ialah: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Lysa Hapsari pada tahun 2013 yang berjudul “Peran Pembelajaran Pkn dan Kegiatan Kepramukaan dalam Membentuk Karakter Siswa di MAN 1 Yogyakarta”. Hasil penelitian ini menunjukan peran pembelajaran PKn dalam membentuk karakter pada siswa di MAN 1 Yogyakarta terletak pada strategi guru dalam menciptakan metode pembelajaran yang menyenangkan antara lain diskusi, ceramah bervariasi, membuat film dan bermain peran. Adapun peran guru sebagai fasilitator, motivator, teladan, dan pendidik, walaupun belum sepenuhnya semua peran dapat dilaksanakan dengan maksimal. Peran kegiatan kepramukaan sendiri terletak dari peran pembina pramuka dalam menciptakan kegiatan yang modern, menari serta menantang walaupun belum sepenuhnya mampu menarik bagi seluruh peserta didik di MAN 1 Yogyakarta. Namun, kegiatan tersebut telah dilaksanakan dengan menggunakan metode pendidikan kepramukaan antara lain pengamalan kode kehormatan pramuka di setiap kegiatan, learning by doing, serta penghargaan berupa tanda kecakapan. Hambatan guru PKn: 1 sulitnya membagi waktu antara menyelesaikan materi dan menanamkan nilai-nilai sehingga terbentuk karakter; 2 kurangnya minat peserta didik; 3 beranekaragamnya latar belakang siswa. Hambatan pembina pramuka: 1 banyak siswa yang tidak suka mengikui kegiatan pramuka; 2 karakteristik peserta didik yang beranekaragam. Upaya guru PKn dalam mengatasi hambatan: 1 memperbaiki manajemen waktu; 2 menugaskan siswa membaca materi di rumah. 3 melakukan pengematan sepanjang proses pembelajaran. Upaya pembina pramuka: 1 menciptakan kegiatan yang menarik dan menantang; 2 berbagi permasalahan yang muncul diselesaikan dengan musyawarah mufakat. 2. Penelitian yang dilakukan M. Miftah pada tahun 2013 dengan judul “Pengembangan Karakter Anak melalui Pembelajaran Ilmu Sosial” yang termuat dalam Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun III, Nomor 2, Juni 2013 hlm. 204-217. Hasil penelitian ini menunjukan karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang dapat membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan akibatnya. Pembentukan karakter merupakan amanah UU Sisdiknas Tahun 2003 agar pendidikan tidak hanya membentuk insan Indonesia yang cerdas, namun juga berkepribadian atau berkarakter sehingga dapat melahirkan bangsa yang berkarakter dan bernafas nilai-nilai luhur bangsa dan agama. Memahami pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan, perasaan, dan tindakan. Hal ini kini menjadi perhatian serius pemerintah untuk mengupayakan perbaikan kualitas pendidikan di Indonesia. Pembelajaran ilmu sosial menjadi salah satu alternatif dalam upaya mengembangkan, membina karakter dan menjadikan martabat bangsa yang dapat dibanggakan di hadapan bangsa lain 3. Penelitian yang dilakukan oleh Abidinsyah pada tahun 2011 yang berjudul “Urgensi Pendidikan Karakter dalam Membangun Peradaban Bangsa yang Bermartabat” termuat dalam Jurnal Socioscientia Kopertis Wilayah Xi Kalimantan Februari 2011, Volume 3 Nomor 1 hlm. 1-8. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa karakter terbangun dengan sendirinya, tetapi harus dibangun dan diusahakan melalui pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan karakter merupakan upaya yang harus dilakukan oleh Indonesia.Ada beberapa prinsip dasar yang harus dikembangkan dalam pendidikan karakter yang meliputi: pengorganisasian, pendidikan dan proses belajar, sekolah, dan keluarga sebagai lingkungan pembudayaan dan pendidikan karakter yang multi-level, multi-channel, dan multi-setting. Salah satu pengaturan pendidikan karakter adalah melalui pendidikan formal. Oleh karena itu, diperlukan adanya suatu kerangka rencana aksi. Strategi alternatif yang dapat dikembangkan dalam pendidikan karakter yakni melalui kegiatan belajar mengajar, budaya sekolah, dan kegiatan pengembangan diri serta keluarga dan masyarakat. Pendidikan adalah alat yang dianggap oleh banyak orang sebagai media yang paling efektif untuk menyebarkan karakter. Jika hari ini kita tidak puas dengan hasil pendidikan karakter, maka perlu adanya orientasi ulang pendidikan kita yakni tujuan dan pengajaran karakter. Semua pihak harus menyetujui tujuan pendidikan karakter adalah perubahan perilaku terhadap sikap, kebiasaan, dan perilaku positif yang akan membentuk insan-insan yang memiliki karakter yang baik. Ketiga penelitian di atas, dalam penelitian ini akan dijadikan sebagai acuan dalam mengkaji penelitian yang telah dilakukan. Sebagaimana diuraikan oleh Abidinsyah 2011 bahwa pendidikan adalah sarana paling efektif dalam membentuk dan membangun karakter peserta didik di atas tentu sangat relevan dengan penelitian ini. Pendekatan yang dapat dibangun yaitu melalui kegiatan belajar mengajar, budaya sekolah, dan kegiatan pengembangan diri serta keluarga dan masyarakat. Di sisi lain Penelitian ini menunjukan pada pengembangan pembelajaran yang dilihat dari tiga proses penting yaitu pengembangan perencanaan pembelajaran yaitu Silabus dan RPP, pelaksanaan pembelajaran yang menggunakan berbagai pendekatan, dan evaluasi pembelajaran yang meliputi evaluasi hasil dan proses. Melalui pengembangan pembelajaran PKn tersebut dapat dilihat seberapa besar pengaruhnya dalam mendorong pembentukan karakter siswa di SMA Pangudi Luhur van Lith Muntilan. Di sisi lain, juga digali mengenai hambatan dan Lysa Hapsari 2013 mengungkapkan bahwa peran pembelajaran PKn dalam membentuk karakter pada siswa terletak pada strategi guru dalam menciptakan dan menggunakan metode pembelajaran yang variatif. PKn sebagai cabang dari ilmu sosial menjadi salah satu alternatif dalam upaya mengembangkan, membina karakter dan menjadikan martabat bangsa yang dapat dibanggakan di hadapan bangsa lain M. Miftah, 2013.