Pengertian, Tujuan dan Fungsi Pendidikan Kewarganegaraan

13 Pendekatan belajar kontekstual adalah salah satu pendekatan yang berbasis pada siswa. Pembelajaran kontekstual menggunakan berbagai metode yang menjadikan karakteristik pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan memiliki ciri demokratis. Hal tersebut memperlihatkan karakteristik pembelajaran PKn paradigma baru yang berciri demokratis dengan model democratic learning. Beberapa pendekatan dalam Winarno 2013: 96-100 yang sering digunakan dalam mendukung pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yaitu: 1 Pendekatan berbasis nilai. Pendidikan Kewarganegaraan sebagai program pendidikan politik mempunyai tujuan untuk membentuk good citizen. Ukuran warga negara yang baik tentu saja diyakini sesuai pandangan hidup dan nilai hidup bangsa yang bersangkutan. Dengan demikian PKn selalu terikat dengan nilai. Nilai itulah yang dijadikan landasan dalam pengembangan warga negara yang dimaksudkan. Oleh karenanya, value based on education menjadi esensi dari PKn. 2 Pendekatan berpikir kritis. Berpikir kritis dalam pembelajaran PKn merupakan upaya pengembangan unsur pemikiran rasional empiris berdasarkan kegiatan ilmiah dalam rangka mewujudkan warga negara yang partisipatif dan bertanggungjawab. Kegiatan ini dapat dihadirkan melalui peran aktif siswa dalam ketrampilan mengidentifikasi, menganalisis, berargumen maupun mengambil posisi dalam studi kasus dan persoalan sosial yang ada di tengah masyarakat. Kegiatan berpikir kritis termasuk dalam civic skill yakni ketrampilan berpikir kritis siswa atau sering disebut intelektual civic skill. 3 Pendekatan inquiry. Langkah dalam metode inquiri ini diantaranya ialah membuat fokus untuk inquiry, menyajikan masalah, merumuskan kemungkinan penyelesaian, mengumpulkan data, menilai penyelesaian yang diajukan, dan merumuskan kesimpulan. Metode pembelajaran yang menerapkan pendekatan ilmiah dalam rangka mencari, menemukan dan mengatasi masalah sangat penting 14 dalam menunjang pembentukan sikap siwa untuk peka terhadap berbagai permasalahan di masyarakat. 4 Pendekatan kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang dilakukan siswa dalam belajar dan bekerja sama dalam kelompok kecil hingga mendapatkan pengalaman belajar optimal yakni pengalaman individu dan pengalaman kelompok. Esensi pembelajaran ini ialah pembentukan sikap tanggung jawab individu dan kelompok, sehingga dalam diri siswa terdapat ketergantungan positif dalam pembelajaran kelompok secara optimal. Ragam teknik dan model pembelajaran PKn yang menuntut perlunya cara pembelajaran yang berpijak pada prinsip-prinsip demokrasi serta pengembangan nilai-nilai keutamaan PKn cukup banyak untuk diaplikasikan dalam pembelajaran di kelas. Pembelajaran berbasis portofolio layak untuk dikembangkan dalam mencapai dampak pembentukan sikap pada siswa dalam menyelesaikan suatu permasalahan Winarno, 2013: 100. Paparan di atas memperlihatkan bahwa pengembangan pendekatan atau model pembelajaran sangat menentukan pengaruh pengembangan pembelajaran tersebut pada sikap dan tindakan siswa. Oleh karena itu, perlu model pendekatan yang variatif guna mendukung pembentukan karakter pada diri siswa.

b. Pembelajaran PKn dalam Mengembangkan Civic Knowledge, Civic

Skill dan Civic Disposition Dalam pembelajaran PKn, guru perlu memahami bagaimana menentukan model pembelajaran yang mampu mengembangkan pengetahuan dan wawasan kewarganegaraan civic knowledge. Oleh karena itu penting bagaimana merancang pendekatan, strategi, metode maupun teknik yang dapat mengembangkan ranah kognitif siswa. Pengembangan civic knowledge dalam pembelajaran PKn menunjukan bahwa terdapat kaitan yang erat dan tidak terpisahkan dari dimensi civic skill khususnya dalam sub domain intelektual civic skill. Ketrampilan intelektual tersebut misalnya dalam melakukan kemampuan menganalisis 15 dan mendeskripsikan yang dalam kategori Bloom dikatakan dalam ranah kognitif namun dalam dimensi kompetensi PKn termasuk dalam ranah intelektual civic skill Winarno, 2013: 125. Intelectual civic skill, civic knowledge dan civic skill adalah substansi yang tidak dapat dipisahkan inseperable. Civic skill dapat dibedakan dalam 2 pengertian yakni secara sempit dan luas. Secara luas civic skill meliputi intelectual civic skill dan participatory civic skill. Sedangkan civic skill dalam arti sempit hanya mencakup participatory civic skill atau ketrampilan kewarganegaraan Winarno, 2013: 163. Ketrampilan kewarganegaraan yang dimaksud merupakan ketrampilan yang menuntut siswa untuk mampu berpartisipasi aktif dalam kehidupan publik sebagai bentuk dari tanggung jawab kewarganegaraannya. Hal tersebut mencakup ketrampilan berinteraksi, ketrampilan memengaruhi jalannya pemerintahan, pengambilan keputusan publik, berkoalisi, mengelola konflik dan sebagainya Winarno, 2013: 167. Komponen ketiga, civic disposition sebagai komponen dasar ketiga civic education menunjuk pada karakter privat dan publik yang berguna dalam pemeliharaan dan pengembangan demokrasi konstitusional. Karakter privat meliputi tanggung jawab moral, disiplin diri, dan penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia dari setiap individu. Sedangkan karakter publik meliputi kepedulian sebagai warga negara, kesopanan, mengindahkan aturan main rule of law, berpikir kritis, serta kemauan mendengar, bernegoisasi dan berkompromi. Watak kewarganegaraan sangat pendting dikembangkan sebagai dampak pembelajaran dan pengalaman seseorang saat berada di rumah, sekolah, komunitas dan organisasi-organisasi civil society. Oleh karena itu, penting sekali pengembangan karakter privat dan publik dalam membangkitkan pemahaman berdemokrasi yang mensyaratkan adanya sikap tanggung jawab dari individu. Winarno, 2013: 177-178. Dari paparan di atas, sangat jelas bahwa pembelajara Pendidikan Kewarganegaraan yang berdimensi civic knowlwdge, civic skill dan civic